Terjebak Rasa Penasaran
Rasa penasaran menjebak pemanah muda Indonesia, Rezza Octavia, untuk terus menekuni panahan. Rasa penasaran itu terus ia pelihara hingga meraih prestasi di SEA Games Vietnam 2021.
Perjalanan karier Rezza Octavia sebagai atlet panahan tidak bisa dilepaskan dari rasa penasaran yang menderanya. Pemanah kelahiran 25 Oktober 2000 itu bertahan dari dunia panahan hingga saat ini lantaran belum mampu menjawab rasa penasaran akan prestasi dan capaian.
Rezza mengetahui panahan sejak duduk di bangku kelas 4 sekolah dasar di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Saat itu, guru olahraga di sekolah Rezza menawari semua murid untuk mengikuti kegiatan panahan sebagai selingan pelajaran. Tidak ada murid yang tertarik dengan tawaran itu, kecuali Rezza. Dengan mantap Rezza mengangkat tangan menyambut tawaran gurunya.
Baca juga: Marselino Ferdinan, Permata Baru ”Garuda Muda”
”Waktu itu niatnya hanya mencari kegiatan untuk mengisi waktu luang. Karena, kan, ibu kerja, sementara saya di rumah sendirian,” kata Rezza seusai berlatih di pemusatan latihan nasional (pelatnas) panahan di Senayan, Jakarta, Selasa (3/5/2022).
Jadilah akhirnya keseharian Rezza diisi dengan berlatih panahan. Hampir setiap hari ia berlatih panahan sejak siang hingga sore hari setelah bersekolah. Selesai berlatih panahan, Rezza lalu bersiap-siap mengikuti les pada malam harinya.
Selama berlatih panahan, Rezza berada satu lapangan dengan pemanah-pemanah Bojonegoro yang telah berpengalaman. Salah satunya adalah Ika Yuliana Rochmawati yang juga pemanah nasional. Ika juga adalah seorang olimpian yang terakhir membela Indonesia di Olimpiade Rio de Janeiro 2016.
Menyaksikan senior-senior seperti Ika berlatih di lapangan membuat Rezza turut terpacu agar bisa menjadi seperti mereka. Ia kemudian membulatkan tekad untuk menekuni panahan agar suatu saat bisa berada pada level yang sama seperti senior-seniornya tersebut.
Baca juga: Flairene Candrea, Metamorfosis Karier ”Si Penakluk Air”
Meski bukan lahir di keluarga atlet, orangtua, terutama ibu Rezza, sangat mendukung niatnya untuk fokus meniti karier sebagai atlet panahan. Rezza masih ingat betul syarat yang diajukan sang ibu saat mengizinkan dirinya untuk terjun ke panahan. Ibu Rezza memintanya untuk tekun dan tidak setengah-setengah dalam berlatih.
Ibu’ngasih’tantangan kepada saya. Setelah lulus SMA, kemudian bisa menembus pelatnas tidak lebih dari semester 2, maka keputusan pilihan hidup sepenuhnya ada di saya. Kalau tidak bisa tembus pelatnas, saya diminta mengikuti pilihan hidup yang menurut beliau lebih baik.
”Ibu ngasih tantangan kepada saya. Setelah lulus SMA kemudian bisa menembus pelatnas tidak lebih dari semester 2, maka keputusan pilihan hidup sepenuhnya ada di saya. Kalau tidak bisa tembus pelatnas, saya diminta mengikuti pilihan hidup yang menurut beliau lebih baik,” katanya.
Berlatih panahan hampir setiap hari kerap membuat Rezza jenuh. Namun, ada satu hal yang membuat pemanah kelahiran Sidoarjo, Jawa Timur, tersebut kembali bersemangat berlatih panahan.
Di bangku sekolah, Rezza memanah menggunakan busur yang terbuat dari bambu. Perlengkapan panah yang sederhana itu memiliki tingkat kesulitan tinggi. Rezza kerap kesulitan dalam membidik sasaran. Akan tetapi, kesulitan itu justru membuatnya makin penasaran untuk bisa membidik secara tepat dan terukur. Terlebih di dalam dirinya selalu ada panggilan untuk menyamai prestasi pemanah idolanya, Ika Rochmawati. Akibat rasa penasaran itu, Rezza tidak bisa melepaskan diri dari panahan hingga saat ini.
Baca juga: Valentin Vanesa Lonteng Ingin Melanjutkan Kejutan
Pembuktian
Rezza membuktikan keseriusannya kepada ibu itu dengan sempat menjuarai Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas). Kariernya terus menanjak hingga pada puncaknya dipanggil pelatnas tim panahan Indonesia untuk kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020 dan mewakili Papua di Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua 2021.
Di PON Papua, Rezza menyabet dua medali perak dari divisi recurve putri nomor individu dan beregu putri. Namun, di tim nasional panahan Indonesia, Rezza belum berhasil menembus Olimpiade Tokyo karena tersisih di babak perempatfinal kualifikasi yang diselenggarakan di Paris, Perancis.
Kegagalan menembus Olimpiade Tokyo itu membuatnya penasaran. Apalagi Rezza juga gagal di babak perempat final Piala Dunia Panahan Stage 1 di Antalya, Turki, bulan lalu. Semenjak bergabung di pelatnas panahan, Rezza baru dua kali mengikuti turnamen internasional tersebut. Gagal secara berturut-turut di babak yang sama membuat rasa penasarannya memuncak.
”Waktu itu padahal tinggal satu langkah lagi bisa dapatkan tiket Olimpiade, tetapi gagal. Begitu juga di Turki,” ucapnya dengan nada heran.
Baca juga: Zoura Nebulani, Meniti Jurus Warisan Keluarga Pendekar
Manajer tim panahan Indonesia, Ari Wiranto, yakin Rezza kelak akan mampu berprestasi untuk Indonesia di ajang internasional. Keyakinan Ari berdasar pada kemampuan teknik dan konsentrasi Rezza yang terus terasah selama di pelatnas. Selain itu, antropometri Rezza dinilai sangat mumpuni sebagai atlet panahan. Dengan tinggi sekitar 170 sentimeter, bentang tarikan tali busur Rezza sebagai atlet putri terhitung sangat panjang.
”Itu (kemampuan Rezza) kalau dikembangkan dengan baik dan tekun pasti akan berhasil,” ucap Ari.
Rasa penasaran Rezza terhadap dahaga prestasi internasional masih berlanjut hingga kini. Hanya waktu yang bisa menjawab apakah rasa penasarannya itu akan terjawab di SEA Games Vietnam nanti atau tidak.