Ruang Ganti hingga Ronaldo, Empat Masalah Wajib Dibenahi Ten Hag di MU
Erik ten Hag menghadirkan harapan baru bagi Manchester United. Sebelum melihat kiprah manajer asal Belanda itu di Inggris, kami menjabarkan empat masalah ”Setan Merah” yang harus dibenahi Ten Hag.

Pelatih Ajax Erik ten Hag dalam sebuah wawancara di Stadioon ArenA, Amsterdam, Belanda, Jumat (1/4/2022). Manchester United hanya tinggal menghitung hari sebelum meresmikan penunjukan Erik ten Hag sebagai manajer baru untuk musim 2022-2023.
Penunjukan Erik ten Hag sebagai manajer tetap Manchester United mulai musim 2022-2023 menghadirkan optimisme di kalangan pendukung ”Setan Merah”. Performa gemilang Ajax Amsterdam di bawah asuhan Ten Hag di Belanda dan Eropa menjadi dasarnya.
Namun, fans MU harus menjaga ekspektasi kepada juru taktik asal Belanda itu. Ten Hag bukanlah penyihir yang bisa secara instan mengembalikan era kejayaan MU seperti ketika ditangani Sir Alex Ferguson.
Sebelumnya, MU telah mencoba dua pelatih berpengalaman peraih trofi pada diri Louis van Gaal dan Jose Mourinho. Keduanya tetap belum bisa memenuhi harapan manajemen dan pendukung MU meskipun Mourinho sempat menghadirkan gelar Piala Liga Inggris dan Liga Europa serta Van Gaal memberikan Piala FA.
”Setan Merah” juga gagal total ketika dilatih pelatih yang masih ”hijau” dalam menangani tim besar, seperti David Moyes dan Ole Gunnar Solskjaer. Tidak ada trofi baru yang dihadirkan kedua manajer itu selama menangani MU.

Mantan bintang Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer, berjabat tangan dengan Manajer Manchester United Sir Alex Ferguson pada laga perpisahan sebelum pensiun setelah 11 tahun bermain di klub itu di Stadion Old Trafford, Manchester, 2 Agustus 2008. Solskjaer, yang ditunjuk sebagai manajer sementara MU menggantikan Jose Mourinho, bertekad membawa kembali senyum dan kehangatan ke klub yang membesarkan namanya itu.
Harus diingat, Ferguson butuh empat musim menangani MU sebelum mempersembahkan trofi perdana, yaitu Piala FA 1989-1990. Waktu yang tidak sebentar juga dibutuhkan Sir Matt Busby, salah satu manajer tersukses MU lainnya, yang memerlukan tiga musim untuk menghadirkan gelar juara perdana, yakni Piala FA 1947-1948.
Berkat kesabaran, dua manajer itu secara akumulasi meraih 35 dari 45 trofi mayor yang diraih selama 144 tahun usia klub. Akan tetapi, sepak bola modern tidak lagi memiliki kesabaran selama itu.
Mourinho, misalnya, hanya bertahan selama 2,5 musim. Padahal, ia adalah manajer tersukses MU selepas era Ferguson yang pensiun pada akhir musim 2012-2013.
Tak hanya memberikan dua trofi mayor plus satu Community Shield, Mourinho adalah juru taktik dengan persentase kemenangan tertinggi dibandingkan dengan tiga manajer tetap lain yang menangani MU selepas Ferguson. Ia mencatatkan 58,3 persen kemenangan ketika memimpin di Stadion Old Trafford.
Baca juga: Asa Melompat Manchester United Bersama Ten Hag

