Tim Wushu Indonesia seperti meraba dalam kegelapan saat berlaga di SEA Games Vietnam 2021. Ketiadaan turnamen wushu internasional akibat pandemi menghalangi Indonesia untuk membaca peta kekuatan para pesaing
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
Minim pengalaman bertanding di level internasional membawa dampak beragam bagi tim wushu Indonesia. Kemampuan fisik dan teknik para atlet seketika menurun. Selain itu, ketiadaan kejuaraan membuat kekuatan lawan menjadi tidak terbaca. Alhasil, tim wushu Indonesia melakoni SEA Games Vietnam 2021 dengan meraba di dalam kegelapan.
Denyut kompetisi wushu berhenti selama sekitar dua tahun akibat pandemi Covid-19. Dalam jangka waktu tersebut, tidak ada satu pun kejuaraan wushu yang digelar. Karena itu, penyelenggaraan SEA Games 2021 yang mempertandingkan cabang olahraga wushu boleh dibilang menjadi salah satu ajang pertama bagi para atlet seusai dua tahun dikungkung pandemi.
Manajer tim wushu Indonesia, Iwan Kwok, menyampaikan, para atlet wushu Indonesia sangat buta dengan kekuatan lawan di SEA Games nanti. ”Selama dua tahun ini kami minim informasi. Buta dengan peta kekuatan karena memang tidak ada ajang internasional. Namun, kita bersyukur semua bisa dilalui dengan baik,” kata Iwan, Jumat (22/4/2022).
Turnamen wushu tingkat internasional terakhir yang diikuti atlet Indonesia adalah SEA Games Filipina 2019. Saat itu, Indonesia menempati peringkat ketiga dalam perolehan medali. Indonesia merebut 2 emas, 5 perak, dan 2 perunggu. Posisi Indonesia berada di bawah tuan Filipina yang meraih 7 emas, 2 perak, dan 3 perunggu. Peringkat kedua diraih Vietnam yang mengumpulkan 3 emas, 2 perak, dan 7 perunggu.
Pada SEA Games edisi kali ini, Iwan menargetkan Indonesia bisa meraih tiga emas, naik satu emas dari perolehan medali SEA Games 2019. Iwan mewaspadai Vietnam yang berpotensi menjadi pesaing terberat Indonesia.
”Vietnam ini terkenal dengan kemauan pemerintahnya yang sangat kuat. Jadi, mereka itu menggelar pelatnas sepanjang masa,” katanya.
Harapan memperbaiki prestasi di SEA Games diemban 16 atlet wushu yang diberangkatkan ke Vietnam. Mereka terdiri dari 8 atlet taolu atau jurus (4 putra dan 4 putri) dan 8 atlet sanda atau pertarungan (4 putra dan 4 putri). Selain nama-nama senior, sejumlah atlet wushu debutan SEA Games seperti Zoura Nebulani juga didaftarkan.
Atlet wushu senior Edgar Xavier Marvelo menjadi tumpuan Indonesia dalam merealisasikan target 3 medali emas. Pengalaman Edgar mengikuti dua edisi SEA Games sejak 2017 sangat meningkatkan kematangan penampilannnya. Apalagi, Edgar juga merupakan peraih medali perak Asian Games 2018 di Jakarta.
Pada SEA Games 2019, Edgar menjadi penyumbang seluruh medali emas Indonesia. Ia bahkan bisa menyumbangkan tiga medali emas apabila perjuangannya di nomor jurus tangan kosong (changquan) tidak gagal.
Selama dua tahun ini kami minim informasi. Buta dengan peta kekuatan karena memang tidak ada ajang internasional. Namun, kita bersyukur semua bisa dilalui dengan baik.
Kala itu, Edgar kurang beruntung lantaran penilaian juri lebih berpihak kepada atlet Singapura, Yong Yi Xiang. Padahal, Edgar merupakan juara dunia nomor changquan pada Kejuaraan Dunia Wushu 2019 di Shanghai, China. Pengalaman mengikuti dua edisi SEA Games beserta lika-likunya menjadi bekal berharga untuk Edgar bersaing di Vietnam.
Persiapan singkat
Hanya saja, Edgar terkendala persiapan singkat dalam berlatih. Ketiadaan turnamen wushu selama pandemi Covid-19 cukup merugikan Edgar. Pertandingan wushu internasional terakhir yang diikuti Edgar adalah SEA Games 2019.
Kesempatan menjajal turnamen internasional yang minim selama pandemi diakui Edgar membuat kondisi fisiknya terkuras. Untuk memulihkan kondisi fisik seperti sediakala, kata Edgar, dibutuhkan waktu dan latihan yang cukup berat.
”Persiapan kali ini bisa dibilang cukup singkat karena kami terkendala pandemi. Hal itu membuat proses kami terhambat dan putus-putus. Ada kendala masalah tempat latihan dan harus taat aturan pembatasan sosial. Beberapa kali juga terhambat dengan adanya libur dan lain-lain,” tutur Edgar.
Bagi Edgar, ini adalah SEA Games paling berbeda yang pernah ia ikuti. Ketiadaan turnamen wushu dalam dua tahun terakhir membuat dia tidak mengetahui perkembangan calon lawannya. Biasanya, Edgar memantau kekuatan lawan ketika mereka sama-sama berkompetisi di turnamen internasional.
Namun, kali ini dia mengaku tidak bisa mengetahui sejauh mana perkembangan para pesaingnya di Asia Tenggara. Kondisi yang sama juga dialami para calon lawan Edgar.
”Untuk sekarang kita benar-benar saling tidak tahu. Jadi untuk mempunyai patokan dan tujuan, kita juga masih meraba-raba. Itu bisa dibilang masih agak sulit karena kita juga tidak tahu,” ucap Edgar.
Walau seperti meraba dalam kegelapan, Edgar tak mau menyerah terhadap situasi. Atlet berusia 23 tahun tersebut memilih terus berlatih secara fokus dan serius selama pelatnas wushu di Jakarta. Di bawah gemblengan pelatih asing Zhang Yuening, Edgar dan rekan-rekannya berlatih 11 kali dalam sepekan.
Zhang membagi tiap sesi latihan dengan memfokuskannya pada satu jurus. Hal itu agar para atlet lebih fokus memeragakan dan menyempurnakan gerakan pada satu jurus dalam setiap sesi latihan. Sebulan jelang SEA Games, porsi latihan fisik dikurangi dan beralih lebih banyak ke latihan teknik serta penyempurnaan gerakan.
SEA Games menjadi kesempatan bagi Edgar untuk mengasah kemampuannya sebelum berlaga di Asian Games Hangzhou 2022. Berlomba di Vietnam yang juga merupakan salah satu kekuatan utama wushu di Asia Tenggara akan membantu meningkatkan teknik dan mental Edgar saat berlaga di ”kandang macan” wushu. Dibutuhkan kematangan bagi Edgar untuk berprestasi di negeri China yang merupakan negara asal wushu.