Pecco Menebar Teror di Jerez
Satu per satu pebalap favorit juara MotoGP musim ini mulai menemukan performa terbaiknya seiring balapan kembali ke tanah Eropa. Akhir pekan ini, Francesco Bagnaia bersinar terang di Jerez dan menghidupkan asa juara.
JEREZ DE LA FRONTERA, MINGGU — Garasi tim pabrikan Ducati meledak oleh teriakan dan tepuk tangan, seiring Francesco Bagnaia melewati garis finis di posisi terdepan mengalahkan Fabio Quartararo dalam Grand Prix MotoGP seri Spanyol, Minggu (1/5/2022). Kemenangan pertama tim asal Borgo Panigale, Italia, musim ini, menghidupkan harapan untuk mengakhiri musim ini dengan gelar juara dunia.
Pencapaian ini bermakna besar karena Desmosedici GP mampu kompetitif di Jerez, trek yang di atas kertas tidak cocok dengan karakter motor Ducati itu.
”Ini hari yang sulit. Kami sangat kesulitan sejak tes pramusim, tetapi tidak pernah berhenti bekerja. Saya juga beruntung bisa tetap balapan di Portimao meskipun merasakan sakit (setelah kecelakaan). Saya terus berjuang mendapatkan kembali feeling (pengendalian motor) seperti tahun lalu, dan akhirnya akhir pekan ini semuanya berjalan dengan baik,” ungkap Pecco saat diwawancara oleh Simon Crafar di parc ferme Sirkuit Jerez-Angel Nieto.
Baca juga: Pecco Usik "El Diablo" di Jerez
”Saya sangat senang, kami kembali ke potensi kami atau bahkan lebih, karena tahun lalu di trek ini kami jauh lebih kesulitan dibandingkan Fabio (Quartararo). Fabio tak terkalahkan (musim lalu),” lanjut Pecco yang kini di posisi kelima klasemen pebalap dengan 56 poin, terpaut 33 poin dari Quartararo di puncak.
”Hari ini kami menyelesaikan pekerjaan dengan luar biasa bagus. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang mendukung saya akhir pekan ini, dengan rasa sakit pada bahu. Saya hanya ingin menikmati hari ini,” ungkap pebalap asal Italia itu.
Kemenangan pertama yang diraih pebalap tim pabrikan Ducati ini membangkitkan kepercayaan diri skuad Borgo Panigale untuk mengakhiri musim ini sebagai juara dunia. Musim lalu, Pecco bersaing dengan Quartararo, tetapi kehilangan kendali menyusul kecelakaan yang dialami Pecco dalam balapan kedua di Misano. Kecelakaan itu memuluskan Quartararo yang mengunci gelar juara pertamanya di sana.
”Hari ini kami sangat kuat di sini, kemenangan ini diraih dalam kondisi belum sepenuhnya bagus. Pecco baru sekitar 95 persen pulih karena masih merasakan sakit pada bahunya, jadi hasil ini sangat bermakna,” ungkap Direktur Olahraga Ducati Paolo Ciabatti kepada BT Sports.
Baca juga: Quartararo Menjemput Takhta di Jerez
”Kami mengawali musim ini tidak seperti yang diharapkan sebagai tim pabrikan, ada sedikit masalah dengan GP22 yang tidak memiliki feeling yang sama dengan motor sebelumnya. Kami terus bekerja memperbaiki itu dan sejak GP Amerika di Austin hingga kini, telah ada kemajuan. Tetapi hari ini menjadi seperti yang kami inginkan, setelah kemarin Pecco dominan sepanjang hari dengan meraih pole position dan mencetak rekor putaran, serta lebih cepat dari semua pebalap lain,” lanjutnya.
Ciabatti mengakui, Quartararo akan sangat kuat saat balapan sehingga jika Pecco bisa memimpin balapan sejak tikungan pertama hingga bendera finis dikibarkan, hal itu sangat penting untuk membangun kepercayaan diri. ”Dia memang tidak pernah kehilangan itu, tetapi begitu meraih hasil seperti yang diharapkan, Anda bisa memulai musim seperti yang diharapkan. Pada awal musim, ini semua orang mengatakan Pecco dan Fabio akan bersaing, dan kami melihat, mungkin Pecco akan bersaing ketat dengan Fabio di sisa musim ini,” lanjut Ciabatti.
Keyakinan Ciabatti itu tidak terlepas dari langkah besar yang mereka lakukan dengan menemukan setelan motor yang sesuai dengan keinginan Pecco, terutama feeling pada bagian depan. Ducati juga mengonfirmasi bahwa Desmosedici GP22 memiliki potensi lebih besar ketimbang GP21 yang bekerja dengan sangat baik musim lalu, dan musim ini mengantar Enea Bastianini meraih dua kemenangan.
Saya sangat senang, kami kembali ke potensi kami atau bahkan lebih, karena tahun lalu di trek ini kami jauh lebih kesulitan.
”Kami yakin mulai sekarang kami bisa menjadi penantang untuk podium di setiap balapan,” ungkap Ciabatti.
Ducati semakin optimistis bisa kompetitif di akhir musim ini karena GP22 bisa memenangi balapan di Jerez, yang di atas kertas tidak cocok bagi motor yang kencang, tapi dikenal sulit menikung itu.
