Karim Benzema menjalani masa terbaik dalam kariernya pada musim ini. Performa itu adalah buah dari perubahan taktik dan tanggung jawabnya di Real Madrid. Meski begitu, prestasi tim lebih ia prioritaskan.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
Karim Benzema, penyerang Real Madrid, adalah salah satu pemain tersubur pada musim 2021-2022. Sumbangan 39 gol dan 13 asis bagi Real Madrid di tiga kompetisi membuktikan Benzema adalah sosok krusial bagi perjalanan luar biasa “Los Blancos” pada musim ini.
Meski musim 2021-2022 belum berakhir, Benzema telah mencatatkan statistik terbaik sejak bergabung dengan Real pada musim panas 2009 lalu. Tak hanya di Real, catatan total kontribusi gol itu juga yang terbaik dalam karier profesionalnya sejak menjalani debutnya bersama tim senior Olympique Lyon pada kompetisi edisi 2004-2005 silam.
Musim ini, Benzema menyumbangkan 38 persen dari 66 gol yang telah dicetak Los Blancos. Dengan sumbangan 25 gol, Benzema membantu Real kokoh di puncak klasemen dengan keunggulan 15 poin dari tiga tim di bawah yang sama-sama mengoleksi 60 poin. Mereka adalah Barcelona, Sevilla, dan Atletico Madrid.
Catatan gol dan asis itu masih bisa bertambah karena Real masih menyisakan tujuh laga di La Liga Spanyol dan laga babak semifinal Liga Champions Eropa. Pemain bernomor punggung sembilan itu berpeluang menyamai catatan tiga legenda Real, yaitu Alfredo Di Stefano, Hugo Sanchez, dan Cristiano Ronaldo, yang mampu mencetak lebih dari 30 gol dalam satu musim liga.
Setelah sembuh dari cedera hamstring, pertengahan Februari lalu, Benzema seakan-akan sulit dihentikan di La Liga. Ia menghasilkan delapan gol dalam tujuh laga terakhir di kompetisi domestik.
Dari tujuh laga itu, Benzema menghasilkan gol yang berbuah tiga poin alias menentukan kemenangan Los Blancos. Ia mencetak gol tunggal kemenangan Real atas Rayo Vallecano, lalu menghasilkan sepasang gol demi membawa pulang poin penuh dari markas Celta Vigo berkat keunggulan 2-1. Golnya pada menit akhir juga membantu Real menumbangkan Sevilla, 3-2, akhir pekan lalu.
Total sumbangan 12 gol di Liga Champions musim ini, yaitu hingga babak perempat final, juga membuka peluang Benzema menyamai, bahkan melampaui rekor gol mantan rekannya, Ronaldo, yang memegang rekor gol terbanyak dalam satu musim kompetisi paling bergengsi Eropa itu. Pada musim 2013-2014, “CR7” mencetak 17 gol dalam satu musim.
Rekor itu pun tidak bisa disamai Robert Lewandowski, ujung tombak Bayern Muenchen, kala mengantar Bayern merengkuh trofi “Si Kuping Besar” pada musim 2019-2020. Saat itu, sang pemain asal Polandia “hanya” menghasilkan 15 gol.
Real akan menjalani dua laga semifinal kontra Manchester City serta berpeluang menembus laga final. Maka, Benzema masih memiliki kesempatan untuk menyajajarkan diri dengan Ronaldo, bekas tandemnya. Apalagi, Benzema telah membuktikan diri mampu mencetak hattrick menghadapi dua tim besar di Eropa musim ini, yakni Paris Saint-Germain serta juara Liga Champions, Chelsea, pada dua babak sebelumnya.
Misi Real untuk mengakhiri paceklik gelar Liga Champions sejak 2018 amat bergantung dari performa Benzema. Pasalnya, pemain berusia 34 tahun itu adalah penyumbang 50 persen dari total gol Real di Liga Champions musim ini.
Kebebasan
Membaiknya insting gol Benzema tidak lepas dari keputusan taktik Pelatih Real Carlo Ancelotti. Meskipun diplot sebagai penyerang tengah, Ancelotti memberikan kebebasan kepada penyerang andalannya itu untuk bergerak di seluruh sisi pada sepertiga zona akhir pertahanan lawan.
