Tim putri Popsivo keluar sebagai peringkat ketiga Proliga 2022. Prestasi itu memang menurun dibandingkan dengan juara musim 2019. Namun, dilihat dari segala kendala yang dihadapi, peringkat ketiga itu sudah serasa juara.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·3 menit baca
SENTUL, KOMPAS — Tim putri Jakarta Mandiri Popsivo Polwan merebut posisi ketiga PLN Mobile Proliga 2022 seusai menundukkan Jakarta Pertamina Fastron, 3-1 (25-23, 13-25, 25-21, 25-21), di Padepokan Bola Voli Sentul, Jawa Barat, Sabtu (26/3/2022). Meski gagal mempertahankan gelar juara yang diraih pada Proliga 2019, Popsivo merasa peringkat ketiga ini adalah juara melihat persiapan tim yang begitu singkat.
”Musim ini sangat berbeda dengan 2019. Persiapan kami sangat minim. Saya baru bergabung beberapa hari sebelum kompetisi dimulai 7 Januari. Bandingkan dengan 2019, persiapan kami dua bulan sebelum kompetisi. Maka dari itu, hasil peringkat ketiga ini cukup baik dan saya rasa tim lain tidak menyangka kami bisa sampai di sini,” ujar Pelatih Popsivo asal Thailand, Chamnan Dokmai, yang membawa tim juara tiga tahun lalu.
Dokmai mengatakan, banyak lika-liku yang Popsivo lalui mengarungi musim ini. Persiapan tim praktis kurang dari satu bulan sebelum kompetisi. Materi pemain yang tersedia tidak benar-benar sesuai dengan keinginannya.
Satu pemain asing mereka, yakni opposite asal Republik Dominika, Gina Mambru, baru bisa bermain jelang putaran pertama penyisihan berakhir. ”Secara keseluruhan, hanya enam atau tujuh pemain saja yang benar-benar siap untuk berlaga. Sisanya butuh adaptasi karena sebagian pemain muda yang minim pengalaman,” katanya.
Belum lagi, waktu latihan yang disediakan panitia amat sedikit. Di final four, misalnya, setiap tim hanya mendapatkan jatah berlatih sekali dalam sehari dengan durasi sekitar 2 jam. Padahal, pada musim 2019, setiap tim bisa berlatih pagi dan sore hari dengan durasi sekitar 3 jam per sesi.
Menurut Dokmai, mereka telah bekerja keras untuk membenahi segala kekurangan. Tim cenderung mengalami perbaikan dari laga ke laga. Hanya saja, itu tidak cukup membantu karena para pesaing sudah jauh lebih siap. ”Tim lain mempersiapkan diri jauh-jauh hari, 1-2 bulan, sebelum kompetisi. Untuk itu, mereka jauh lebih siap dengan segala situasi yang ada,” katanya.
Persiapan kami sangat minim. Saya baru bergabung beberapa hari sebelum kompetisi dimulai 7 Januari. Bandingkan dengan 2019, persiapan kami dua bulan sebelum kompetisi.
Kapten sekaligus outside hitter Popsivo, Amalia Fajrina Nabila, menyampaikan, karena waktu persiapan yang singkat, kekompakan antarpemain belum terjalin optimal. Hal itu menjadi titik lemah mereka sepanjang musim ini.
”Kalau dilihat, hampir semua tim putri mengalami grafik permainan yang naik turun, termasuk tim kandidat terkuat juara musim ini, Bandung bjb Tandamata. Namun, timlain jauh lebih padu. Contohnya, Gresik Petrokimia Pupuk Indonesia. Mereka sangat kompak sehingga penampilannya terus meningkat dan lolos ke grand final,” ucapnya.
Pemain asing
Pelatih Pertamina Octavian mengatakan, performa terjun bebas timnya dari jawara babak penyisihan menjadi juru kunci final four dan kalah di perebutan peringkat ketiga karena satu pemain asingnya cedera. Outside hitter asal Republik Dominika, Prisilla Rivera, mengalami cedera robek otot perut.
Sebenarnya, cedera itu telah dirasakan sejak penyisihan putaran pertama, dan semakin memburuk pada babak empat besar. Tak hanya sulit melompat, pemain yang memperkuat Dominika di Olimpaide Tokyo 2020 ini pun kesakitan kalau batuk.
Adapun rekan Rivera, setter Niverka Marte, dinilai tidak bisa mengangkat tim. Oleh karena itu, Pertamina lebih banyak mengandalkan pemain lokal dalam laga kali ini. Meski sudah berjuang keras, para pemain lokal sering melakukan kesalahan sendiri.
”Permasalahan kami sejak final four hanya pemain asing. Dari statistik dan latihan, anak-anak bagus, tidak ada kekhawatiran dengan mereka. Tapi, karena pemain asing cedera, permainan tim jadi menurun. Anak-anak kehilangan sosok pemain yang diandalkan,” ujar Octavian.