MU tidak lagi jadi ”kryptonite” untuk City di Stadion Etihad. Lewat perbedaan timpang kualitas permainan dan gairah bermain, City melukis kisah anomali di derbi Manchester.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
MANCHESTER, SENIN — Derbi Manchester yang diperkirakan berlangsung ketat justru berakhir antiklimaks dengan kemenangan telak Manchester City 4-1. City bisa melepas kutukan setelah tiga kali takluk beruntun dari Manchester United di Stadion Etihad. Anomali dalam derbi itu terwujud berkat aksi heroik Kevin De Bruyne dan Riyad Mahrez, serta hilangnya gairah tim tamu pada paruh kedua.
City selalu kalah di kandang sendiri dalam tiga pertemuan sebelumnya. MU, semasa era Manajer Ole Gunnar Solskjaer, selalu menjadi titik lemah tuan rumah, ibarat kryptonite untuk tokoh pahlawan fiktif Superman. Tim tamu bisa berjaya lewat eksekusi serangan balik mematikan, memanfaatkan City yang sering kali terlalu naif menyerang.
Takdir itu berbalik dalam derbi pada Minggu (6/3/2022) malam WIB. Bersama Manajer Ralf Rangnick, skuad MU menampilkan permainan agresif pada babak pertama. Mereka ingin merebut bola secepat mungkin, lalu menyerang balik. Namun, rencana itu hanya berujung kekecewaan.
City tampil lebih dewasa lewat dominasi penguasaan bola yang mencapai 70 persen. Penguasaan itu diubah jadi hujan peluang di sepertiga area MU. De Bruyne dan Mahrez menjadi pembeda lewat sumbangan masing-masing sepasang gol.
”Saya tidak bisa menjelaskan mengapa kami selalu menang di sana (Stadion Old Trafford), tetapi selalu kesulitan di kandang. Hari ini semua berbeda. Kami bermain sangat baik dan pantas meraih tiga poin,” kata De Bruyne yang mencetak dua gol awal City.
Skuad asuhan Manajer Josep Guardiola sudah unggul pada menit kelima melalui sepakan De Bruyne dari jarak dekat. Setelah gol itu, City tetap dominan. Mereka berniat menggandakan keunggulan. Namun, ancaman nyata diperlihatkan tim tamu.
Lini serang MU begitu agresif dan cair dengan formasi 4-2-3-1 tanpa sosok penyerang murni. Empat pemain di lini depan, yaitu Anthony Elanga, Bruno Fernandes, Jadon Sancho, dan Paul Pogba, punya peran bebas. Mereka bisa bertukar posisi untuk mengacaukan pertahanan lawan.
Lewat serangan-serangan kilat, anak asuh Rangnick menyeimbangkan kedudukan pada pertengahan babak pertama. Tendangan jarak jauh Sancho ke tiang jauh tidak mampu dijangkau kiper City, Ederson.
City dipayungi ”dewi fortuna”. Saat kondisi terdesak, mereka mampu unggul kembali berkat kesalahan lini pertahanan lawan. Bek sayap MU, Alex Telles, yang ingin menyapu bola dari kotak penalti justru memberikan umpan ke De Bruyne. Gol pun tidak terhindarkan.
Menurut Rangnick, mereka kalah karena anak asuhnya tidak menunjukkan gairah sama di paruh kedua. ”(Rencana di babak pertama) Kami berjalan. Bagi kami, syarat untuk menang adalah berlari sebanyak mungkin. Kami seharusnya berada dalam mode berburu, seperti yang dilakukan pada babak pertama,” ujarnya.
Kehilangan intensitas setelah turun minum, MU dihukum gol indah Mahrez lewat skema tendanan sudut. Gol itu memperlebar jarak keunggulan City sekaligus mematahkan harapan MU untuk bangkit. ”Gol ketiga itu membunuh kami,” kata Rangnick.
Ketika skor 3-1, Fernandes dan rekan-rekan tampak sudah menyerah. Mereka hanya joging sambil melihat pemain City beratraksi dengan kombinasi umpan-umpan pendek. Selama 15 menit terakhir, mereka hanya menguasai bola 8 persen, tidak mampu menghasilkan tembakan satu pun.
Saat kehilangan bola, kami adalah tim yang penuh dengan gairah untuk bisa mengembalikan penguasaan. (Pep Guardiola)
Hingga akhirnya Mahrez mencetak gol penutup kemenangan pada injury time. Lagi-lagi, kiper MU David De Gea menjadi penyelamat wajah tim dari bencana yang lebih perah. Tanpanya, klub berjuluk ”Setan Merah” ini mungkin sudah kalah lebih dari lima gol.
Guardiola berkata, taktik memang penting dalam sepak bola, tetapi tidak lebih dari gairah bermain di lapangan. Tim yang lebih bergairah akan lebih dekat dengan kemenangan. Baginya, papan skor itu cukup menggambarkan siapa yang lebih ingin menang dalam derbi.
”Saat kehilangan bola, kami adalah tim yang penuh dengan gairah untuk bisa mengembalikan penguasaan. (Mentalitas) Itu kami tampikan dari menit pertama hingga ke-90. Kami juga selalu ingin memegang bola sebanyak mungkin,” ujar Guardiola.
Lewat hasil ini, City memperkokoh posisi di puncak klasemen sementara dengan 69 poin, sementara MU terpaksa keluar dari empat besar. Posisi MU direbut oleh Arsenal yang menang pada pekan ini. Hasil derbi, klasemen sementara, dan berakhirnya anomali di Stadion Etihad, cukup menandakan bahwa Kota Manchester saat ini berwarna biru muda. (AFP/REUTERS)