Tiga Alasan Bali United Pantas Menjadi Juara Liga 1 Musim 2021-2022
Bali United hanya berjarak satu poin untuk mencatatkan diri sebagai tim pertama yang meraih juara Liga Indonesia beruntun. Dukungan di dalam dan luar lapangan menjadi kunci Bali mampu menjaga dominasinya.
Kemenangan 2-0 atas Madura United pada pekan ke-32 BRI Liga 1 2021-2022, Senin (22/3/2022) malam, semakin mendekatkan Bali United mempertahankan trofi juara dan meraih gelar liga kedua. Tim “Serdadu Tridatu” hanya membutuhkan satu poin dari dua laga tersisa menghadapi Persebaya Surabaya dan Persik Kediri.
“Kami tidak akan menganggap remeh lawan. Dengan dua laga tersisa, kami tetap menargetkan hasil terbaik untuk memastikan diri menjadi juara,” ujar Pelatih Bali Stefano Cugurra alias Teco dalam konferensi pers virtual seusai laga kontra Madura, kemarin.
Kemampuan Bali menjaga dominasi di Liga 1 musim ini bukan pekerjaan mudah. Mereka memang sempat menduduki peringkat pertama pada pekan kedua dan keempat, tetapi mereka juga pernah terlempar dari posisi lima besar.
Bali terdampar di peringkat ketujuh, yang menjadi posisi terburuk di musim ini, pada pekan kedelapan usai tumbang dari Bhayangkara FC 1-2.
Baca juga : Tundukkan Madura United, Bali United Jaga Asa Juara
Titik balik Bali tercipta di putaran kedua. Serdadu Tridatu tidak terkalahkan sehingga akhirnya bisa kembali berada di puncak klasemen setelah melibas Persipura Jayapura 4-1 di pekan ke-27. Sejak itu, tidak ada tim lain yang bisa mengusik posisi Bali di peringkat teratas.
Inilah tiga alasan yang membuat anak asuhan Teco itu pantas mempertahankan supremasi di Liga 1 musim ini :
Pertama
, mampu menjaga konsistensi. Sejak memasuki putaran kedua, performa Bali meningkat pesat dibandingkan putaran pertama. Setelah merampungkan pekan ke-17 atau hari pertandingan terakhir di putaran pertama lalu, Bali meraih delapan kemenangan, lima seri, dan menderita empat kekalahan.
Dengan hasil itu, Serdadu Tridatu menduduki peringkat kelima dengan torehan 29 poin. Mereka tertinggal delapan poin dari Bhayangkara FC yang memegang tapuk pimpinan pertengahan musim.
Di putaran kedua, Bali bisa tampil lebih konsisten daripada empat tim kandidat juara lain, seperti Persib Bandung, Bhayangkara, Persebaya Surabaya, dan Arema FC.
Ilija Spasojevic dan kawan-kawan telah meraih 14 kemenangan dan hanya sekali bermain imbang sebelum menjalani dua pertandingan pamungkas. Bali telah mengoleksi 43 poin hingga menjalani pertandingan ke-15 di putaran kedua.
Catatan di putaran kedua itu hanya bisa disaingi Persib. Tim “Maung Bandung” mengoleksi 33 poin dari torehan 10 menang, tiga seri, dan dua kalah.
Andai bisa menjaga rekor tak terkalahkan di putaran kedua, Bali akan menjadi tim pertama di Liga Indonesia yang tidak terkalahkan pada satu putaran kompetisi.
Hingga pekan ke-32, Bali telah mengoleksi 72 poin. Alhasil, mereka telah memecahkan rekor poin tertinggi di era Liga 1 sejak edisi 2017 lalu.
Teco berpeluang menjadi pelatih pertama yang bisa menjadi juara Liga Indonesia dalam tiga musim beruntun.
Sebelumnya poin tertinggi diraih Bhayangkara ketika menjadi juara di musim debut Liga 1 2017. Kala itu, Bhayangkara mengemas 68 poin.
Konsistensi permainan Bali juga terlihat dengan catatan tak pernah kehilangan poin ketika telah mencetak gol lebih dulu. Dari 25 laga selalu mencetak gol lebih awal dibandingkan lawan, Bali mengakhiri duel dengan kemenangan dalam 22 pertandingan dan tiga kali berakhir imbang.
Tak hanya itu, Bali adalah tim yang merata dalam hal distribusi gol berdasarkan menit. Dari 54 gol yang telah dihasilkan hingga pekan ke-32, Serdadu Tridatu masing-masing menghasilkan 25 gol pada durasi menit pertama hingga menit ke-45 serta menit ke-46 hingga menit ke-90. Catatan itu mengesampingkan gol-gol di masa injury time.
Alasan kedua, kedalaman skuad yang merata. Musim ini, Teco mempertahankan 17 pemain yang membantunya membawa Bali menjadi juara di Liga 1 2019. Kemudian, Bali mendatangkan sejumlah pemain untuk meningkatkan kualitas tim sejak tahun 2020 lalu, seperti Nadeo Argawinata (kiper), Gavin Kwan (bek sayap), Eber Bessa (gelandang), Rizky Pellu (gelandang), Hariono (gelandang), M Rahmat (penyerang sayap), dan Lerby (penyerang).