Pelatih Ajax Amsterdam Erik ten Hag berpose menjelang final Piala Belanda di Arena Johan Cruyff, Amsterdam, Belanda, 15 April 2022. Ten Hag pada Kamis (21/4/2022) resmi diumumkan sebagai manajer baru klub Inggris, Manchester United, untuk musim depan.
Optimisme yang membayangi Ten Hag juga didasari komitmen besar manajemen MU untuk mendukung penuh pada jendela transfer musim panas nanti. The Mirror melansir MU menyiapkan dana sekitar 200 juta pounds atau sekitar Rp 3,74 triliun untuk menghadirkan Ten Hag.
Namun, sekali lagi, dana transfer melimpah bukan jaminan trofi. Dalam lima musim terakhir, MU menghabiskan dana lebih dari 150 juta pounds per musim selama tiga musim, tetapi harapan untuk kembali mendominasi Liga Inggris tidak terjadi.
Dana besar itu dikeluarkan pada musim 2016-2017 dengan jumlah 166,5 juta pounds (Rp 3,11 triliun), lalu 178,6 juta pounds (Rp 3,34 triliun) dihabiskan pada edisi 2017-2018, serta MU mencatatkan pengeluaran transfer 211,3 juta pounds (Rp 3,95 triliun) pada musim 2019-2020.
Atas dasar itu, selain memikirkan pemain yang akan didatangkan, Ten Hag sejatinya punya tugas lebih berat untuk membenahi empat masalah yang harus dibenahi di MU. Masalah itu telah mengemuka sejak era Mourinho.
Solskjaer tidak berdaya menanganinya. Bahkan, Ralf Rangnick, juru taktik yang dihormati di Jerman, juga kewalahan untuk membenahi berbagai persoalan di internal ”Setan Merah”.
Baca juga: Beban Berat Menanti Ten Hag di Manchester United

Manajer Manchester United Ralf Rangnick (tengah) berbicara dengan pemain MU, Harry Maguire (kiri) dan Diogo Dalot (kanan), saat melawan Tottenham Hotspur pada laga Liga Inggris di Stadion Old Trafford, Manchester, Minggu (13/3/2022) dini hari WIB. MU memenangi laga itu dengan skor 3-2.
Ruang ganti
Keberhasilan Ten Hag mempersembahkan lima trofi untuk Ajax Amsterdam, bahkan bisa bertambah satu gelar Liga Belanda di akhir musim ini, tidak lepas dari kepiawaiannya mengelola ruang ganti. Ten Hag mampu menghadirkan kepercayaan besar kepada para pemain muda serta mengembalikan performa pemain yang telah melampaui usia emas, seperti Daley Blind dan Dusan Tadic.
Pemain lulusan akademi Ajax, seperti Matthias de Ligt (Juventus) dan Frenkie de Jong (Barcelona), tidak segan menyebut pelatih berusia 52 tahun itu sebagai figur Ayah di awal kiprah bersama tim senior Ajax.
Namun, kultur Ajax berbeda dengan MU. Ajax yang dibangun dengan fondasi pemain muda amat bertolak belakang dengan kultur glamor dan penuh kebintangan di skuad ”Setan Merah”.
Van Gaal pun menyebut MU sebagai ”klub komersial”. Oleh karena itu, Ten Hag harus bisa mengelola para bintang MU yang memiliki ego besar, apalagi ketika itu berkaitan dengan menit bermain.
Ten Hag bukan pelatih yang doyan melakukan rotasi. Di musim 2021-2022, hanya 10 pemain Ajax yang mencatatkan penampilan di atas 30 laga sebagai pemain inti.
Padahal, urusan memberi menit bermain menjadi sangat sensitif untuk klub besar yang memiliki kedalaman skuad yang merata. Solskjaer telah merasakan pemain-pemain MU yang ngambek ketika jarang menjadi pilihan utama, di antaranya Paul Pogba, Marcus Rashford, dan Jesse Lingard.
Baca juga: Secercah Cahaya untuk Manchester United

