Beban Berat Menanti Ten Hag di Manchester United
Manchester United menjatuhkan pilihan kepada Erik ten Hag untuk menjadi manajer baru. Namun, perlu kolaborasi semua pihak untuk membantu Ten Hag menghadirkan kembali prestasi di Old Trafford.

Pelatih Ajax Erik ten Hag dalam sebuah wawancara di Stadion ArenA, Amsterdam, Belanda, Jumat (1/4/2022). Manchester United hanya tinggal menghitung hari sebelum meresmikan penunjukan Erik ten Hag sebagai manajer baru untuk musim 2022-2023.
MANCHESTER, SELASA — Manchester United hanya tinggal menghitung hari sebelum meresmikan penunjukan Erik ten Hag sebagai manajer baru untuk musim 2022-2023. Ten Hag akan dinaungi beban berat untuk mengembalikan kejayaan ”Setan Merah” sehingga ia membutuhkan komitmen besar dan kesabaran dari manajemen, pemain, dan pendukung MU untuk melakukan perubahan mendasar mulai dari kebijakan transfer hingga taktik.
Lima trofi juara telah dipersembahkan Ten Hag untuk Ajax sejak mengisi kursi pelatih kepala, Desember 2017. Melaju ke semifinal Liga Champions Eropa 2018-2019 serta menjadi salah satu dari tiga tim yang tampil sempurna di fase grup kompetisi antarjuara Eropa musim ini menjadi jaminan mutu juru taktik berusia 52 tahun itu.
Baca juga : Jejak Rangnick di Skuad Liverpool
Meskipun kualitas Eredivisie Belanda masih berada satu tingkat di bawah Liga Primer Inggris, catatan Ten Hag sebagai pelatih tercepat yang mencatatkan 100 kemenangan di Liga Belanda bukan rekor sembarangan. Capaian itu membuat dirinya lebih baik dari sejumlah pelatih legendaris asal Belanda, misalnya Rinus Michels, Louis van Gaal, dan Guus Hiddink.
Dengan prestasi mentereng di negeri asalnya, tidak salah apabila MU menjadikan Ten Hag sebagai kandidat prioritas untuk mengisi kursi manajer tetap. Demi mengamankan servis Ten Hag, yang kontraknya baru berakhir pada Juni 2023, MU wajib membayar klausul pelepas Ten Hag kepada Ajax sebesar 2 juta euro atau sekitar Rp 30,9 miliar.

Pelatih Ajax Erik ten Hag dalam sebuah wawancara di Stadion ArenA, Amsterdam, Belanda, Jumat (1/4/2022). Manchester United hanya tinggal menghitung hari sebelum meresmikan penunjukan Erik ten Hag sebagai manajer baru untuk musim 2022-2023.
Ten Hag diharapkan akan menandatangani kontrak tiga tahun plus opsi perpanjangan 12 bulan. Kontraknya bersama MU akan berdurasi empat tahun hingga 2026.
”Ten Hag diharapkan akan menandatangani kontrak tiga tahun plus opsi perpanjangan 12 bulan. Kontraknya bersama MU akan berdurasi empat tahun hingga 2026,” ujar pakar transfer, Fabrizio Romano, dalam artikelnya di The Guardian, awal pekan ini.
Tidak hanya kontrak jangka panjang, Ten Hag juga mendapat dua garansi istimewa yang tidak dimiliki lima pendahulunya di MU setelah era Sir Alex Ferguson. Pertama, Ten Hag memiliki kewenangan kunci untuk menentukan keputusan final terkait kebijakan transfer klub.
Baca juga : Secercah Cahaya untuk Manchester United
Ten Hag tidak ingin merasakan nasib seperti Ole Gunnar Solskjaer yang menghabiskan sekitar 312 juta pounds (Rp 5,83 triliun), tetapi gagal mempersembahkan trofi perak untuk Setan Merah. Ia pun ingin melepas sejumlah pemain yang tidak cocok dengan strateginya atau pemain yang sudah tidak betah di Stadion Old Trafford, seperti Paul Pogba dan Marcus Rashford.
Kedua, Ten Hag juga meminta kepada manajemen MU untuk membawa Mitchell van der Gaag, asisten pelatih Ajax. Van der Gaag telah bekerja sama dengan Ten Hag di Ajax sejak 2019.

Pelatih Ajax Erik ten Hag dalam sebuah wawancara di Stadion ArenA, Amsterdam, Belanda, Jumat (1/4/2022). Manchester United hanya tinggal menghitung hari sebelum meresmikan penunjukan Erik ten Hag sebagai manajer baru untuk musim 2022-2023.
Ten Hag ingin pula bekerja sama dengan Steve McClaren untuk membantu beradaptasi dengan iklim kompetisi Inggris. McClaren sudah memahami sepak bola menyerang khas Belanda karena berpengalaman membawa Twente menjadi juara Eredivisie 2008-2009.
Harapan baru
Dua syarat yang dicanangkan Ten Hag itu telah disetujui oleh dua pejabat MU yang mewawancarainya, bulan lalu. Kedua orang itu ialah Direktur Sepak Bola John Murtough dan Direktur Teknik Darren Fletcher.
Murtough dan Fletcher adalah pembawa harapan baru dari perubahan besar-besaran pejabat utama MU setelah Ed Woodward meninggalkan klub, 1 Februari lalu.
Baca juga : Spurs Buat MU Menyesal Batal Rekrut Conte?
Selain dua orang itu, Ten Hag akan bekerja sama dengan Matt Judge, yang menjabat sebagai Kepala Pengembangan MU yang juga berperan sebagai negosiator transfer pemain, lalu Richard Arnold yang menggantikan Woodward di jabatan CEO MU.
Sosok-sosok baru di manajemen tertinggi MU itu berharap Ten Hag bisa menghadirkan kembali kejayaan MU. Mereka setidaknya ingin Ten Hag seperti Juergen Klopp dan Pep Guardiola yang mampu mengubah Liverpool dan Manchester City sebagai tim dominan dengan permainan paling atraktif di Inggris dan dunia dalam beberapa musim terakhir.

