Flairene Candrea bermetamorfosis dari atlet pelatda renang artistik jadi andalan pelatnas renang di nomor gaya punggung. Dia naik kelas dan beralih ke disiplin berbeda hanya dalam rentang setengah tahun.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
”Jangan aku dong, yang lain saja. Aduh malu banget demi apa pun, sumpah,” ucap Flairene Candrea (17), perenang nasional, yang tersipu ketika hendak diwawancarai setelah time trial di Stadion Akuatik GBK, Jakarta, Sabtu (23/4/2022).
Flai, sapaannya, sama sekali tidak sombong. Dia hanya masih teramat lugu dalam berurusan dengan wartawan. Dia belum biasa menerima sorotan media karena baru saja masuk pemusatan latihan nasional renang pada Februari 2022.
Namun, ketika mulai berbicara, perenang spesialis gaya punggung ini menampakkan auranya bagai seorang calon bintang masa depan. Dia begitu lancar melahap satu per satu pertanyaan, hingga 15 menit berlalu tanpa ada pertanyaan tak terjawab.
Sosok lugu, tetapi penuh potensi ternyata juga terlihat jelas ketika dia berada di dalam kolam. Flai masih begitu polos dari sisi pengalaman ketimbang perenang pelatnas lain. Akan tetapi, dia justru mampu menjadi primadona dalam time trial terakhir tim renang sebelum berangkat ke SEA Games Vietnam 2021, pada 21 April-23 April.
Turun di nomor 100 meter gaya punggung, lengan Flai begitu cekatan saat mengayuh. Gerakan itu didukung dengan tubuh setinggi 1,7 meter, bahu lebar, dan lengan yang panjang. Fisiknya tampak lebih unggul daripada perenang putri lain. Tanpa terasa, sekali putaran kolam diselesaikannya hanya dalam 1 menit 3,71 detik.
Waktu itu tidak hanya memperbarui catatan terbaiknya. Dia juga melampaui catatan waktu peraih medali perak SEA Games Filipina 2019, Chloe Isleta (1 menit 3,87 detik). Tidak salah jika perenang berstatus debutan itu ditargetkan minimal satu medali oleh tim pelatih.
”Aku senang banget bisa kepilih mengikuti SEA Games. Ini adalah ajang internasional pertama aku. Sebelumnya paling besar hanya se-Indonesia. Tentunya grogi karena pengalaman baru juga, kan,” tutur atlet bergaya rambut bob tersebut.
Dari renang indah
Lonjakan kariernya begitu drastis. Flai masih membela tim renang indah DKI Jakarta pada PON Papua 2021, Oktober lalu. Dia fokus berkarier pada cabang olahraga yang memperagakan tarian di dalam air tersebut.
Baru setelah meraih emas beregu di Papua, dia memutuskan pensiun dari renang indah. Atlet klub Millennium Aquatic Jakarta ini mengikuti saran dari pelatih klubnya sekaligus pelatih kepala tim renang nasional, Albert Sutanto. ”Katanya potensi aku lebih cerah di renang biasa. Aku juga merasa lebih bangga kalau meraih sesuatu di sini, kan individu,” imbuhnya.
Ucapan Albert bukan kiasan semata. Flai memang seperti terlahir untuk balapan di kolam. Terbukti, dia sudah berhasil melampaui beberapa perenang senior klub ketika mengikuti kejuaraan Indonesia Terbuka pada Desember 2019. Dia mencatat waktu 1 menit 8 detik di nomor 100 meter gaya punggung.
Aku senang banget bisa kepilih mengikuti SEA Games. Ini adalah ajang internasional pertama aku. Tentunya grogi karena pengalaman baru juga, kan.
Dua tahun setelah itu, pada ajang yang sama, dia memecahkan rekor nasional Kelompok Umur 1 dengan catatan 1 menit 3,81 detik. Lewat perkembangan itu, Albert terus memantaunya. Hingga akhirnya, perenang remaja ini dipanggil ke pelatnas pada awal tahun.
Flai bisa konsisten berkembang karena tetap berlatih gaya punggung di tengah kesibukan pemusatan latihan daerah renang indah. Bahkan, dia menjadikan latihan renang indah untuk meningkatkan kemampuan gaya punggung.
”Di renang artistik itu perlu banyak tahan napas. Hal itu melatih paru-paru. Jadi lebih fokus karena harus menyesuaikan gerakan dengan musik dan anggota tim. Belum lagi, kan, saat berdansa harus mengapung (terlentang), modal itu terpakai di gaya punggung,” kata atlet yang belajar renang sejak usia 6 tahun itu.
Flai yang sudah mendalami renang indah sejak 2015, kini telah bermetamorfosis jadi pebalap di kolam renang. Dia akan turun dalam tiga nomor individu di Vietnam, yaitu 50 meter, 100 meter, dan 200 meter gaya punggung. Potensi terbaiknya ada di nomor 100 meter.
Dia masih kekurangan tenaga di 50 meter dan kekurangan daya tahan di 200 meter. Flai sendiri tidak punya target muluk-muluk. Dia hanya ingin tampil sebaik mungkin dalam debutnya. ”Sebenarnya aku tidak terlalu memikirkan medali. Tetapi, kalau bisa, kenapa tidak,” pungkasnya.