”Semua orang mengatakan Ducati memiliki keunggulan pada mesin karena kami memang memiliki mesin yang kuat. Namun di sini, mesin bukan segalanya, karena tidak ada lintasan yang sangat panjang seperti di Aragon atau trek lain, tempat mesin yang kuat menjadi pembeda. Jadi ini sangat penting untuk banyak alasan, termasuk fakta bahwa Jerez di atas kertas bukan trek yang ideal untuk Ducati,” pungkas Ciabatti.
Quartararo optimistis
Kebangkitan Pecco itu membuat Quartararo akan berjuang lebih keras untuk bisa konsisten meraih podium serta memaksimalkan potensi kemenangan di sejumlah trek yang cocok dengan YZR-M1. Dia kini berharap bisa meraih kemenangan dalam balapan berikut, yakni GP Perancis di Sirkuit Le Mans, tempat para pendukungnya akan memadati tribune.
”Ini balapan yang sangat sulit. Pecco melakukan start dan balapan dengan luar biasa. Saya berusaha mendahului dia di lap pertama, karena saya tahu temperatur ban depan saya akan menyulitkan. Saya mengerahkan seluruh kemampuan, tetapi dia sungguh sangat cepat,” ungkap pebalap asal Perancis itu.
Baca juga: Marquez Ungkap Kendala RC213V
Quartararo mengatakan, kecepatan tiap putaran atau pace yang dilakukannya luar biasa, dengan kondisi ban depan sangat panas, tekanan sangat tinggi, dan dirinya tidak bisa melakukan pengereman keras. ”Tetapi, saya bisa menjaga pace dengan dia dan selisih waktu dengan para pebalap di belakang cukup besar. Kami berdua sangat cepat hari ini dan selamat untuk Pecco. Ini balapan yang intens dan kami sangat menikmatinya,” lanjut pebalap tim Monster Energy Yamaha itu.
”Dalam lap terakhir, saya mengerahkan yang terbaik, memaksa diri saya hingga limit, tetapi tidak ada titik untuk mendahuluinya. Balapan ini sangat sulit, tetapi saya senang, karena saya dan Pecco supercepat hari ini,” tegas Quartararo.
”Saya sangat menantikan itu (balapan di Le Mans), karena di trek itu biasanya saya sangat cepat dan memiliki peluang untuk meraih hasil sangat bagus di sana. Saya menantikan balapan di rumah saya,” tegas pebalap berjuluk El Diablo tersebut.
Lambungkan Aprilia
Balapan seri Spanyol ini juga menjadi momen krusial bagi Aleix Espargaro dan Aprilia. Podium ketiga yang diraih Espargaro dengan brilian memastikan Aprilia kehilangan hak konsesi mulai musim depan. Hal ini adalah langkah besar, sekaligus tantangan masif bagi tim asal Noale, Italia itu, untuk mengembangkan motor dengan pembatasan seperti tim-tim lainnya. Selama ini, Aprilia bisa melakukan tes dengan jumlah lebih banyak dan melibatkan pebalap utama untuk mempercepat pengembangan motor RS-GP.
”Saya merasa bagus, sangat senang, karena ini sangat sulit secara mental. Saya jauh lebih cepat dari (Jack) Miller dan Marc (Marquez), tetapi saya tidak bisa mendahului mereka. Di trek lurus, saat mereka meliuk, saya tidak memiliki ruang untuk mendahului Marc saat pengereman, padahal dengan pengereman superbagus dan dia tidak memiliki kecepatan di tikungan, tetapi saya tidak bisa (mendahului),” ungkap Espargaro.
”Kemudian saya menunggu mereka melakukan kesalahan. Kelihatannya Jack mengerem terlalu awal dan saya mendahului dia, kemudian Marc kehilangan ban depan sehingga balapan saya berubah sepenuhnya hanya dalam satu tikungan. Kemudian saya katakan ’oke ini saatnya bagi saya, selamat tinggal’ dan kemudian saya tancap gas seperti kesetanan,” ungkap Espargaro, yang musim ini sudah meraih empat podium, termasuk kemenangan pertamanya di Argentina.
Espargaro menegaskan potensi RS-GP untuk bisa bersaing meraih podium di setiap balapan, dengan menunjukkan kecepatan yang mampu bersaing dengan Ducati. Bahkan, saat berada di posisi kelima mengikuti Miller dan Marquez, kecepatan Espargaro sebenarnya lebih tinggi.
Hal itulah yang membuat dia bisa melesat meninggalkan Miller dan Marquez setelah mereka melakukan kesalahan di Tikungan 13 pada lap ke-22. Marquez yang dua lap sebelumnya mendahului Miller di Tikungan 5 dan menempati posisi ketiga, nyaris terjatuh di tengah Tikungan 13. Miller yang berada di belakangnya mengerem lebih awal untuk menghindari tabrakan dan momen ini dimanfaatkan oleh Espargaro untuk naik ke posisi ketiga dan kemudian melesat.
Baca juga: Espargaro: "Ini Lebih dari Kemenangan"
”Bisa berada di posisi kedua klasemen dengan hanya selisih tujuh poin dari pemimpin kejuaraan membuat saya merasa seperti bermimpi,” pungkas Espargaro yang mengumpulkan 82 poin.
Dalam lap terakhir, Marquez mendahului Miller untuk finis di posisi keempat. Pebalap tim Repsol Honda itu juga menunjukkan kemajuan bagus, tetapi belum sepenuhnya menemukan feeling pengendalian motor baru RC213V.