Para Pakar di Balik Pengaspalan Sirkuit Mandalika
Pengaspalan ulang Sirkuit Mandalika melibatkan para pakar kelas dunia yang berpengalaman puluhan tahun mengerjakan lintasan balap. Mereka menghadirkan sains, teknologi, serta budaya kerja yang berorientasi pada kualitas.
PRAYA, KOMPAS — Pengaspalan ulang Sirkuit Jalan Raya Pertamina Mandalika melibatkan ahli kelas dunia yang berpengalaman panjang mengerjakan lintasan balap. Mereka menghadirkan sains, teknologi, serta budaya kerja yang berorientasi pada kualitas.
Demi memandu pengaspalan ulang sebagian trek Sirkuit Mandalika, Campbell Waddell dan David Woodward, dua pakar pengaspalan dan pengujian lapisan permukaan lintasan balap dari konsultan Roads Runways Racetracks (R3), sampai rela menjadwal ulang banyak agenda lainnya.
Meskipun sama sekali tidak mudah, perbaikan trek sirkuit itu bisa selesai dengan kualitas yang diminta Federasi Balap Motor Internasional (FIM). Sirkuit itu akan dipakai untuk balapan MotoGP pada 18-20 Maret mendatang.
Baca juga: Aspal Baru Mandalika Kuat dan Mencengkeram
”Empat pekan lalu, kami masih di Miami (Amerika Serikat) mengerjakan aspal trek Formula 1. Saya hanya sempat pulang dua hari, lalu ke sini. Itu membuat istri saya kurang senang,” ujar Waddell tertawa lepas saat diwawancara, Jumat (11/3/2022), di Mandalika.
Waddell dan Woodward adalah ilmuwan dari Universitas Ulster, Irlandia Utara. Mereka telah puluhan tahun menggarap pengaspalan trek balap, termasuk untuk Formula 1 (F1). Mereka mendirikan konsultan independen, R3, pada September 2019 setelah bekerja sama mengerjakan sirkuit jalan raya di Singapura untuk balapan F1.
Pengaspalan pertama Sirkuit Mandalika, tahun lalu, tidak bisa diawasi langsung kedua pakar itu karena mereka tidak bisa melakukan perjalanan ke luar negeri akibat pandemi Covid-19. Aspal di sejumlah titik Sirkuit Mandalika pun lantas mengelupas dan dikeluhkan sejumlah pebalap MotoGP pada tes pramusim, 11-13 Februari lalu.
”Apa yang terjadi adalah ada
weathered aggregate particles
(istilah teknis untuk menyebut masalah pada agregat yang rusak) di permukaan trek dengan spesifikasi sebelumnya. Itu seharusnya tidak ada di sana. Kemudian,
weathered aggregate particles
itu tidak cukup kuat dan remuk. Persentasenya cukup tinggi di bagian trek yang diaspal ulang. Yang dikatakan oleh para pebalap ada lumpur dan kerikil (di lintasan) itu merupakan bagian dari agregat yang remuk dan terlepas,” ungkap Waddell menjelaskan.
Maka, sejumlah pihak, baik para pebalap, jurnalis asing, maupun Dorna (pemegang hak komersial MotoGP), menyarankan pengaspalan ulang di sejumlah titik sirkuit itu demi faktor keamanan pebalap. Namun, sempat muncul kekhawatiran soal mepetnya waktu.
Ternyata, pengaspalan ulang itu bisa selesai Rabu (9/3/2022) lalu. ”Sebelumnya, kami tidak bisa hadir di sini karena Covid. Jadi, kami memantau dari jauh. Kini, kami sudah tiga pekan di sini,” ungkap Waddell yang merupakan Managing Director R3.
Baca juga: Espargaro Merindukan Sensasi Manis Mandalika
Setelah mengetahui masalah pada aspal di sebagian trek itu, mereka kemudian mengevaluasi material, merancang campuran aspal, menguji di lapangan, serta merencanakan pengaspalan ulang di area sepanjang 1,602 kilometer. Material agregat atau kerikil untuk lapisan aspal lantas diputuskan memakai dari Lombok Timur, bukan dari Palu seperti sebelumnya.
”Kami tidak memilih agregat yang sama dari sumber sebelumnya. Itu yang terbaik yang bisa kami peroleh dan tidak memiliki weathered aggregate particles seperti sumber agregat sebelumnya,” ungkap Waddell.