Pemain Manchester United, Cristiano Ronaldo (kiri), bersalaman dengan Manajer MU Ole Gunnar Solskjaer saat melawan Tottenham Hotspur pada laga Liga Inggris, Sabtu (30/10/2021) tengah malam WIB, di Stadion Tottenham Hotspur, London. Pada laga itu, MU menang dengan skor 3-0.
Meski begitu, Ten Hag punya bekal untuk bisa mengelola ruang ganti tim besar. Itu didapatkannya ketika membantu Pep Guardiola di Bayern Muenchen pada 2013-2015.
Guardiola dikenal amat detail untuk mengurus anak asuhnya di Barcelona, Bayern, hingga City. Ia mengatur apa yang dikonsumsi hingga menentukan waktu istirahat pemainnya.
Pemain yang tidak mau mengikuti aturan itu akan tersisih dari skuad. Hal itu dirasakan Sergio Aguero pada musim terakhirnya membela City pada edisi 2020-2021. Kala menepi akibat cedera, Aguero lebih aktif menjadi atlet e-Sport dibandingkan fokus memulihkan kondisi fisiknya.
Kedisiplinan Guardiola itu nyaris serupa dengan Ferguson. Di era Ferguson, pemain MU wajib fokus untuk sepak bola. Ketika pemain, seperti David Beckham, mulai lebih menghabiskan waktu untuk urusan di luar lapangan hijau, Ferguson tak ragu menjualnya.
Sebelumnya, Ten Hag telah sukses mengadopsi permainan menyerang ala Guardiola bersama Ajax. Jadi tidak ada salahnya ia meniru lagi “sang guru” untuk mengelola ruang ganti ”Setan Merah”.
Baca juga: Spurs Buat MU Menyesal Batal Rekrut Conte?

Pemain Manchester United, Paul Pogba, menggiring bola saat melawan Tottenham Hotspur pada laga Liga Inggris di Stadion Old Trafford, Manchester, Minggu (13/3/2022) dini hari WIB. MU memenangi laga itu dengan skor 3-2.
Kreativitas
Tak bisa dimungkiri, kegagalan MU bersaing di Liga Inggris musim ini karena permainan monoton dan minim kreativitas. Kehadiran pemain bernama besar, seperti Paul Pogba, Bruno Fernandes, dan Jadon Sancho, gagal dimaksimalkan dengan baik oleh MU.
Catatan 13,8 tembakan per laga dan 11,2 operan kunci per laga membuat MU amat jauh tertinggal dengan dua tim terbaik di Inggris musim ini, Manchester City dan Liverpool. Kedua tim itu rata-rata menghasilkan 18 tembakan per laga dan sama-sama menciptakan 13,6 operan kunci per laga.
Hal itu dianggap wajar karena MU tidak memiliki kemewahan lini tengah, seperti Liverpool dan City. Liverpool, misalnya, memiliki Fabinho sebagai penetralisasi serangan lawan dan menginisiasi serangan, lalu ada Thiago Alcantara, sang kretor serangan yang bisa menghadirkan umpan-umpan ajaib.
Peran Fabinho di City ada pada diri Rodri. Selain itu, City punya gelandang kreatif pada diri Kevin de Bruyne dan Bernardo Silva.
Baca juga: Manchester United Memulai Pencarian Manajer Baru

Gelandang Manchester United, Fred (kanan), berebut bola dengan bek Brighton, Lewis Dunk, selama pertandingan sepak bola Liga Premier Inggris antara Manchester United dan Brighton di Old Trafford di Manchester, Inggris, Rabu (16/2/2022) dini hari WIB. Squad Setan Merah menutup pertandingan dengan kemenangan atas Brighton, 2-0.
Adapun MU memiliki Scott McTominay dan Fred. Pemain grade B di Liga Inggris yang mustahil menjadi pemain rutin di City dan Liverpool.
Nemanja Matic dan Paul Pogba juga ada di dalam daftar pemain MU. Namun, Matic telah melewati periode terbaik dalam kariernya. Sementara Pogba lebih layak disebut sebagai ikon fashion dibandingkan pesepak bola.
Pogba memang memimpin daftar asis MU di Liga Inggris dengan sembilan asis. Hanya saja, performa Pogba angin-anginan, terutama ketika menjalani laga-laga besar.
Kondisi itu membuat Ten Hag, menurut The Guardian, tertarik mendatangkan gelandang West Ham United, Declan Rice, untuk mengisi satu posisi di zona penting permainan MU musim depan. Rice bisa berperan sebagai gelandang bertahan dan box-to-box.
Baca juga: Titik Nadir Bintang ”Setan Merah”

