NPC Indonesia berharap perpres penyelenggaraan ASEAN Para Games segera disahkan. Perpres jadi payung hukum untuk menyiapkan ajang tersebut, terutama untuk pencairan anggaran renovasi arena dan peresmian panitia lokal.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
KOMPAS/FERGANATA INDRA
Pelari Susan Unggu dari Sulawesi Utara (kedua dari kanan) melaju saat berlaga pada babak final nomor lari 100 meter putri klasifikasi T11 Pekan Paralimpiade Nasional Papua di Stadion Lukas Enembe, Kabupaten Jayapura, Papua, Senin (8/11/2021). Indonesia akan menjadi tuan rumah ASEAN Para Games 2022 yang diselenggarakan di Solo, Jawa Tengah, 31 Juli-6 Agustus.
JAKARTA, KOMPAS — Komite Paralimpiade Nasional atau NPC Indonesia berharap peraturan presiden atau perpres mengenai penyelenggaraan ASEAN Para Games 2022 di Solo, Jawa Tengah, 31 Juli-6 Agustus, segera disahkan. Perpres itu akan menjadi payung hukum untuk menyiapkan segala keperluan penyelenggaraan ajang yang dialihkan dari Vietnam ke Indonesia tersebut, terutama merenovasi arena. Hal itu mendesak karena waktu persiapan hanya sekitar empat bulan.
”Dari 14 arena, 12 arena harus direnovasi. Dua arena di antaranya perlu renovasi besar, antara lain arena akuatik yang wajib menyesuaikan standar FINA (Federasi Renang Internasional). Beberapa waktu lalu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah meninjau lokasi. Mereka bilang, kalau dimulai dari sekarang, paling cepat renovasi arena akuatik selesai pertengahan Juli. Kalau lebih molor, bisa-bisa renovasinya belum beres saat penyelenggaraan ASEAN Para Games,” ujar Wakil Sekretaris Jenderal NPC Indonesia Rima Ferdianto ketika dihubungi, Senin (18/4/2022).
Rima mengatakan, perpres itu diajukan kepada Presiden Joko Widodo seusai rapat terbatas di Jakarta akhir Maret lalu. Kini, perpres itu sudah masuk tahap harmonisasi atau menunggu paraf 15 kementerian/lembaga terkait sebelum dilanjutkan ke Presiden untuk ditandatangani atau disahkan.
NPC Indonesia berharap proses itu bisa lancar dan cepat agar perpres bisa disahkan bulan ini. ”ASEAN Para Games ini kegiatan mendesak. Jadi, butuh percepatan. Biasanya, kalau jalur wajar, pengesahan perpres sekitar empat bulan. Mudah-mudahan, dengan keperluan mendesak ini, pengesahan itu bisa masuk jalur ekspres agar tuntas dalam satu-dua bulan,” katanya.
KOMPAS/FERGANATA INDRA
Pelatih membantu atlet binaannya yang akan berlomba dalam babak final 50 meter gaya dada putra Pekan Paralimpiade Nasional Papua 2021 di Arena Akuatik Lukas Enembe, Kabupaten Jayapura, Papua, Senin (8/11/2021). Indonesia akan menjadi tuan rumah ASEAN Para Games 2022 yang diselenggarakan di Solo, Jawa Tengah, 31 Juli-6 Agustus.
Perpres itu dibutuhkan segera untuk landasan hukum melaksanakan semua persiapan. Misalnya, untuk mengesahkan panitia lokal yang nantinya menandatangani nota kesepahaman (MOU) dengan Federasi Olahraga Para Games ASEAN (APSF).
Kalau beres MOU, proses penyerahan bendera dari Filipina sebagai tuan rumah ASEAN Para Games 2020 yang dibatalkan karena pandemi Covid-19 ke Indonesia bisa dilaksanakan. Lalu, delegasi teknis setiap cabang olahraga bisa turun ke lapangan untuk meninjau kesiapan arena dan sarana-prasarana pendukungnya.
