Menginap di tenda lazim bagi para penggemar MotoGP di mancanegara. Kamping memberikan atmosfer unik karena menyatukan nuansa alam dengan oktan tinggi balapan. Di Mandalika, cikal tradisi kamping pun mulai muncul.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA, AGUNG SETYAHADI
·5 menit baca
PRAYA, KOMPAS — Barisan tenda berwarna hijau dan biru menghadirkan nuansa festival di Pantai Kuta, Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Area rumput di tepi pantai itu, sejak pekan lalu, jadi lebih hidup berkat tenda-tenda untuk para penonton MotoGP. Kamping menjadi alternatif akomodasi MotoGP seri Indonesia di Mandalika sekaligus cikal tumbuhnya tradisi berkemah, seperti di sirkuit-sirkuit lain yang telah bertahun-tahun menggelar balap motor paling elite itu.
Menginap di tenda lazim dilakukan penggemar balap MotoGP di mancanegara, bukan hanya dari kalangan komunitas motor karena ada area yang ramah bagi penonton keluarga. Lokasi-lokasi kamping itu dikelola dengan profesional dan rapi, lengkap dengan sanitasi, keamanan, dan penerangan.
Di Mandalika, tradisi menginap di tenda bagi penonton MotoGP baru dirintis dan berpotensi tumbuh pesat seiring panjangnya kontrak MotoGP di Indonesia, yaitu 10 tahun. Sejumlah operator, yang bekerja sama dengan PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (ITDC) maupun mandiri, mulai menawarkan akomodasi alternatif itu di tengah kondisi ketersediaan kamar hotel dan homestay di sekitar sirkuit yang penuh dan harganya melonjak.
Pilihan kamping pun beragam, mulai dari kelas standar hingga glamping (glamorous camping) yang menawarkan fasilitas sekelas hotel berbintang.
”Kami melihat potensi kamping ini dengan melihat ajang MotoGP di luar negeri. Banyak penonton menginap di tenda. Berkaca pada ajang WSBK lalu, di mana pengunjung banyak sekali, kami yakin di MotoGP ini pasti akan jauh lebih banyak (pengunjung). Maka, kami ingin menghadirkan akomodasi unik dan bisa memberikan pengalaman berbeda selama MotoGP,” ujar Kepala Pengembangan Bisnis Bobobox Fedryan Sudrajat, Minggu (13/3/2022).
Bobobox membangun lokasi kemah di tepi Pantai Kuta yang dekat dengan akses ke Sirkuit Jalan Raya Pertamina Mandalika. Bobobox, yang awalnya fokus pada hotel kapsul, menjajaki cabang usaha baru campsite MotoGP karena melihat peluang yang menjanjikan.
Area ini juga kami buka untuk umum karena ada restoran dan kafe kecil yang menyediakan berbagai jenis kopi dari seluruh Indonesia. (Rudi Sugianto)
Mereka menyediakan 80 tenda, dengan kapasitas 1-2 orang dan 1-3 orang, yang sudah 50 persen terpesan. Variasi harga, yaitu Rp 200.000-Rp 850.000 per malam, mengikuti periode jadwal MotoGP. Pemesanan dilakukan lewat Tiket.com. ”Tamu akan mulai masuk pada 17 Maret. Mereka dari Pulau Jawa dan Bali. Ada juga dari Mataram, Lombok,” ujar Manajer Campsite Bobobox X Eiger Ari.
Nuansa tepi pantai
Lokasi kamping Bobobox X Eiger ini menawarkan nuansa tepi pantai. Maka, semua tenda menghadap ke laut. Pengelola menyediakan matras, senter, gembok, dan terminal listrik, di setiap tenda. Untuk sarana mandi dan toilet, mereka menggunakan fasilitas ITDC yang dekat dengan tenda. ”Berbayar, tetapi bersih. Jadi, kenyamanan tamu terjaga,” ujar Fedryan.
Selain area kemah Bobobox, ada juga Mandalika Glamping Resort yang lokasinya berjarak sekitar lima menit dengan jalan kaki ke Sirkuit Mandalika. Akomodasi ini disiapkan sejak November 2021 hingga Januari 2022. Ide membangun glamping berangkat dari kondisi saat digelarnya Superbike pada November 2021. Saat itu, kebutuhan penginapan sangat tinggi, tetapi kamar sangat terbatas.
Pelaksana Lapangan Mandalika Glamping Resort Rudi Sugianto mengatakan, selama tiga bulan, pihaknya membangun lima glamping berkonsep bongkar pasang dengan kapasitas per unit maksimal tiga orang. ”Per hari ini, empat glamping sudah dipesan. Pemesan memang akan menonton MotoGP. Ada yang datang dari Denpasar, juga Bukittinggi, Sumatera Barat,” kata Rudi.
Adapun tarif sewa tenda di sana, pada 18-21 Maret, dipatok Rp 2 juta per malam. Fasilitas yang didapat, yakni pendingin udara, toilet di dalam, dan air panas. Selain itu, disediakan pula sarapan, seperti telur dadar dan roti bakar. ”Area ini juga kami buka untuk umum karena ada restoran dan kafe kecil yang menyediakan berbagai jenis kopi dari seluruh Indonesia,” kata Rudi kemudian.
Lalu, di Lombok Barat, area kamping salah satunya ada di daerah Banyumulek. Ada 200 tenda di sana yang keberadaannya adalah hasil kerja sama PT Gerbang NTB Emas (GNE), Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida), dan Gili Tour & MICE.
Lalu Suratman, perwakilan Gili Tour & MICE, mengatakan, tarif tenda untuk tiga hari ditawarkan Rp 899.000. Adapun tenda tiga hari plus tiket festival ditawarkan Rp 1.149.000. Fasilitas yang didapat, yakni tenda dengan matras, toilet dan tempat mandi bersama, dan sarapan. Hingga Sabtu (12/3), ada 12 tenda yang telah dipesan.
Lokasi kemah tersebut berada di pinggir jalan by pass yang menghubungkan Kota Mataram dengan Mandalika. Tempat itu bisa dijangkau dalam waktu 47 menit dari Bandara Lombok, salah satu titik keberangkatan bus shuttle penonton ke Sirkuit Mandalika. Maka itu, akses bagi penonton yang menginap di sana jadi lebih mudah.
Ketersediaan kamar
Menurut Data Dinas Pariwisata Provinsi NTB, dari pemetaan akomodasi yang mereka lakukan, tercatat ada sekitar 23.800 kamar yang tersedia. Kamar itu meliputi hotel bintang, nonbintang, melati, vila, homestay, rusun, sarana hunian pariwisata, dan camping ground.
Jika dibandingkan dengan banyaknya penonton MotoGP, jumlah akomodasi itu tidak cukup, terutama pada hari balapan Minggu. Pada hari balapan itu, menurut penyelenggara balapan, jumlah tiket dengan kuota 62.662 lembar sudah terjual habis.
Hingga pekan ini, sebenarnya masih ada sekitar 6.000 kamar di berbagai kategori akomodasi, termasuk di dalamnya camping ground, yang belum dipesan. Akan tetapi, sebagian besar sarana akomodasi itu berada di luar kawasan Mandalika. Misalnya, di kawasan Gili, Lombok Utara, yang masih menyisakan lebih dari 2.000 kamar.
Sementara untuk camping ground ada lebih dari 2.400 tenda yang disediakan di seluruh Lombok. Selain berada di Mandalika, camping ground juga ada di Lombok Timur, Lombok Barat, dan Lombok Tengah.