Baca juga : Merunut Prospek Tim-Tim Juara Paruh Musim Liga Sepak Bola
Selain itu, Teco juga memperkuat timnya di awal putaran kedua dengan menggaet Irfan Jaya (penyerang sayap) dari PS Sleman; Privat Mbarga (penyerang sayap) dari Svay Rieng, tim Liga Kamboja; serta meminjam dua bek sayap yang membantu Persis Solo menjuarai Liga 2 2022, yaitu Eky Taufik dan Abduh Lestaluhu.
Secara total, Teco telah memainkan 31 pemain di musim ini. Dari jumlah itu, sebanyak 15 pemain di antaranya telah menyumbangkan gol bagi 54 gol yang telah dihasilkan Bali hingga pekan 32. Lalu, 15 pemain juga telah menghasilkan asis.
Meskipun tidak ada pemain Bali yang mencetak dobel digit gol selain Spasojevic, yang menjadi top scorer sementara dengan 22 gol, Serdadu Tridatu memiliki sumber gol alternatif pada diri Stefano Lilipaly dan Eber Bessa yang sama-sama telah menghasilkan lima gol.
Selain kedua pemain itu, Mbarga yang baru bergabung dengan tim, akhir 2021 lalu, langsung memberikan dampak nyata. Ia telah memimpin daftar asis Bali dengan delapan gol dan menyumbangkan empat gol.
Mental juara
Di sisi lain, keberhasilan Bali menjaga puncak klasemen dari kejaran para pesaing tidak lepas dari pengalaman dan mental juara yang dimiliki Teco dan sejumlah pemain. Teco berpeluang menjadi pelatih pertama yang bisa menjadi juara Liga Indonesia dalam tiga musim beruntun.
Serdadu Tridatu juga menjadi pioner bagi kehadiran perusahaan olahraga di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak 2019. Tak hanya itu, Bali juga menjadi klub olahraga pertama di Indonesia yang merambah bisnis di dunia blockchain dengan menghadirkan NFT (non-fungible token) dengan tajuk Baliverse.
Rekor itu dimiliki Teco sejak membawa Persija Jakarta menjadi kampiun Liga 1 2018, lalu membantu Bali meraih gelar liga pertama pada musim 2019.
Tuah Spaso
Di luar faktor Teco, ada juga tuah dari Spasojevic. Pemain naturalisasi itu juga di ambang meraih gelar Liga 1 ketiganya. Ia pernah tampil tajam ketika membela Bhayangkara di putaran kedua edisi 2017 dengan menyumbangkan 13 gol dan dua asis dari 16 laga.
Ia berperan besar bagi kejayaan “The Guardians” menjadi tim terbaik di Liga 1 musim perdana. Spasojevic juga menjadi sumber gol terbanyak Bali ketika menjadi juara pada Liga 1 2019.
Tak hanya Spaso, Lilipaly tampil cemerlang ketika memasuki putara kedua. Pada putaran pertama, ia hanya menghasilkan dua asis, tetapi memasuki putaran kedua Lilipaly menyegel kembali tempat di tim utama Bali berkat torehan lima gol dan empat asis.
Lalu, alasan ketiga, beyond the pitch. Faktor laiin yang membawa Bali bisa mempertahankan dominasi di Liga 1 adalah perspektif beyond the pitch yang dianut manajemen klub. Menjadi juara Liga 1 2019 tidak menjadi puncak dari kehadiran Bali United sejak mengganti keberadaan Putra Samarinda pada 2015 lalu.
Baca juga : Bali United dan Persib Bersaing di Tiga Pekan Final Menuju Juara
Manajemen Bali yang dipimpin Yabes Tanuri, selaku CEO PT Bali Bintang Sejakhtera, berpikir untuk mengembangkan klub tidak hanya dari lapangan hijau. Mereka melakukan inovasi secara bisnis mulai dari merenovasi Stadion Kapten I Wayan Dipta, menjadi klub pertama memiliki
megastore
dan cafe, serta menjadi inspirasi klub lain untuk membangun kompleks latihan sendiri.
Serdadu Tridatu juga menjadi pioner bagi kehadiran perusahaan olahraga di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak 2019. Tak hanya itu, Bali juga menjadi klub olahraga pertama di Indonesia yang merambah bisnis di dunia blockchain dengan menghadirkan NFT (non-fungible token) dengan tajuk Baliverse.
Menjual NFT
Di dalam Baliverse itu, Bali berkolaborasi dengan seniman-seniman Bali untuk menjual karya seni bernuansa Bali dan Bali United di ranah NFT.
Berbagai inovasi di lini bisnis itu membuat Bali menjadi salah satu klub dengan kondisi finansial paling sehat di Indonesia. Tak ada keluhan gaji tertunggak atau mengalami pengurangan signifikan dari pemain ketika Liga 1 vakum pada 2020 lalu.
Dengan kondisi itu, tak heran Bali bisa mengumpulkan pemain-pemain terbaik di Tanah Air, sehingga menjadi klub dengan nilai pasar tertinggi. Menurut Tranfermarkt, skuad Serdadu Tridatu memiliki nilai akumulasi pasar mencapai Rp 2,74 miliar.
Dengan berbagai faktor itu, Bali memang laik kembali menjadi juara Liga 1 musim ini. Setelah menguasai kompetisi domestik, sudah sepantasnya Serdadu Tridatu mengejar prestasi lebih tinggi di level internasional ketika tampil di Piala AFC 2022, Juni mendatang.