Pemain Belanda, Donny van de Beek (kiri), berbincang dengan pemain Spanyol, Hector Bellerin, seusai laga persahabatan internasional di Johan Cruyff Arena, Amsterdam, Belanda, Kamis (12/11/2020) dini hari. Van de Beek mencetak 1 gol pada pertandingan tersebut.
Lalu, untuk urusan kreator serangan, Ten Hag bisa memaksimalkan mantan anak asuhnya, Donny van de Beek, yang gagal bersinar di Old Trafford.
Reuni dengan Ten Hag akan menjadi kesempatan emas bagi Van de Beek untuk mengembalikan performa puncaknya. Ketika membela Ajax pada 2019 lalu, ia bahkan masuk dalam daftar 30 pemain calon penerima gelar individu bergengsi, Ballon d’Or.
Jangan lupakan pula peran Fernandes yang berpeluang menjadi gelandang serang tak tergantikan bagi Ten Hag. Insting gol dan asis Fernandes akan berguna untuk mengisi salah satu tempat di formasi tiga gelandang favorit pelatih berusia 52 tahun itu.
Andai Ten Hag menemukan formula untuk memadukan Van de Beek dengan Fernades. Lini tengah MU akan menjadi salah satu trio paling menakutkan di Inggris musim depan. Catatan 2,7 gol per laga yang dihasilkan Ten Hag bersama Ajax bisa terulang di MU.

Gelandang Atletico Madrid, Rodrigo De Paul (kiri), dan bek Manchester United, Harry Maguire, berusaha meraih bola dalam babak 16 besar putaran kedua Liga Champions di Stadion Old Trafford, Manchester, Inggris, Rabu (16/3/2022) dini hari WIB. Gol semata wayang Atletico dicetak Renan Lodi pada menit ke-41.
Bek tengah
Ketika menyebut posisi lini belakang, mayoritas pendukung MU sepakat menganggap Harry Maguire sebagai biang keladi buruknya performa ”Setan Merah” musim ini. Berbagai blunder yang dilakukan Maguire, terutama dalam penempatan posisi dan membaca permainan, telah menjadi meme di media sosial.
Pergerakan dan pengambilan keputusan yang lamban bisa membuat Maguire tidak lagi menjadi pilihan utama MU di era Ten Hag. Apalagi Ten Hag adalah pemuja sistem permainan yang membangun serangan dari belakang.
Ia butuh pemain belakang yang tenang, pandai membaca permainan, serta percaya diri memainkan bola. De Ligt dan Jurrien Timber adalah dua pemain dari akademi Ajax yang telah dipoles Ten Hag untuk memiliki tiga sikap itu.
Tak ayal, Timber pun masuk dalam daftar pemain yang akan dibawa Ten Hag ke Old Trafford pada musim panas ini. Di musim ini, pemain berusia 20 tahun itu mencatatkan rata-rata 77,2 operan per laga dengan tingkat akurasi operan mencapai 91,8 persen.

Pemain Roma, Borja Mayoral (kiri), berjibaku dengan pemain Ajax, Jurrien Timber, dalam putaran pertama babak perempat final Liga Europa di Stadion Johan Cruyff ArenA, Amsterdam, Belanda, Jumat 9/4/2021) dini hari WIB. Ajax sebenarnya mendominasi pertandaingan dengan penguasaan bola mencapai 65 persen.
Tandem Timber di lini belakang Ajax, Lisandro Martinez, pun memiliki statistik luar biasa. Ia menciptakan 81,8 operan per laga dengan akurasi mencapai 88,9 persen.
Tidak ada bek MU yang mencatatkan rata-rata lebih dari 52 operan per laga. Bek ”Setan Merah” yang memiliki catatan statistik paling mendekati ialah Raphael Varane. Pemain tim nasional Perancis itu memiliki 87,5 persen akurasi operan, tetapi ia hanya membuat 52,8 operan per laga.
Dua bek MU lainnya, Victor Lindelof dan Maguire, masing-masing hanya menghasilkan 50,1 dan 52,7 operan per laga. Akurasi operan Lindelof adalah 86,6 persen, sedangkan Maguire di angka 86,4 persen.
Dalam peran bertahan, catatan statistik bek tengah MU tentu akan membuat Ten Hag pusing. Bek MU amat buruk dalam catatan dua elemen penting dalam permainan bertahan yang dibutuhkan Ten Hag, yaitu tekel dan intersep.

