Laju keausan ban belakang yang tinggi di Sirkuit Mandalika akan membuat lap-lap terakhir balapan menjadi momen yang menegangkan karena peraih podium bisa berubah. Strategi mengelola ban pun bakal sangat krusial.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·5 menit baca
PRAYA, KOMPAS — Pilihan ban belakang untuk balapan menjadi teka-teki bagi seluruh tim MotoGP. Mereka harus menunggu hingga sesi pemanasan, Minggu (20/3/2022) pagi, untuk menentukan pilihan ban. Tantangan itu dipicu kondisi trek Sirkuit Internasional Jalan Raya Pertamina Mandalika yang panas sehingga menggerus ban dengan cepat dan membuat sisi kanan ban menjadi sangat panas.
Setiap pilihan ban, baik kompon medium maupun lunak, memerlukan pengelolaan yang jitu supaya bisa bertahan hingga finis. Kondisi ini berpotensi besar menghasilkan kejutan di lap-lap terakhir balapan MotoGP seri Indonesia, Minggu mulai pukul 15.00 Wita.
Pilihan ban belakang para pebalap tak jauh-jauh dari kompon lunak, medium, dan keras. Ban kompon keras tidak pernah dipakai para pebalap selama sesi latihan. Sementara ban medium yang disediakan adalah konstruksi baru dengan selubung lebih keras. Modifikasi oleh produsen ban, Michelin, itu untuk membuat ban tak cepat aus dan lebih tahan terhadap panas.
Namun, para pebalap merasa kehilangan feeling pengendalikan dengan ban medium baru itu. Ban memang lebih stabil dan konsisten seiring banyaknya putaran, tetapi performanya kurang sehingga motor kehilangan kecepatan. Ban baru ini daya cengkeramnya juga lebih rendah dari tipe medium normal sehingga menyulitkan saat pengereman dan menikung. Kondisi aspal baru Sirkuit Mandalika, yang masih kurang daya cengkeramnya, kian menyulitkan para pebalap.
Adapun ban kompon lunak berdaya cengkeram yang tinggi menghadirkan performa yang sangat bagus, tetapi cepat aus dan rawan terlalu panas di sisi kanan. Kondisi ini membuat para pebalap perlu mempertimbangkan ketahanan ban untuk menyelesaikan 27 putaran saat balapan.
Pilihan ban belakang kompon lunak sepertinya hanya akan cocok bagi para pebalap yang start dari dua baris terdepan, sedangkan pebalap di baris berikutnya akan menghadapi risiko gagal finis akibat ban aus. Itu membuat pebalap jadi mudah terjatuh.
Pilihan ban masih jadi teka-teki bagi semua pebalap, termasuk Fabio Quartararo yang meraih pole position. Dia mampu mencetak pace yang sangat cepat dan konsisten dalam sesi latihan bebas keempat, Sabtu, yang menjadi simulasi balapan. Dia konsisten pada kisaran 1 menit 32,5 detik hingga 32,7 detik dalam 10 putaran beruntun memakai ban depan medium dan ban belakang lunak.
Masalah di sini adalah ban belakang sisi kanan menjadi sangat panas, jadi sulit untuk melakukan banyak putaran. Jadi, strateginya adalah menggunakan ban belakang kompon lunak untuk balapan dan mengelola dengan sangat cermat, menunggu. (Luca Marini)
Pace pebalap tim Monster Energy Yamaha itu paling cepat dan konsisten dibandingkan pebalap-pebalap lainnya. Pace-nya bahkan satu detik lebih cepat dibandingkan dua pebalap Pramac Racing yang akan start dari posisi kedua dan ketiga, Jorge Martin dan Johann Zarco.
Namun, Quartararo belum tentu akan menggunakan ban belakang kompon lunak karena ada faktor cuaca yang bisa mengubah pilihan ban. Jika trek sangat panas, kompon lunak akan menjadi bencana di akhir balapan meskipun Quartararo menilai penurunan pace seiring jumlah putaran tidaklah terlalu besar.
”Ban kompon lunak bisa menghasilkan pace yang cepat, bukan tercepat, tetapi dekat dengan pace terbaik saya. Jadi, penurunannya tidak besar. Anda bisa mengelola ban dengan cara berbeda supaya bisa bertahan hingga akhir balapan,” ungkap Quartararo.