Bahkan, dalam data Whoscored, pergerakan Benzema yang terpantau dalam heatmap tidak dominan berada di dalam kotak penalti lawan. Heatmap itu memantau pergerakan Benzema ketika menyentuh si kulit bundar.
Hal itu terlihat ketika Benzema menjalani salah satu performa terbaiknya pada musim ini kala mencetak tiga gol ke gawang Chelsea di Stadion Stamford Bridge, 7 April lalu. Dalam data heatmap pada laga itu, tidak ada pergerakan Benzema yang berwarna hijau atau kuning yang menunjukkan zona titik dominan pergerakannya. Seluruh pergerakan Benzema berwarna biru.
Ketika bersama Ronaldo, Benzema lebih banyak melayani rekannya itu. Tetapi, sejak kepergian Ronaldo pada jendela transfer musim panas 2018, Benzema menjelma sumber akhir peluang Real. Tugas pelayan di lini depan diberikan kepada yuniornya, Vinicius Junior.
Kebebasan itu membuat gerakan Benzema sulit diantisipasi lawan. Ia tidak hanya bisa menarik pemain lawan dan memberikan ruang kepada rekan setimnya, tetapi juga membantunya untuk bisa menaklukan pertahanan lawan.
Benzema memang bergerak lebih "liar" pada musim ini. Akan tetapi, seluruh golnya, terutama di La Liga, tetap tercipta di kotak penalti lawan. Hal itu menandakan Benzema bisa membaca celah di zona pertahanan lawan dengan baik, sehingga ia tiba di saat yang tepat untuk menyelesaikan peluang yang dikreasikan rekan-rekan setimnya.
Catatan gol terbaik pada musim ini tidak lepas pula dari membaiknya Benzema memanfaatkan setiap peluang yang dimilikinya. Apabila dibandingkan saat tahun terakhir bertandem dengan Ronaldo pada musim 2017-2018, Squawka mencatat Benzema menghasilkan satu gol dalam 2,79 expected goal (xG).
Adapun pada musim ini, ia hanya membutuhkan 0,77 xG untuk menghasilkan sebuah gol. XG adalah istilah di dalam statistik sepak bola untuk mengukur peluang sebuah tembakan menjadi gol. Semakin kecil xG per gol dari setiap individu, produktivitas pemain kian membaik.
Ketika bersama Ronaldo, Benzema lebih banyak melayani rekannya itu. Tetapi, sejak kepergian Ronaldo pada jendela transfer musim panas 2018, Benzema menjelma sumber akhir peluang Real. Tugas pelayan di lini depan diberikan kepada yuniornya, Vinicius Junior.
Dengan peran itu, tingkat rata-rata tembakan Benzema juga meningkat. Dari 2,1 tembakan per laga pada 2017-2018, ia mencatatkan 3,9 tembakan per laga pada musim ini.
Namun, di tengah ketajaman dan kian bergantungnya Real pada gol-golnya, Benzema enggan menganggap dirinya sebagai sumber gol Real. Menurut pemain kelahiran kota Lyon, Perancis, itu, perannya di Real tidak banyak berubah dibandingkan sejak awal bergabung ke klub tersebut.
“Saya tidak percaya peran saya hanya mencetak gol karena mencetak gol ketika timmu kalah (gol) itu tidak ada artinya. Saya yakin, sepak bola itu tentang perpaduan mencetak gol, menghasilkan asis, dan bekerja sebagai sebuah tim,” ujar Benzema beberapa waktu lalu.
Bagi Ancelotti, Benzema adalah sosok kapten tim yang memimpin dengan teladan. Performa terbaik Benzema pada musim ini juga menunjukkan dirinya pantas melanjutkan estafet kapten Los Blancos setelah Sergio Ramos hengkang ke PSG, akhir musim lalu.
“Ia adalah penyerang tengah yang fantastis, tetapi juga pemimpin yang luar biasa,” kata Ancelotti memuji anak asuhnya itu, seperti dilansir laman UEFA.
JIka catatan statistik individu yang gemilang itu berbuah gelar La Liga dan Liga Champions, Benzema sudah tidak diragukan lagi layak dianugerahi dua trofi individu terbaik pada edisi 2022, yakni pemain terbaik sejagat versi Ballon d’Or maupun FIFA. Tetapi, sekali lagi, bagi pemain keturunan Aljazair itu, mempersembahkan trofi bagi Real adalah prioritas utamanya, melebihi gelar individu. (REUTERS)