Pelari gawang 100 meter putri potensial Dina Aulia berpeluang meraih medali di SEA Games 2021. Namun, karena kebijakan efisiensi Kemenpora, mimpi atlet berusia 18 tahun itu untuk membuktikan kapasitasnya kandas.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS Pelari gawang 100 meter putri muda Dina Aulia berpeluang besar meraih medali di SEA Games Vietnam 2021. Dengan catatan waktu terbaik 13,88 detik, dia bisa merebut perunggu, dengan berpatokan pada hasil SEA Games Filipina 2019. Sayangnya, mimpi atlet 18 tahun itu kandas karena kebijakan efisiensi Kementerian Pemuda dan Olahraga atau Kemenpora.
"Dina tidak diberangkatkan karena kalah bersaing dengan Emilia Nova yang berpotensi mempertahankan emas. Pemerintah menganggap tidak ada dua emas dari lari gawang 100 meter. Padahal, keberangkatannya sangat penting untuk menambah pengalaman dan regenerasi nomor ini," ujar pelatih lari gawang pemusatan latihan nasional Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) Fitri ”Ongky” Haryadi di Jakarta, Jumat (22/4/2022).
Ongky mengatakan, Dina adalah pelari gawang 100 meter putri potensial yang ada dalam empat tahun terakhir. Pada latihan tes kecepatan sebelum Pekan Olahraga Nasional Papua 2021, Dina bisa mencatat waktu terbaik 13,78 detik.
Pada lomba resmi ketika merebut emas pada Jawa Tengah Terbuka 2022 di Semarang, Maret lalu, Dina membukukan waktu terbaik 13,88 detik. Capaian itu membuatnya mendapatkan tiket ke Kejuaraan Dunia U20 2022 di Cali, Kolombia, 2-7 Agustus 2022.
Catatan waktu terbaiknya itu melampaui pelari Singapura Nur Izlyn Zaini yang meraih perunggu SEA Games 2019 dengan 13,92 detik. Saat itu, Emilia Nova merebut emas dengan 13,61 detik dan pelari Vietnam Tran Thi Yen Hoa mendapatkan perak dengan 13,75 detik.
"Dina ini secara kemampuan sudah bagus. Kecepatan, agresivitas, dan motivasinya besar. Dia tinggal mengasah teknik dan mentalnya. Untuk mental, dibentuk dari ikut kejuaraan internasional," kata Ongky.
Menurut Ongky, secara bakat, Dina yang paling mendekati Emilia. Pada usia yang kurang lebih sama, Dina hanya kalah dari Emilia yang sukses memecahkan rekor nasional yunior dengan waktu 13,69 detik ketika merengkuh emas Palembang ASEAN University Games, 18 Desember 2014. Kini, Emilia menjelma menjadi peraih perak Asian Games Jakarta-Palembang 2018 dan emas SEA Games 2019.
Kemunculan Dina bak oasis di tengah keringnya regenerasi pelari gawang 100 meter putri di Tanah Air. Catatan waktu terbaik Dina jauh melampaui dua pelari gawang 100 meter putri yang pernah bergabung ke pelatnas, yakni Ken Ayuthaya Purnama dengan 13,99 detik dan Liza Putri Ramandha dengan 14,58 detik. Kini, Ken dan Liza tidak lagi di pelatnas.
SEA Games bisa menjadi batu loncatan saya untuk meraih prestasi lebih tinggi di Asian Games, bahkan Olimpiade. (Dina Aulia)
Dina pertama kali terjun di lari gawang 100 meter pada 2019, pada usia 16 tahun. Dalam kejuaraan internasional perdananya di Thailand Sports School Khon Kaen Games, Agustus 2019, Dina merebut emas dengan 14,34 detik.
Dina menuturkan, dirinya cukup kecewa tidak bisa ikut SEA Games 2021. Dia ingin merasakan pengalaman bersaing dengan para pelari terbaik Asia Tenggara dan mengasah mental sebelum tampil di Kejuaraan Dunia U20. Pada Kejuaraan Dunia U20, dirinya menargetkan bisa menajamkan catatan waktunya menjadi 13,5 detik.
"Saya berharap pada SEA Games Kamboja tahun depan, pemerintah memberikan saya kesempatan ikut serta. SEA Games bisa menjadi batu loncatan saya untuk meraih prestasi lebih tinggi di Asian Games, bahkan Olimpiade," ungkap Dina.
Membingungkan
Secara keseluruhan, kebijakan efisiensi pemerintah membingungkan. Menpora Zainudin menyampaikan, mereka ingin mengubah paradigma prestasi. SEA Games maupun Asian Games hanya menjadi target antara. Sedangkan, Olimpiade menjadi target utama.
Oleh karena itu, pemerintah tidak berlebihan mengirim kontingen ke SEA Games 2021. Mereka hanya mengirim atlet-atlet dari cabang prioritas di Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang paling berpotensi merebut emas, perak, atau perunggu. Sedangkan, atlet-atlet dari cabang non DBON yangdikirim yang paling berpotensi mendapatkan emas atau perak.
Namun, kebijakan itu belum berjalan sesuai rencana. Kemenpora tidak memberikan Dina kesempatan ikut SEA Games 2021 walaupun ada peluang meraih perunggu. Padahal, atletik yang menjadi salah satu cabang prioritas di DBON.
"Kalau mau fokus ke Olimpiade, harusnya atlet-atlet muda dari cabang prioritas diberikan kesempatan besar untuk menambah pengalaman di level internasional," tutur Ongky.
Kebijakan efisiensi yang membingungkan itu turut dipertanyakan oleh cabang lain. Ketua Harian Pengurus Besar Persatuan Menembak dan Berburu Seluruh Indonesia (PB Perbakin) Siswanto mengatakan, mereka kemungkinan tidak bisa mengirim 11 atlet ke SEA Games 2021. Dari sekitar 28 atlet yang diajukan, hanya 17 atlet yang bisa diberangkatkan.
Kalau tidak bisa mengirim 11 atlet itu, potensi merebut medali di beberapa nomor pertandingan jadi kurang optimal.
"Pemerintah ini perlu mendetailkan lagi apa sasaran yang ingin dicapai dalam SEA Games, Asian Games, dan Olimpiade. Jadi, cabang bisa menyiapkan atlet sesuai untuk ajang itu," kata Siswanto.
Sebelumnya, pesenam muda Muthia Nur Cahya pun urung tampil di SEA Games 2021 karena kebijakan efisiensi tersebut. Saat jumlah atlet senam dikurangi, Kemenpora justru memilih mengirim 10 atlet cabang vovinam yang bukan termasuk cabang DBON ke SEA Games nanti.