Carlos Alcaraz, Petenis Masa Depan Itu Adalah Bintang Saat Ini
Carlos Alcaraz melakukan yang tak bisa dilakukan petenis lain. Dia menjadi petenis pertama yang mengalahkan Rafael Nadal dan Novak Djokovic secara beruntun di lapangan tanah liat. Itu membawanya ke final Madrid Masters.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Dengan usia 19 tahun, Carlos Alcaraz disebut-sebut sebagai petenis masa depan. Namun, petenis Spanyol itu menunjukkan kemampuannya untuk menuju petenis top dunia pada saat ini, bukan pada masa depan.
Itu ditunjukkan Alcaraz dengan menundukkan dua dari tiga tunggal putra yang disebut sebagai petenis terbaik sepanjang masa (greatest of all time/GOAT) pada turnamen ATP Masters 1000 Madrid. Salah satunya terjadi dalam semifinal yang berlangsung di lapangan tanah liat Caja Magica, Madrid, Sabtu (7/5/2022).
Dalam laga yang paling dinanti penggemar tenis pada tahun ini, Alcaraz mengalahkan petenis nomor satu dunia, Novak Djokovic, dalam pertemuan pertama mereka. Alcaraz menang 6-7 (5), 7-5, 7-6 (5) dalam laga selama tiga jam 35 menit.
Pertemuan kedua petenis akhirnya benar-benar terjadi setelah mereka batal bertemu di Monte Carlo Masters, April. Hasil undian saat itu sebenarnya membuka peluang pertemuan Djokovic dan Alcaraz pada perempat final, tetapi keduanya kalah pada babak kedua.
Sehari sebelum menyingkirkan Djokovic, petenis Spanyol itu mengalahkan idolanya, Rafael Nadal, dalam perempat final. Alcaraz pun menjadi petenis pertama yang mengalahkan Nadal dan Djokovic secara beruntun di lapangan tanah liat.
David Nalbandian, yang saat ini menjadi pelatih Miomir Kecmanovic, pernah mengalahkan Nadal, Djokovic, dan Roger Federer pada perempat final hingga final Madrid Masters 2007. Namun, ketika itu, persaingan berlangsung di lapangan keras.
Alcaraz menggambarkan momen kemenangan Nadal dan Djokovic sebagai dua hari terbaik dalam hidupnya. “Seperti yang selalu saya katakan, anda harus selalu mencoba dan berjuang menjalani pertandingan dalam kondisi apapun. Saat berada pada momen kritis, anda bisa membedakan antara pemain bagus dan pemain top, seperti Djokovic, Rafa, dan Federer. Pada merekalah, saya mencontoh,” kata Alcaraz.
Belajar dari pada pemain top itu, Alcaraz pun akhirnya bisa mengalahkan mereka. Tidak ada rasa takut yang tergambar dari raut wajah dan gestur saat melawan Djokovic dan Nadal dengan total 41 gelar juara Grand Slam itu.
Dia bisa mengantisipasi setiap pukulan Djokovic dengan cepat hingga petenis Serbia itu beberapa kali hanya bisa memandang bola yang meluncur cepat ke areanya. Alcaraz bisa meluncur dengan luwes, gerakan yang harus dikuasai petenis ketika bergerak di lapangan tanah liat.
Atlet yang dilatih mantan petenis nomor satu dunia asal Spanyol, Juan Carlos Ferrero, itu menjelaskan kunci penampilannya ketika melawan para GOAT. “Saya benar-benar berusaha mengeluarkan semua kemampuan terbaik, bermain agresif, dan semakin baik dari pertandingan ke pertandingan. Kalaulah saya kalah, setidaknya saya sudah berupaya keras untuk tampil maksimal,” tuturnya.
Kemunculan Alcaraz saat ini mendapat sorotan lebih besar dibandingkan NextGen angkatan sebelumnya seperti Stefanos Tsitsipas, Andrey Rublev, dan Alexander Zverev. Zverev akan menjadi lawan Alcaraz pada final di Madrid setelah mengalahkan Tsitsipas 6-4, 3-6, 6-2.
Alcaraz memulai perjalanan tahun ini dengan tersingkir pada babak ketiga Grand Slam Australia Terbuka. Setelah itu, dia menjuarai ATP 500 Rio de Janeiro. Itu menjadi gelar level tertinggi baginya hingga menjuarai ATP 1000 Miami di lapangan keras.
Memasuki persaingan di lapangan tanah liat, dia mengawalinya dengan hasil buruk ketika tersingkir pada babak kedua Monte Carlos Masters. Itu diperbaikinya dengan menjadi juara di ATP 500 Barcelona, sepekan sebelum tampil di Madrid.
Rangkaian hasil tersebut membuatnya memasuki jajaran peringkat sepuluh besar dunia untuk pertama kalinya pada 24 April, tepatnya pada posisi kesembilan. Setahun lalu, pada periode yang sama, dia berada dalam urutan ke-120 dunia. Dengan hasil di Madrid, posisinya akan naik lagi, setidaknya menjadi petenis peringkat keenam dunia.
Mantan tunggal putri nomor satu dunia, Martina Navratilova, menggambarkan Alcaraz sebagai Djokovic dalam versi yang lebih baik. “Dia bergera sepert Novak, tetapi memukul dengan lebih baik dan bertenaga,” kara Navratilova dalam podcast The Tennis.
Alcaraz bagai angin segar bagi persaingan tenis putra saat ini. (Rafael Nadal)
Nadal dan Djokovic pun menyambut baik “kelahiran” Alcaraz. Nadal mengatakan, Alcaraz bagai angin segar bagi persaingan tenis putra saat ini. Sementara Djokovic menilai, Alcaraz bisa mengatasi ketegangan dan situasi sulit dengan sangat baik.
“Untuk petenis dengan usianya, permainannya sangat dewasa dan impresif. Dia layak memenangi pertandingan tadi,” kata Djokovic. (AP)