Namun, material itu masih memerlukan proses pembersihan dan pemilahan supaya sesuai dengan spesifikasi untuk lintasan balap yang levelnya paling tinggi di dunia.
”Karena tidak ada fasilitas pencucian agregat di Indonesia, jadi kami menggunakan asphalt mixing plant (AMP) untuk membersihkan dan memilih agregat hingga berukuran 10 milimeter. Itu yang kami gunakan untuk permukaan baru. Jadi, itu sama (dengan spesifikasi yang disyaratkan) dengan sumber agregat yang berbeda,” ungkap Waddell.
Ini nyaris mustahil karena waktunya sempit dan semuanya sulit di sini. Kini, Anda akan menggelar balapan akhir pekan depan. Ini sangat penting bagi Indonesia. (David Woodward)
Waddell dan Woodward kemudian membuat sejumlah campuran berbeda dan diuji di lapangan untuk mendapatkan formula yang paling pas. ”Kami melakukan beberapa desain campuran dengan tiga variasi aspal yang berbeda, yang kita uji coba di sini, dan kemudian kami pilih yang terbaik dari yang ada,” kata Waddell kemudian.
Nyaris mustahil
Waddel mengatakan, pengaspalan ulang itu sempat menemui sejumlah kendala minor, antara lain terkait ketersediaan peralatan. ”Kami tidak punya asphalt mixing plant yang optimal sehingga memerlukan sejumlah kompromi. Waktunya tidak cukup untuk menyediakan seluruh alat yang sesuai persyaratan,” ujar Waddell.
Namun, pihaknya puas dengan hasilnya. ”Trek (kini) jadi sangat mulus. Saat ini, lapisan yang baru merupakan yang terbaik yang bisa kami lakukan saat ini dengan peralatan yang ada. Ini yang terbaik yang bisa kami lakukan karena selalu sulit untuk mengelupas lapisan lama dan berusaha membuat permukaan yang rata tanpa menggunakan sepenuhnya teknologi yang biasa kami gunakan. Jadi, akan ada ketidaksempurnaan minor yang perlu kami perbaiki,” ungkap Waddell.
Mereka menilai perbaikan trek itu bisa berjalan sesuai target karena kerja sama dan komunikasi yang baik antara PT Pembangunan Perumahan (PP), PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (ITDC), Mandalika Grand Prix Association (MGPA), PT Position Partners, Roadgrip Motorsport Indonesia, dan Pemerintah Indonesia.
”Pengalaman 40 tahun di Inggris Raya, China, Amerika, dan seluruh dunia, yang kami miliki telah kami transfer ke PT PP. Mereka menyerap banyak hal untuk melakukan perbaikan. Ini juga membangun mentalitas karena kami bekerja sebagai tim dan hasilnya menyelesaikan lintasan yang Anda lihat. Ini nyaris mustahil karena waktunya sempit dan semuanya sulit di sini. Kini, Anda akan menggelar balapan akhir pekan depan. Ini sangat penting bagi Indonesia,” ujar Woodward.
Baca juga: UMKM dan Perhotelan Antusias Sambut MotoGP
Waddell dan Woodward belum tahu apakah akan menyaksikan balapan MotoGP terlebih dahulu sebelum pulang karena mereka sudah ditunggu banyak agenda yang mereka tunda untuk bisa ke Mandalika.
”Kepala universitas saya sudah menanyakan terus di mana saya. Kalau tidak segera pulang, saya bisa dipecat,” ujar Woodward seraya bergurau.
Pengaspalan ulang yang melibatkan para pakar sirkuit kelas dunia ini menjadi bukti komitmen Indonesia untuk menjadikan MotoGP sebagai wahana country branding. Ini merupakan langkah penting untuk menjalankan kesepakatan antara pihak Dorna Sports dan ITDC dalam menggelar balapan kelas dunia, MotoGP, di Mandalika selama 10 tahun.
”Kami berharap proses pembelajaran yang kami lakukan ini bisa menjadi legacy yang bertahan lama bagi Indonesia untuk meningkatkan kontrol kualitas dan sistem manajemen kualitas untuk asphalt mixing plant, konstruksi, pengaspalan, dan produksi agregat,” ungkap Waddell seraya menjelaskan, tahapan di Mandalika juga bisa diterapkan untuk konstruksi jalan umum serta landas pacu bandara yang juga menjadi spesialisasi R3.