Perjuangan Indonesia untuk akhiri penantian 31 tahun emas sepak bola SEA Games berlanjut. Dengan kualitas pemain dan pelatih yang mumpuni, Vietnam 2021 menjadi peluang terbaik ”Garuda Muda” duduki podium tertinggi.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
Sejak era SEA Games dimulai pada 1977, tidak ada negara yang mengalami paceklik meraih medali emas cabang sepak bola lebih lama Indonesia. Sudah 31 tahun kontingen Indonesia tidak menjadi yang terbaik pada cabang olahraga paling populer di Asia Tenggara itu.
Terakhir kali Indonesia meraih medali emas SEA Games adalah di Manila 1991. Prestasi itu diperoleh seusai menumbangkan Thailand di partai puncak melalui adu penalti dengan skor 4-3.
Setelah itu, Indonesia empat kali tampil di partai puncak, tetapi mengakhiri laga dengan dikalungi medali perak. Hasil itu salah satunya tercipta pada final SEA Games Filipina 2019 sehingga Indonesia mencatat penantian emas cabang sepak bola terlama.
Jika dihitung sejak SEA Games 1977, baru ada empat negara yang pernah meraih supremasi sepak bola di SEA Games. Selain Indonesia, ada pula Thailand, Malaysia, dan Vietnam.
Vietnam baru merasakan emas sepak bola pada SEA Games 2019 sehingga akan berlaga di kandang sendiri saat ini sebagai juara bertahan. Sementara itu, Thailand mengukuhkan diri sebagai raja sepak bola Asia Tenggara dengan raihan 14 emas SEA Games, disusul Malaysia dengan lima kali meraih emas di pesta olahraga Asia Tenggara itu.
Paceklik emas terlama yang dirasakan Thailand ialah delapan tahun. Thailand meraih emas pada edisi 1985, kemudian baru kembali membawa pulang prestasi terbaik pada Singapura 1993.
Sementara itu, penantian terpanjang Malaysia terhadap emas sepak bola SEA Games adalah 20 tahun. Itu tercatat ketika Malaysia meraih emas pada edisi Kuala Lumpur 1989 dan baru kembali mendapat emas di edisi Vientiane, Laos, pada tahun 2009.
Catatan itu membuat 20 pemain tim nasional U-23, ditambah tiga pemain senior, yang terbang ke Vietnam, Selasa (3/5/2022), tidak segan menyebut emas sebagai target ketika tampil di SEA Games 2021. Skuad ”Garuda Muda” diperkuat tujuh pemain yang pernah merasakan sakitnya kalah di final kala dilibas Vietnam, 0-3, tiga tahun lalu.
Mereka adalah Egy Maulana Vikri, Saddil Ramdani, Witan Sulaeman, Syahrian Abimanyu, Firza Andika, Rahmat Irianto, dan Asnawi Mangkualam. Selain tampil di SEA Games, Egy, Witan, Abimanyu, Rahmat, dan Asnawi juga menjadi andalan Pelatih Indonesia Shin Tae-yong dalam sejumlah laga internasional dan Piala AFF 2020.
Selain kehadiran para ”alumni” perak SEA Games 2019 yang ingin memperbaiki prestasi, kehadiran Shin juga meningkatkan asa pencinta sepak bola nasional untuk mengakhiri era kegelapan Indonesia di Vietnam 2021. Performa apik skuad muda Indonesia di Piala AFF menjadi dasarnya.
Meski gagal menjadi juara Asia Tenggara, Garuda Muda di bawah asuhan Shin menunjukkan penampilan yang menjanjikan. Mereka tidak hanya mengejar kemenangan, tetapi juga memiliki pakem permainan yang jelas.
Gelandang serang seperti Ricky Kambuaya dan Marselino juga akan didorong Shin untuk lebih dekat dengan kotak penalti.
