Kapten Napoli, Lorenzo Insigne, menitikkan air mata setelah timnya ditahan tim tamu, AS Roma, pada laga Liga Italia, Selasa dini hari WIB. Kans Napoli meraih ”scudetto” pertama dalam 32 tahun terakhir kini mulai buyar.
Oleh
YULVIANUS HARJONO
·3 menit baca
NAPOLI, SELASA — Mimpi Napoli meraih scudetto, gelar juara Liga Italia yang terakhir kali mereka raih pada 1990 silam, mulai buyar setelah ditahan AS Roma, 1-1, Selasa (19/4/2022) dini hari WIB. Hasil itu bahkan memicu perang urat syaraf antara Pelatih Napoli Luciano Spaletti dengan Pelatih AS Roma Jose Mourinho.
Akibat hasil imbang itu, Napoli kini terpaut empat poin dari pemuncak klasemen sementara Liga Italia, AC Milan. ”I Partenopei” juga tertinggal dua poin dari tim peringkat kedua, Inter Milan, yang masih memiliki tabungan satu laga. Dengan lima pekan tersisa, kans Napoli untuk finis teratas pun kini mengecil.
Padahal, pada awal musim ini, Napoli sempat 12 pekan memuncaki klasemen sementara Liga Italia menyusul delapan kemenangan beruntun. Namun, performa mereka anjlok pada akhir 2021 menyusul badai cedera pemain. Sejak itu, mereka mulai inkonsisten. Pada dua laga terakhir, mereka bahkan hanya menuai satu poin di kandangnya sendiri. Pada laga sebelumnya, mereka kalah 2-3 dari Fiorentina.
Kekecewaan pun terlihat dari wajah pemain Napoli, tim yang terakhir kali menjuarai Liga Italia ketika legendanya, almarhum Diego Maradona, masih aktif bermain. Lorenzo Insigne, kapten tim Napoli yang membobol gawang Roma lewat penalti, misalnya, tidak kuasa menitikkan air mata ketika melambaikan tangannya ke para pendukung setelah laga berakhir.
Ia menyadari, kesempatan terakhirnya memberikan gelar juara untuk penggemar Napoli telah sirna. Pada musim depan, pemain yang telah 12 tahun mengabdi untuk Napoli itu akan hijrah ke klub Major League Soccer (MLS) Amerika Serikat, Toronto.
Spirit Roma
Pada laga itu, Napoli sempat unggul lebih dulu lewat penalti Insigne setelah Asisten Video Wasit (VAR) melakukan peninjauan insiden dijatuhkannya penyerang Napoli, Hirving Lozano, oleh bek Roma, Roger Ibanez, di kotak penalti pada menit ke-10. Namun, Roma—yang tampil ngotot untuk mengejar peringkat keempat—menunjukkan spirit pantang menyerah.
Saya kira, pertarungannya (scudetto) bakal sangat ketat hingga menit terakhir pekan pamungkas. Persaingannya berimbang dan masih berpotensi ada kejutan.
Mereka mencetak gol balasan lewat penyerang pengganti, Stephan El Shaarawy, pada menit injury time babak kedua. Padahal, pada pertengahan babak kedua, Napoli tampil defensif. Spaletti memilih bermain aman, yaitu menjaga keunggulan, dengan menarik tiga penyerangnya, Insigne, Lozano, dan Victor Osimhen.
”Kami menyesalkan akhir laga. Kami menurunkan gelandang pengganti, tetapi tidak mampu mengontrol permainan seperti yang saya harapkan. Gol (Shaarawy) semestinya bisa kami cegah,” ungkap Spaletti yang pernah lama melatih Roma.
Pada kubu sebaliknya, Mourinho menilai hasil imbang timnya di Stadion Diego Armando Maradona, markas Napoli, terasa seperti kemenangan. ”Saya merayakannya karena tampaknya mustahil untuk meninggalkan tempat ini dengan hasil positif (kemenangan). Itu bukan karena tim kami tidak bermain baik, melainkan saya punya kesan kami akan sulit meraih hasil positif jika tak bisa dikatakan mustahil,” ujar Mourinho dikutip Football-Italia.
Menyorot wasit
Pernyataan sinis pelatih yang pernah membawa Inter Milan meraih tiga gelar (treble) semusim itu merujuk pada ketidakpuasannya terhadap kepemimpinan wasit Marco Di Bello pada laga itu. Ia menilai timnya dirugikan pada sejumlah insiden di laga panas tersebut sehingga tidak bisa mencuri kemenangan yang penting untuk mengejar Juventus di peringkat keempat.
”Ada berapa banyak (insiden) yang mau saya katakan? Tiga. (Allesandro) Zanoli (pemain Napoli) semestinya mendapat kartu kuning kedua. Lalu, penalti semestinya diberikan untuk (pelanggaran) Zaniolo. Ada banyak lagi,” ungkap Mourinho dengan nada meninggi.
Mengomentari pernyataan Mourinho itu, Spaletti pun tidak kalah sinis. ”Sejak pertama kali saya ke sini, saya selalu bilang ke para pemain untuk berperilaku baik, tidak vokal. Jika bisa kembali ke masa lalu, saya tidak akan melakukannya karena beberapa wasit dipengaruhi perilaku seperti itu. Saya tidak berkata (hanya) soal Roma, tetapi juga tim-tim lainnya,” ujar Spaletti.
Terkait persaingan scudetto, Carlo Ancelotti, mantan pelatih AC Milan yang kini menangani Real Madrid, menilai, kans Napoli menjadi juara masih terbuka. ”Saya kira, pertarungannya (scudetto) bakal sangat ketat hingga menit terakhir pekan pamungkas. Persaingannya berimbang dan masih berpotensi ada kejutan,” ujarnya.