Pemain Manchester United, Raphael Varane (kanan), berebut bola dengan pemain Tottenham Hotspur, Harry Kane, pada laga Liga Inggris, Sabtu (30/10/2021) tengah malam WIB, di Stadion Tottenham Hotspur, London. Pada laga itu, MU menang dengan skor 3-0.
Varane hanya mencatatkan 1,5 tekel per laga, lalu Maguire 1,1 tekel per laga, dan Lindelof 0,6 tekel per laga. Adapun Maguire menciptakan 1,1 intersep per laga. Lindelof dan Varane masing-masing menghasilkan 0,8 dan 0,6 intersep per laga.
Catatan itu amat jauh dari Timber dan Martinez yang masing-masing melakukan 2,3 dan 2 tekel per laga. Tingkat intersep per laga mereka pun tinggi, yakni 1,5 dan 1,9.
Alhasil, kehadiran Ten Hag akan membuat Varane, Lindelof, dan Maguire akan bekerja ekstra keras di sesi latihan pramusim.

Penyerang Manchester United, Cristiano Ronaldo, melakukan selebrasi setelah mencetak gol ketiga dalam pertandingan lanjutan Liga Inggris antara Manchester United dan Norwich City di Stadion Old Trafford, Manchester, Sabtu (16/4/2022).
Ronaldo
Satu lagi keputusan besar yang harus diambil Ten Hag di awal kedatangannya di Old Trafford adalah menentukan masa depan Cristiano Ronaldo. Sumbangan 21 gol yang dihasilkan Ronaldo di musim ini membuktikan dirinya adalah penyerang tengah terbaik milik MU saat ini.
Bersama Ronaldo, Ten Hag setidaknya memiliki satu pemain yang bisa menggaransi lebih dari 20 gol per musim. Namun, usia yang telah menginjak 37 tahun dan kontraknya, yang akan berakhir pada Juni 2023, menunjukkan ”CR7” hanya cocok untuk masuk dalam rencana jangka pendek Ten Hag.
Ten Hag bisa memaksimalkan hasrat dan ketajaman Ronaldo untuk musim perdananya di Old Trafford. Apalagi jika MU gagal menembus zona Liga Champions Eropa di akhir musim ini, tentu amat sulit untuk merayu penyerang tengah berkualitas untuk mengenakan seragam MU di musim 2022-2023.
Ten Hag juga bukan sosok yang alergi dengan pemain senior. Ia terbukti berpengalaman mengembalikan performa terbaik pemain senior di Ajax, misalnya Blind dan Tadic.
Ronaldo belum habis dan masih bisa menyajikan gol-gol yang diperlukan MU. Namun, Ronaldo bukan untuk masa depan. MU harus membangun skuad muda untuk kepentingan prestasi jangka panjang. (Wayne Rooney)

Pelatih Ajax Amsterdam Erik ten Hag memimpin latihan timnya menjelang duel versus Borussia Dortmund pada ajang Liga Champions Eropa, November 2021 lalu. Pada Kamis (21/4/2022), Ten Hag resmi ditunjuk sebagai manajer baru Manchester United mulai musim depan.
Oleh karena itu, Ten Hag bisa menerapkan saran Wayne Rooney, salah satu legenda MU. Rooney menganggap Ronaldo, mantan rekan setimnya, belum habis dan masih bisa menyajikan gol-gol yang diperlukan MU.
”Namun, Ronaldo bukan untuk masa depan. MU harus membangun skuad muda untuk kepentingan prestasi jangka panjang,” kata Ronney kepada Sky Sports.
Ten Hag bisa mendatangkan penyerang tengah muda, salah satu kandidatnya adalah Darwin Nunes milik Benfica. Keberadaan Ronaldo akan membantu Nunes untuk beradaptasi di Liga Inggris yang super ketat.
Ketika Nunes telah membuktikan diri bisa menjadi sumber gol utama ”Setan Merah”, Ten Hag secara perlahan bisa melepas ketergantungan dari Ronaldo.
Selamat datang di ”Theatre of Dreams”, Ten Hag! Now, time is yours!