Shin membawa 11 pemain dari tim Piala AFF ke SEA Games 2021. Adapun sembilan pemain lainnya bisa menjadi sosok penting pula bagi perjalanan Garuda Muda di Vietnam, di antaranya Saddil, Marc Klok, Firza Andika, Marselino Ferdinan, dan Ronaldo Kwateh.
Dua nama terakhir itu bahkan telah mencatat debut di timnas senior pada laga uji coba melawan Timor Leste pada Januari lalu. Kedua pemain itu masih berusia 17 tahun dan mencuat berkat performa apik di BRI Liga 1 2021-2022.
Kehadiran para pemain itu akan menghadirkan kedalaman skuad yang baik demi memenuhi formasi 4-3-3 yang akan diterapkan Shin. Hanya saja, juru taktik asal Korea Selatan itu harus menemukan siasat terhadap ketiadaan penyerang tengah tajam di skuad Garuda Muda.
Dalam persiapan akhir di Jakarta akhir pekan lalu, Shin mencoba Egy untuk berperan sebagai false nine. Berperan dalam posisi itu, Egy mencetak dua gol pada Piala AFF lalu.
Shin juga berharap kembali ketajaman pemain sayapnya, seperti Witan, Saddil, Ronaldo, dan Irfan Jauhari. Tak hanya itu, gelandang serang seperti Ricky Kambuaya dan Marselino juga akan didorong Shin untuk lebih dekat dengan kotak penalti.
Ricky dan Marselino telah membuktikan mampu menjadi sumber gol Persebaya Surabaya di Liga 1 musim ini. Secara umum, Shin menuntut peran kolektif semua pemainnya untuk bertanggung jawab menjaga pertahanan sekaligus menyumbangkan gol.
Dua batu sandungan
Demi meraih emas, Garuda Muda harus bisa mengatasi dua batu sandungan yang kini menjadi kekuatan terbaik di level regional, yakni Vietnam dan Thailand. Vietnam memiliki dua keuntungan untuk mempertahankan raihan emas seperti di Filipina 2019.
Keuntungan itu ialah status tuan rumah yang membuat mereka akan didukung ribuan suporter di setiap laga. Kemudian, tim ”Pasukan Bintang Emas” juga masih diasuh oleh Park Hang-seo, yang telah menjadi juru taktik sejak 2018.
Park mengejar emas SEA Games sebagai bentuk penebusan ”dosa” karena gagal mempertahankan trofi Piala AFF 2020 lalu. Indonesia akan berduel melawan Vietnam pada laga pembuka Grup A, Jumat (6/5) ini, di Stadion Viet Tri, Phu Tho.
Meraih poin pada laga pertama kontra Vietnam akan menjadi modal berharga bagi Garuda Muda untuk menghadapi tiga lawan lain di fase grup, yakni Timor Leste, Filipina, dan Myanmar.
Ketika lolos dari babak grup, Indonesia berpotensi berjumpa dengan Thailand di semifinal atau final. Tim berjuluk ”Gajah Perang” itu berambisi pula mengawinkan trofi Piala AFF dengan emas SEA Games.
Hal itu diwujudkan dengan menunjuk Alexandre Polking sebagai pelatih interim. Polking diberi kepercayaan itu seusai mempersembahkan gelar Piala AFF 2020.
Untuk memberikan emas SEA Games ke-15 bagi Thailand, Polking memanggil kiper senior Kawin Thamsatchanan serta tiga pemain yang berkarier di luar negeri, yakni Jonathan Khemdee, Ben Davis, dan Chayapat Supunpasuch.
Garuda Muda tiba di Vietnam dengan semangat dan optimisme tinggi. Bekal kualitas pemain dan tangan dingin Shin sudah dilengkapi dengan persiapan selama dua pekan di Korsel.
Meski demikian, Indonesia perlu pula kehadiran ”dewi fortuna” yang belum pernah memihak setiap berlaga di turnamen regional. Semoga mentari prestasi itu terbit kembali di Vietnam....