Era Baru Sains Olahraga, Mendambakan Timnas Mampu Berlaga 2 x 45 Menit
Untuk pertama kalinya, PSSI memiliki pusat medis. Peralatan yang canggih ini diharapkan bisa membantu meningkatkan performa pemain timnas Indonesia, terutama dari fisik yang selama ini jadi titik kelemahan.
JAKARTA, KOMPAS — Setelah 91 tahun berdiri, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia atau PSSI memiliki pusat medis khusus untuk meningkatkan performa dan pemulihan cedera pesepak bola yang bertempat di salah satu ruangan di GBK Arena Senayan, Jakarta. Pusat medis berukuran sekitar 5 x 10 meter ini dilengkapi sedikitnya 50 peralatan canggih yang sebagian besar didatangkan dari Australia dan Jerman.
Pusat medis yang mengedepankan pendekatan sains olahraga ini diharapkan bisa mewujudkan timnas sepak bola yang lebih tangguh. Ini sebagai jawaban atas masalah klasik fisik pemain yang selama ini dianggap tidak mampu bermain optimal dengan intensitas tinggi selama 2 x 45 menit atau total waktu normal pertandingan.
Baca juga : "Garuda" Dibayangi Momok Tim Timur Tengah
Dengan teknologi ini, menurut Kepala Pusat Medis PSSI Syarif Alwi, titik lemah pesepak bola kita dapat diukur secara akurat. Dari itu, dapat disusun program latihan yang fokus meningkatkan kelemahan tersebut.
”Jadi, kita tidak mereka-reka lagi kenapa timnas kesulitan bermain dengan baik dan stabil selama 2 x 45 menit. Sudah rahasia umum, timnas bermain baik selama 45 menit pertama, tetapi menurun di 45 menit kedua. Selain stamina yang melorot, pemain sering cedera di pengujung laga,” ujar Syarif seusai konferensi pers di Jakarta, Senin (14/3/2022).
Syarif mengatakan, peralatan canggih itu merupakan teknologi terbaru, bahkan Indonesia diklaim sebagai negara pertama yang memanfaatkannya di kawasan Asia Tenggara.
Peralatan itu dibagi dua kategori, yakni untuk peningkatan performa dan pemulihan cedera. Terkait peningkatan performa, salah satunya ada alat pengukur kekuatan otot atau force frame.
Dengan alat itu, tim medis bisa mengukur besaran angka dari kekuatan otot yang dihasilkan. Ada lebih dari 35 tes dengan posisi yang berbeda-beda, mulai dari otot leher hingga pergelangan kaki atau ankle. Dari alat itu, tim medis bisa mengetahui potensi cedera.
Alat lain yang tak kalah penting ialah pengukur kekuatan otot paha atau hamstring atau nordbord. Dengan alat itu, tim medis bisa mengukur besaran angka dari kekuatan otot hamstring. Ada enam tes dan gerakan mulai dari isometrik serta eksentrik. Dari alat itu, tim medis bisa mengetahui kondisi otot hamstring dari keseimbangan kekuatan otot tersebut.
Baca juga : Badai Covid-19 Gagalkan Indonesia Pertahankan Gelar Piala AFF U-23
Tidak bisa bohong
Menurut Syarif, dengan alat-alat itu, pemain tidak bisa bohong lagi dengan cedera bawaannya. Selama ini, tak dimungkiri, ada pemain yang menyembunyikan cederanya. Akhirnya, saat bermain, mereka tidak optimal.
”Padahal, cedera yang disembunyikan bisa berakibat cedera yang lebih parah. Sebaliknya, jika segera diketahui, cedera bisa dihindari dan potensi kemampuan pemain bersangkutan bisa ditingkatkan,” kata Syarif.
Ada pula alat penganalisis komposisi tubuh. Dengan alat itu, lanjut Syarif, tim medis bisa mengukur komposisi massa otot, lemak, cairan, dan mineral. Pengukuran itu berguna untuk menjaga kebugaran dan evaluasi terkait rehabilitasi.
Alat ini menjadi jawaban keluhan pelatih timnas Shin Tae-yong yang selalu memberikan pekerjaan rumah kepada pemain agar menghindari makan gorengan dan pedas guna menjaga kebugaran.
”Alat ini menjadi jawaban keluhan pelatih timnas Shin Tae-yong yang selalu memberikan pekerjaan rumah kepada pemain agar menghindari makan gorengan dan pedas guna menjaga kebugaran. Tapi, kita tidak bisa kontrol perilaku pemain selepas pulang dari timnas. Melalui alat ini, pemain tidak bisa main-main lagi dengan pesan tersebut karena perilaku makan mereka bisa diketahui,” tuturnya.