”Semua itu, rangkaian kegiatan inti yang harus dilakukan dengan panitia lokal. Kalau belum ada Perpres, panitia lokal itu belum bisa diresmikan. Kalau tidak ada panitia resmi, kegiatan-kegiatan itu bakal tertunda yang otomatis berefek pada jadwal ASEAN Para Games,” ujar Rima.
Selain itu, lanjut Rima, perpres tersebut dibutuhkan untuk pencairan anggaran semua bentuk persiapan, khususnya renovasi arena. Ada 14 arena yang disiapkan untuk 14 cabang olahraga yang dipertandingkan. Dua arena milik swasta sehingga tidak direnovasi, yakni angkat berat dan catur yang berlangsung di hotel.
KOMPAS/FERGANATA INDRA
Perenang Kezia Karuniawati dari Jawa Tengah menyapa panitia pertandingan sebelum bertanding di cabang renang nomor 50 meter gaya dada S5-S6 putri dalam ajang Pekan Paralimpiade Nasional Papua 2021 di Arena Akuatik Lukas Enembe, Kabupaten Jayapura, Papua, Senin (8/11/2021). Kezia finis di urutan kelima dengan waktu 1 menit 17,37 detik. Indonesia akan menjadi tuan rumah ASEAN Para Games 2022 yang diselenggarakan di Solo, Jawa Tengah, 31 Juli-6 Agustus.
Sebanyak 12 arena perlu direnovasi. Rata-rata renovasinya tergolong ringan atau sedang, seperti penyediaan akses untuk kursi roda, pelebaran pintu untuk kursi roda, jalur untuk tunanetra, perbaikan pencahayaan, dan pengecatan.
Namun, dua arena harus menjalani renovasi cukup besar, yaitu arena akuatik dan Stadion Sriwedari atau Stadion R Maladi. Arena akuatik itu akan menjalani pekerjaan rumit, seperti kolam renang wajib memiliki kedalaman tiga meter dan punya sepuluh jalur untuk lomba. Secara keseluruhan, arena itu dirombak total.
Untuk Stadion Sriwedari, itu termasuk cagar budaya karena bangunan bersejarah tempat penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional Pertama pada 9 September 1946. Arena itu harus direnovasi dengan hati-hati sesuai dengan aturan cagar budaya. Menurut rencana, arena itu menjadi tempat pembukaan dan penutupan.
Perpres itu menjadi payung hukum kementerian/lembaga terkait untuk mengerjakan tugasnya masing-masing.
Renovasi-renovasi itu bakal dilaksanakan oleh Kementerian PUPR. Sejauh ini, Kementerian PUPR telah proaktif untuk mengidentifikasi lebih dulu apa-apa yang perlu dibenahi dan berapa besaran dananya. Akan tetapi, mereka belum bisa melakukan pengerjakan fisik kalau belum ada perpres. ”Perpres itu menjadi payung hukum kementerian/lembaga terkait untuk mengerjakan tugasnya masing-masing,” ujar Rima.
AP/KIICHIRO SATO
Pasangan Indonesia, Hary Susanto (kanan) dan Leani Ratri Oktila, merayakan kemenangannya setelah berhasil merebut medali emas saat melawan pasangan Perancis, Lucas Mazar/Faustine Noel, dalam final ganda campuran bulu tangkis kategori SL3-SU5 Paralimpiade Tokyo 2020 di Tokyo, Jepang, Minggu (5/9/2021). Indonesia akan menjadi tuan rumah ASEAN Para Games 2022 yang diselenggarakan di Solo, Jawa Tengah, 31 Juli-6 Agustus.