Pelatih Ajax Erik ten Hag memimpin sesi latihan di Dortmund, Jerman, 2 November 2021, menjelang laga Grup C Liga Champions Eropa antara Borussia Dortmund dan Ajax. Manchester United hanya tinggal menghitung hari sebelum meresmikan penunjukan Erik ten Hag sebagai manajer baru untuk musim 2022-2023.
Klopp datang di awal musim 2015-2016 juga sejalan dengan reformasi di tubuh manajemen ”Si Merah”. Kala itu, Liverpool mendatangkan pula Michael Edwards sebagai direktur teknik.
Edwards adalah sosok penting dalam kebijakan transfer Liverpool. Ia membantu Klopp membangun skuad impian dengan mendatangkan Mohamed Salah, Alisson Becker, Sadio Mane, dan Virgil van Dijk. Edwards pula yang meyakinkan Klopp untuk mempromosikan Trent Alexander-Arnold dari tim muda.
Hal serupa dialami Guardiola ketika datang ke Manchester City pada musim panas 2016. Ia dikelilingi oleh sosok penting di City yang telah bekerja sama dengannya di Barcelona, yaitu CEO City Ferran Soriano dan Direktur Sepak Bola City Txiki Begiristain.
Baca juga : Manchester United Memulai Pencarian Manajer Baru
”Proses dalam mengambil keputusan perlu ditingkatkan secara drastis dalam manajemen MU, terutama dalam urusan perekrutan pemain. Selain itu, MU juga butuh kesabaran untuk membangun kekuatan baru bersama Ten Hag,” kata Nick Wright, kolumnis Sky Sports.
Wright menekankan, Guardiola baru menghadirkan trofi di musim kedua bersama City. Klopp butuh tiga tahun untuk memberi gelar pertama, Liga Champions 2018-2019.

Pelatih Ajax Erik ten Hag menendang bola saat pertandingan Grup C Liga Champions Eropa antara Borussia Dortmund dan Ajax di Dortmund, Jerman, 3 November 2021. Manchester United hanya tinggal menghitung hari sebelum meresmikan penunjukan Erik ten Hag sebagai manajer baru untuk musim 2022-2023.
Penguasaan bola
Seperti Klopp dan Guardiola, Ten Hag adalah juru taktik yang mengutamakan penguasaan bola, pressing ketat, dan zona pertahanan tinggi. Di musim ini, Ajax rata-rata mencatatkan 67,4 persen penguasaan bola per laga dengan 84,8 persen akurasi operan per laga di Eredivisie.
Catatan itu tidak berbeda jauh ketika tampil di Liga Champions meski gugur dari Benfica di babak 16 besar. Ajax mengoleksi catatan 61,4 persen penguasaan bola dan 86,6 persen akurasi operan.
Baca juga : Titik Nadir Bintang ”Setan Merah”
Statistik itu amat jauh dibandingkan rata-rata 53 persen penguasaan bola MU di kompetisi domestik dan Eropa musim ini. Dengan catatan itu, amat wajar apabila MU tidak bisa bersaing dengan tiga tim teratas di Inggris musim ini, yaitu City, Liverpool, dan Chelsea, yang memiliki rata-rata penguasaan bola lebih dari 60 persen.
Permainan menyerang Ajax di era Ten Hag juga ditandai dengan rata-rata menghasilkan 19,7 tembakan per laga di Belanda dan Eropa. Adapun MU hanya mencatatkan rata-rata 12,5 tembakan di edisi 2021-2022.

Manajer interim Manchester United, Ralf Rangnick, berbicara dengan penyerang MU, Anthony Elanga, pada akhir laga Liga Inggris antara MU dan Leicester City di Stadion Old Trafford, Manchester, Sabtu (2/4/2022).
Manajer interim MU Ralf Rangnick mengungkapkan, kegagalan MU menerapkan gegenpressing yang menjadi filosofi sepak bolanya adalah buruknya kualitas fisik mayoritas pemain. ”Anda tidak bisa menang karena sisi teknis semata karena perlu fisik yang tangguh. Tidak ada masalah dengan formasi, tetapi energi dan intensitas menjadi kendala,” ujar Rangnick.
Ketika disinggung permainan menyerang yang menjadi identitasnya, Ten Hag tidak menganggap itu adalah sistem baku yang akan diterapkannya pula ketika menangani tim selain Ajax. Menurut dia, hal paling utama ialah mengubah perspektif pemainnya dalam menjalani sebuah permainan.
”Saya tidak memiliki sistem (taktik) tertentu, sebab semua yang diterapkan di atas lapangan adalah tentang menentukan sikap ketika menguasai bola dan saat kehilangan penguasaan bola. Dua hal itu akan menentukan bagaimana Anda menciptakan momen di pertandingan,” kata Ten Hag kepada Dutch Soccer Site. (AFP)