Potensi pilihan ban medium dan lunak dijelaskan dengan gamblang oleh Luca Marini, pebalap tim Mooney VR46. Dia tidak suka dengan ban medium karena feeling motor menjadi berbeda. Adapun ban kompon lunak berisiko terlalu panas seiring bertambahnya putaran.
”Masalah di sini adalah ban belakang sisi kanan menjadi sangat panas, jadi sulit untuk melakukan banyak putaran. Jadi, strateginya adalah menggunakan ban belakang kompon lunak untuk balapan dan mengelola dengan sangat cermat, menunggu, menahan bukaan gas, dan menjadi sangat berhati-hati. Akan tetapi, sulit melakukan itu jika start dari belakang,” ujar Marini.
Maka itu, ban kompon keras bisa saja menjadi pilihan tepat. ”(Dengan) ban belakang kompon keras, Anda bisa begini (memeragakan membuka gas maksimal dengan tangan kanan) di setiap putaran. Anda akan lebih lambat, tetapi tidak memikirkan kondisi ban belakang. Hanya perlu tancap gas di setiap lap dan menunggu ban kompon lunak drop. Tetapi, kami tidak tahu apakah itu akan drop atau tidak,” ungkap Marini kemudian.
Maka itu, menurutnya, sesi pemanasan MotoGP pada Minggu pukul 10.40 Wita bakal sangat penting. Ia pun berharap cuaca cerah, tak seperti dua hari sebelumnya yang sempat diwarnai hujan pada pagi hari. ”Itu guna memahami ban lebih baik,” ujarnya.
Terkait opsi ban medium, ia berkata, ”Saya lebih memilih tidak menggunakan ban medium untuk balapan. Tetapi, jika semua pebalap memakai ban medium, saya pasti akan menggunakan juga. Ketika ingin mengambil pilihan gila, sudah pasti itu bukan pilihan yang tepat. Tetapi, (pilihan ban) tergantung pada temperatur. Kita lihat saja besok,” pungkas Marini.
Peluang terbuka
Strategi memilih ban belakang sebenarnya juga bisa membuka kesempatan pebalap yang start di belakang untuk mengambil strategi yang berani demi podium. Mereka bisa mengunakan ban belakang kompon medium, bahkan keras, dan menunggu para pebalap di depannya yang memakai ban kompon lunak kehilangan kecepatan seiring laju keausan ban.
Strategi itu kemungkinan diambil Joan Mir, pebalap Suzuki Ecstar, yang start dari posisi ke-18. Namun, dia perlu memastikan pilihannya saat sesi pemanasan, Minggu pagi. ”Normalnya, di trek macam ini, ban akan drop banyak. Ini akan jadi peluang bagus bagi kami jika bisa mendapatkan sedikit daya cengkeram untuk menjaga pace,” ungkapnya.
Namun, diakuinya, tidak akan mudah menyalip lawan di Mandalika. ”Saat balapan dari lap ke lap berjalan, akan jadi lebih mudah (menyalip) dengan penurunan kondisi ban. Tetapi, ini bukan trek yang bagus untuk start dari posisi ke-18. Itu pasti,” ujar Mir seraya tertawa.
Masalah lebih pelik dihadapi dua pebalap Repsol Honda yang sempat menonjol pada latihan bebas pertama, Pol Espargaro dan Marc Marquez. Espargaro akan start dari posisi ke-16, sedangkan Marquez ke-14 menyusul penalti turun tiga posisi start yang dijatuhkan untuk Franco Morbidelli. Pebalap tim Yamaha itu melakukan prosedur start yang membahayakan saat latihan.
”Saya kurang lebih oke setelah dua kali kecelakaan hari ini. Saya tidak bisa merasa senang dengan hari ini. Semua pebalap Honda sangat kesulitan,” ujar Marquez.
Meskipun demikian, peluang Marquez meraih podium, bahkan menang, akan terbuka lebar jika balapan berlangsung dalam kondisi trek basah. Dia sangat cepat selama sesi latihan saat diguyur hujan. Potensi hujan pada Minggu cukup tinggi menurut prakiraan cuaca. Namun, pebalap lainnya berharap balapan digelar dalam kondisi kering.