Manchester City kerepotan dalam menembus rapatnya pertahanan Atletico Madrid. Kesabaran dan kedewasaan City mematahkan perlawanan Atletico.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
MANCHESTER, RABU — Manchester City hampir dibuat putus asa meladeni permainan bertahan Atletico Madrid dalam pertemuan pertama babak perempat final Liga Champions Eropa di Stadion Etihad, Manchester, Inggris, Rabu (6/4/2022) dini hari WIB. Kesabaran dan kedewasaan menjadi senjata City untuk merebut kemenangan penting 1-0 atas Atletico.
Sejak awal laga, Atletico sudah memilih menerapkan taktik defensif. Saat mendapat serangan dari City, Atletico beralih menggunakan formasi 5-4-1 dari sebelumnya 4-4-2. Pelatih Atletico Diego Simeone menginstruksikan para pemainnya untuk menumpuk di area pertahanan demi menutup ruang para pemain City.
Statistik laga menyebutkan, City amat dominan dalam penguasaan bola dan peluang. City mendominasi laga dengan 68 persen penguasaan bola. Selain itu, mereka juga memborong semua peluang di laga tersebut. Sepanjang laga, para pemain City mencatatkan 15 upaya tembakan ke gawang.
Karena para pemain Atletico menumpuk di area pertahanan, pemain City terpaksa menciptakan peluang dengan sepakan jarak jauh dan juga umpan-umpan silang. Namun, semua itu gagal karena terbentur tembok besar yang dibangun Atletico.
Sebaliknya, Atletico sangat pasif dengan hanya menunggu para pemain City datang menggiring bola ke pertahanan mereka. Lantaran sibuk bertahan, Atletico jadi sama sekali tidak menorehkan peluang ke gawang City.
Mereka bertahan dengan sangat baik, sangat kompak, dan begitu dalam. Kami mesti sabar. Sejak awal saya tidak berharap akan menang dengan tiga atau empat gol.
”Mereka bertahan dengan sangat baik, sangat kompak, dan begitu dalam. Kami mesti sabar. Sejak awal saya tidak berharap akan menang dengan tiga atau empat gol. Saya tahu siapa yang kami hadapi. Mereka telah bersama selama bertahun-tahun,” kata Manajer City Pep Guardiola seusai laga.
Taktik defensif yang diterapkan Atletico cukup beralasan. ”Los Rojiblancos” tidak punya kemewahan skuad sebagaimana dimiliki City. Selain itu, City dikenal sangat berbahaya saat bermain di hadapan pendukungnya sendiri. Data statistik menunjukkan, City telah menyarangkan 12 gol di empat laga kandang sejak babak penyisihan grup Liga Champions.
”Jelas kami bermain melawan lawan yang luar biasa. Kami harus menggunakan cara bertahan yang bagus dan tanpa rasa malu,” kata Simeone.
Atletico sukses menahan gempuran City sepanjang babak pertama. Di babak kedua, Guardiola menginstruksikan para pemainnya agar mencoba untuk menambah kecepatan dan intensitas serangan.
Garis pertahanan City serta-merta naik sedemikian tinggi hingga melewati garis tengah lapangan. Instruksi Guardiola itu memang makin merepotkan Atletico. Akan tetapi, di sisi lain, pilihan untuk menaikkan garis pertahanan juga membuka celah di lini pertahanan City.
Kesempatan itu berkali-kali coba dimanfaatkan duet penyerang Atletico, Antoine Griezmann dan Joao Felix. Namun, keduanya gagal mengeksploitasi ruang yang ditinggalkan pemain City.
Memecah kebuntuan
City pada akhirnya memecah kebuntuan pada menit ke-70. Saat itu, Guardiola yang merasa semua upaya timnya menemui kegagalan kemudian memutuskan melakukan sejumlah pergantian. Pelatih asal Spanyol itu mengutus Jack Grealish, Gabriel Jesus, dan Phil Foden untuk menggantikan Riyad Mahrez, Ilkay Gundogan, dan Raheem Sterling.
Pergantian itu membuahkan hasil tidak lama kemudian. Foden yang baru 79 detik berada di lapangan membuat umpan kunci yang mampu dimaksimalkan De Bruyne menjadi gol. Foden yang melihat ruang terbuka di hadapan De Bruyne mengirim umpan terukur yang tidak disia-siakan De Bruyne untuk merobek jala Atletico.
”Ketika permainan sedikit datar, kami tahu kami bisa mengubahnya dengan pemain pengganti. Phil (Foden) memiliki kualitas khusus. Dia memiliki ketenangan untuk membuat asis yang luar biasa dan Kevin (De Bruyne) berada di momen terbaik di musimnya,” kata Guardiola.
Guardiola memuji kesabaran dan kedewasaan para pemainnya. Ia menyebut, tidak mudah menaklukkan taktik defensif yang diterapkan Atletico. Dengan cara serupa, Atletico telah menyingkirkan Manchester United di babak 16 besar. Bermain di kandang MU, Stadion Old Trafford, para pemain Atletico juga memilih mengandalkan serangan balik. Cara itu sukses membawa Atletico ke perempat final berkat kemenangan agregat 2-1.
Meski berhasil merebut pertemuan pertama, Guardiola menyadari, hasil 1-0 belumlah aman untuk membuat City melenggang ke babak semifinal.
”Kami harus mengendalikan emosi kami. Ini akan menjadi ujian yang bagus bagi kami, terutama soal kedewasaan kami. Kami akan mencoba mencetak gol dan memenangi pertandingan,” ucap Guardiola.
Sementara itu, Simeone memuji permainan dengan bola-bola cepat yang diperagakan City. Di Liga Spanyol, belum ada tim yang mampu memainkan penguasaan dan pergerakan bola seperti City selain Barcelona yang saat ini dibesut Xavi Hernandez.
”Mereka mungkin tim terbaik di dunia. Kami akan mengubah sedikit cara kami bermain di pertemuan kedua. City akan bermain dengan cara yang sama. Tapi, dengan kerendahan hati dan kerja keras, kita akan bersaing. Kemudian kita lihat saja ke mana itu akan membawa kita,” kata Simeone. (AFP)