Khusus untuk rehabilitasi, pusat medis itu memiliki beberapa fasilitas fisioterapi. ”Semua peralatan di sini dikelola oleh enam dokter timnas (empat dari timnas putra dan dua timnas putri), delapan fisioterapis, dan delapan tukang pijat. Mereka bekerja bergantian sesuai jadwal dari Senin sampai Jumat. Mereka telah mengikuti pelatihan selama dua bulan untuk mengoperasikan peralatan-peralatan terkait,” ujar Syarif.
Baca juga : Menakar Urgensi Program Naturalisasi
Mengatasi ketertinggalan
Asisten pelatih bidang fisik timnas U-16 Gilang Ramadhan menuturkan, segenap peralatan canggih itu merupakan solusi timnas untuk mengatasi ketertinggalan dari tim-tim negara lain yang lebih dahulu memanfaatkannya, seperti Australia dan Jepang. Selama ini, timnas Indonesia dari segala kelompok usia selalu kesulitan mengimbangi permainan tim-tim mapan tersebut.
Salah satu faktornya ialah fisik yang tak seimbang. Pemain Indonesia hampir bisa mengimbangi permainan lawan yang tangguh di awal laga. Namun, memasuki pengujung laga, pencinta sepak bola Tanah Air bisa menyaksikan permainan mereka menurun. Tak jarang, satu per satu pemain berjatuhan karena cedera sebelum laga berakhir, seperti tertarik otot paha.
Fakta terbaru tampak pada Piala AFF 2020. Ketika itu, Indonesia kerepotan dan nyaris kalah dari Singapura yang sudah kehilangan dua pemain karena mendapatkan kartu merah di waktu normal semifinal kedua Piala AFF.
Kasus lain, Indonesia bisa mengimbangi Thailand di babak pertama, tetapi diberondong tiga gol di babak kedua final pertama Piala AFF.
Secara kasatmata, hal itu akibat stamina pemain Garuda melorot di babak kedua. Sebaliknya, kebugaran pemain Singapura ataupun Thailand hampir stabil dalam dua babak.
”Sebelum ada peralatan canggih ini, kita mengevaluasi fisik pemain dengan cara konvensional sehingga lebih banyak unsur subyektifnya. Dengan alat-alat ini, kita bisa mengetahui kondisi fisik pemain lebih akurat dengan akurasi lebih dari 90 persen. Jadi, tim kepelatihan bisa membuat program latihan yang lebih terarah untuk membenahi kelemahan pemain,” ujarnya.
Baca juga : Skuad ”Garuda” Indonesia Tundukkan Timor Leste
Gilang menyampaikan, pemain timnas U-16 yang menjadi kelompok pertama yang mencoba peralatan itu pada Selasa (8/3/2022). Hasilnya, ternyata, kekuatan otot hamstring rata-rata pemain masih bisa ditingkatkan lima persen lagi. Adapun komponen lain masih bisa bisa ditingkatkan sekitar 15 persen lagi.
”Tolok ukur pengujian itu dari data pemain timnas U-16 Australia. Kita memakai data mereka karena peralatan yang digunakan ini berasal dari sana. Kalau fisik pemain kita bisa mencapai level yang sama dengan pemain Australia, kita berpotensi untuk mengimbangi permainan mereka terlepas ada faktor lain yang memengaruhi mulai dari teknik dan strategi,” ungkapnya.
Untuk Piala Dunia
Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan mengutarakan, semua peralatan itu disediakan sebagai bagian dari persiapan Indonesia menuju Piala Dunia U-20 2023 di Indonesia. Semuanya diharapkan bisa dioptimalkan untuk meningkatkan kemampuan para pemain.
”Fasilitas ini bisa dimanfaatkan secara gratis oleh pemain-pemain timnas sepak bola Indonesia. Tapi, kami menyilakan atlet dari cabang olahraga lain untuk menggunakannya,” kata Iriawan.
Sementara itu, Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali mengatakan, Pusat Medis PSSI menjadi salah satu pengejawantahan dari Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2021 tentang Desain Besar Olahraga Nasional (DBON). Dalam DBON, pemerintah ingin dunia olahraga prestasi Indonesia memanfaatkan sains olahraga dalam pembinaan.
Baca juga : Jaga Masa Depan “Shin Babes”
Setidaknya, dalam DBON, ada 10 sentra pembinaan di 10 provinsi. Sentra-sentra itu bersinergi dengan perguruan tinggi setempat yang ada fakultas keolahragaan dan laboratorium olahraga. Memang, semua laboratorium olahraga itu belum punya fasilitas selengkap di Pusat Medis PSSI tersebut.
”Karena itu, Pusat Medis PSSI ini bisa menjadi acuan untuk meningkatkan kualitas laboratorium olahraga di daerah-daerah. Yang jelas, sains olahraga sangat penting. Tidak mungkin kita mengharapkan prestasi tanpa ada sentuhan ilmu pengetahuan dan teknologi,” ujar Zainudin.