Adapun jadwal ASEAN Para Games mundur satu pekan dari 23-30 Juli menjadi 31 Juli-6 Agustus. Perubahan itu karena usulan pemerintah pusat yang meminta ajang tersebut bisa diselenggarakan di tengah nuansa HUT Kemerdekaan Indonesia yang puncaknya pada 17 Agustus. Usulan itu sudah disetujui APSF meskipun Malaysia sedikit keberatan karena jadwal baru berbarengan dengan Commonwealth Para Games 2022 di Birmingham, Inggris, 27 Juli-7 Agustus.
”Di samping berharap perpres segera disahkan, kami berharap pemerintah melalui Kemenpora (Kementerian Pemuda dan Olahraga) bisa mendukung kami melaksanakan pelatnas penuh untuk ASEAN Para Games. Saat ini, dari rencana 331 atlet, cuma 120 atlet yang telah masuk pelatnas di Solo sejak awal tahun. Sisanya, masih di daerah. Kami inginnya atlet-atlet daerah itu bisa segera bergabung ke pelatnas agar program latihannya sama. Apalagi Indonesia memasang target menjadi juara umum dengan perolehan minimal 100 emas,” ujar Rima.
Menpora Zainudin Amali dalam acara Ngobrol Santai tentang Olahraga di Kemenpora, Senin petang, menuturkan, Perpres itu hanya syarat administrasi yang tidak mengganggu persiapan fisik. ”Penyelenggaraan ASEAN Para Games ini, kan, berdasarkan arahan langsung Presiden. Persiapannya dilakukan oleh lintas kementerian. Sekarang, PUPR sudah turun ke lapangan untuk meninjau. Nanti, setelah perpres disahkan, semua pengerjaan fisik langsung jalan,” ujarnya.
Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional Kemenpora Chandara Bhakti menyampaikan, pihaknya telah menyampaikan usulan anggaran penyelenggaraan ASEAN Para Games. Pemerintah telah menyetujui besaran dana penyelenggaraan ASEAN Para Games yang tersedia di Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara Kementerian Keuangan. Anggaran itu untuk pelaksanaan kegiatan ataupun penambahan atlet untuk pelatnas.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali (ketiga dari kiri) hadir dalam pembukaan Acara Ngobrol Santai tentang Olahraga di Kemenpora, Jakarta, Senin (18/4/2022). Hadir pula dalam acara itu Ketua Kontingen (CdM) Indonesia di SEA Games Vietnam 2021 Ferry J Kono, CdM Tubagus Ade Lukman, Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional Kemenpora Chandra Bhakti, dan Ketua Tim Review Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional Kemenpora Prof Dr Moch Aswami. Dalam acara itu, Menpora terus mengingatkan bahwa paradigma prestasi Indonesia harus berubah dari mengejar prestasi di SEA Games ataupun Asian Games menjadi fokus ke Olimpiade. SEA Games dan Asian Games hanya target antara, sedangkan Olimpiade merupakan target utama.
”Untuk pencairan anggaran itu, kita semua harus bekerja secara paralel. Ketika pemerintah menyiapkan pengesahan perpres, NPC pun mesti menyiapkan finalisasi rencana induk kegiatan. Tujuannya, saat perpres disahkan, kita bisa segera mengajukan anggaran itu kepada Kementerian Keuangan. Anggaran itu bisa cair kalau ada dasar kenapa dana tersebut perlu dikeluarkan. Dasarnya, ya, dari rencana induk tersebut,” katanya.
Menurut Chandra, dana yang tersedia sangat terbatas. Sebab, Indonesia baru resmi menjadi tuan rumah ASEAN Para Games pada Februari atau setelah pemerintah menetapkan besaran anggaran Kemenpora di akhir tahun lalu. Maka dari itu, pihaknya berharap NPC Indonesia bisa bijaksana melihat situasi tersebut, terutama untuk penambahan atlet pelatnas.
”Pelatnas atlet elite NPC Indonesia sebenarnya, kan, sudah jalan sejak awal tahun ini. Kalau memang ingin ada penambahan atlet, mereka harus mengoptimalkannya dari anggaran tersebut atau mengoptimalkan saja pelatihan di daerah,” ujar Chandra.