Jakarta BNI 46 Benamkan Jakarta Pertamina Pertamax ke Jurang Terdalam
BNI 46 keluar sebagai peringkat ketiga Proliga 2022 usai menang 3-1 atas Pertamina. Hasil itu sekaligus membenamkan Pertamina ke jurang terdalam di pungujung kompetisi musim ini usai sangat superior di penyisihan grup.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
SENTUL, KOMPAS – Tim putra Jakarta BNI 46 berhasil menggenggam status peringkat ketiga PLN Mobile Proliga 2022 usai menundukkan Jakarta Pertamina Pertamax 3-1 (25-23, 25-23, 22-25, 25-23) dalam laga di Padepokan Bola Voli Sentul, Jawa Barat, Minggu (27/3/2022). Hasil itu turut membenamkan Pertamina ke jurang terdalam pasca sangat dominan di babak penyisihan grup.
”Dengan persiapan yang minimal dan kehilangan dua pemain andalan di musim 2020, yakni setter Dio Zulfikri dan outsidehitter Doni Haryono (yang kini membela Bogor LavAni). Ini adalah prestasi terbaik kami musim ini. Andai masih ada Dio dan Doni, mungkin kami bisa berbicara lebih banyak, bahkan juara musim ini,” tegas pelatih BNI 46 Samsul Jais.
Dalam laga itu, kedua tim sama-sama menurunkan skuad terbaik. Jalan laga berlangsung ketat dari set pertama hingga set keempat. Namun, BNI 46 tampaknya melakukan persiapan dengan lebih matang. Mereka bisa membaca setiap gerak-gerik pola permainan Pertamina. Blok-blok mereka menjadi yang paling menonjol. Itu membuat mereka banyak mendapatkan poin dan menyebabkan Pertamina seperti frustrasi.
Samsul mengatakan, kedua tim sudah empat kali bertemu di musim ini. BNI 46 kalah dua kali dari Pertamina di babak penyisihan grup, yakni 0-3 pada putaran pertama, Sabtu (9/1) dan 1-3 pada putaran kedua, Sabtu (19/2). Dari itu, mereka belajar banyak untuk menaklukan Pertamina. Evaluasi menyeluruh mulai menunjukkan hasil positif saat mereka menang 3-1 atas Pertamina pada finalfour, Minggu (20/3).
Jelang laga perebutan peringkat ketiga, lanjut Samsul, mereka menganalisis lebih dalam permainan Pertamina dari rekaman video tiga laga kedua tim sebelumnya. Kesimpulannya, mereka harus mematikan outsidehitter Farhan Halim yang dinilai kunci dari serangan Pertamina.
Terbukti, Farhan tidak berkutik dalam laga tersebut sehingga dirinya ditarik keluar untuk digantikan dengan outsidehitter Febriyanto. Masuknya Febri cukup merepotkan karena pemain kelahiran 6 Februari 1996 ini jarang dimainkan sebelumnya.
Dengan Febri, pola permainan Pertamina sedikit berubah sehingga BNI 46 butuh adaptasi dua set untuk mengatasinya, yakni pada set ketiga dan keempat. ”Febri ini mungkin tidak pernah dimainkan sebelumnya. Jadi, kami butuh waktu untuk memahami gaya bermainnya. Namun, setelah dimengerti, kami bisa kembali mengambil kemenangan pada set keempat,” ujar Samsul.
Secara keseluruhan, kata Samsul, timnya kalah persiapan dengan tiga kontestan lain di final four. Mereka cuma menjalani persiapan pra musim kurang dari satu bulan, yakni sejak 14 Desember sebelum dimulai kompetisi 7 Januari. Bandingkan dengan Surabaya Bhayangkara Samator, LavAni, dan Pertamina yang telah melakukan persiapan sekitar 2 bulan atau medio November.
Ini adalah prestasi terbaik kami musim ini. Andai masih ada Dio dan Doni, mungkin kami bisa berbicara lebih banyak, bahkan juara musim ini. (Samsul Jais)
Belum lagi, kualitas pemain yang ada sedikit menurun dibandingkan musim 2020 yang dihentikan di tengah jalan karena pandemi Covid-19. ”Sejatinya, grafik kami terus menanjak dari penyisihan grup, ke finalfour, dan perebutan peringkat ketiga. Hanya saja, kami sedikit terlambat masa persiapannya dibandingkN tim lain, terutama Samator dan LavAni. Maka itu, wajar kami gagal ke grand final. Sedangkan, Samator dan LavAni melaju ke grand final. Ini mesti jadi evaluasi manajemen BNI 46 agar lebih baik untuk musim depan,” katanya.
Terpuruk
Sementara itu, kekalahan tersebut menyebabkan Pertamina kian terpuruk di pengujung musim ini. Mereka superior di penyisihan grup dengan keluar sebagai jawara klasemen akhir dari hasil delapan kali menang dan dua kali kalah.
Akan tetapi, selepas itu, Pertamina tidak pernah lagi merasakan kemenangan. Pada final four, mereka kalah 0-3 dari Samator, Minggu (13/3), kalah 1-3 dari BNI 46, Sabtu (20/3), dan kalah 0-3 dari LavAni dalam laga tunda, Kamis (24/3). Puncak dari tren negatif itu, mereka tumbang 1-3 dari BNI 46 dalam perebutan peringkat ketiga.
Pelatih Pertamina Pascal Wilmar menuturkan, mental timnya rusak usai kalah telak dari Samator dalam laga perdana final four kemarin. Para pemain seperti kehilangan kepercayaan diri untuk menjalani laga-laga berikutnya. Padahal, di atas kertas, mereka mampu mengalahkan semua peserta final four dengan pasti selama penyisihan grup.
Hal itu dianggap bumerang dari materi pemain yang sebagian besar pemain muda yang membawa tim Jawa Barat meraih emas Pekan Olahraga Nasional Papua 2021. Secara teknis, kualitas para pemain itu sangat menjanjikan dan sangat mampu bersaing di Proliga. Namun, secara mental, ternyata mereka belum benar-benar siap, terutama di laga-laga krusial pada final four.
”Strategi sudah tidak berjalan sesuai yang saya harapankan sehabis kami kalah dari Samator. Walau telah diingatkan terus menerus, anak-anak sering terbawa suasana atau pola permainan lawan. Konsentrasi mereka pun tidak optimal. Dampaknya, mereka main hajar-hajar saja dan banyak melakukan kesalahan sendiri. Semua itu mungkin karena mereka tegang atau panik, sewajarnya anak muda yang belum siap mental,” pungkas Pascal.