Mental juara Fabio Quartararo diuji untuk tetap tenang dan berpikir positif di tengah performa YZR-M1 yang tidak maksimal di Qatar. Dia berharap bisa mengulang musim lalu, finis terdepan dari posisi kesembilan.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
LUSAIL, SABTU —Fabio Quartararo bisa menjadi juara MotoGP 2021 bukan karena memiliki motor tercepat. Musim lalu, Yamaha jelas kalah cepat dari Ducati, Honda, bahkan Suzuki. Namun, Quartararo mampu memaksimalkan keunggulan YZR-M1 di tikungan untuk mendapatkan sepersekian detik yang krusial. Dia bisa bisa tenang dan berpikir positif karena pola pikir baru yang dia latih bersama dengan psikolog. Kini, mentalitas itu menjadi sangat krusial saat M1 kembali kalah tenaga dan kecepatan puncak dari motor pabrikan lainnya.
Quartararo sudah mengungkapkan kelemahan M1 yang seperti jalan di tempat dalam kecepatan puncak saat tes pramusim di Mandalika. Defisit tenaga itu dia prediksi akan menimbulkan masalah saat kualifikasi. Prediksi pebalap berjuluk ”El Diablo” itu terbukti dalam kualifikasi di Sirkuit Lusail, Qatar, Sabtu (5/3/2022).
Pebalap tim Monster Energy Yamaha itu sudah terlempar dari Q2 saat FP3 karena tidak bisa memperbaiki waktu. Dia masih mampu lolos dari Q1 untuk bertarung di Q2, tetapi hanya bisa meraih posisi start ke-11, setingkat di atas rekan setimnya, Franco Morbidelli. Mereka sudah memeras habis potensi tenaga M1, tetapi yang diperoleh justru motor berguncang hebat karena sudah menyentuh limit pengendalian. Sementara para pebalap tim pabrikan lain masih memiliki sisa tenaga yang bisa diekstrak untuk mencetak waktu lap tercepat.
Defisit tenaga M1 terlihat jelas dari kecepatan puncak Quartararo yang terpaut hingga 13,1 kilometer per jam (km/jam) dari pebalap Gresini Racing Ducati, Enea Bastianini, yang mencetak top speed terbaik 349,5 km per jam. Sementara dibandingkan dengan pebalap Suzuki, Joan Mir, top speed Quartararo terpaut 9,7 km per jam.
Quartararo mengaku tidak tahu lagi apa yang salah dengan M1 karena perbaikan di sejumlah area sudah dilakukan.
Tidak ada yang salah, itulah masalahnya. Saya mengerahkan 100 persen di setiap sesi, tetapi kami sangat kesulitan dalam waktu satu putaran. Saya merasa berkendara dengan baik, jadi saya tidak memiliki penjelasan (apa yang salah).
”Tidak ada yang salah, itulah masalahnya. Saya mengerahkan 100 persen di setiap sesi, tetapi kami sangat kesulitan dalam waktu satu putaran. Saya merasa berkendara dengan baik, jadi saya tidak memiliki penjelasan (apa yang salah),” tuturnya.
”Saya bukan insinyur. Setiap kali saya di atas motor, saya mengerahkan 100 persen dan akan selalu mengerahkan 100 persen, tetapi hari ini adalah realitas posisi kami di garis start,” ujar Quartararo.
Dia mengakui, start dari baris keempat bukanlah hal yang mudah. Tetapi, dia tetap berusaha positif dan bisa mengulang pencapaian musim lalu. ”Kami tidak bisa mengatakan mudah, di mana saya akan start dari baris keempat. Tetapi, saya melakukan start dengan bagus saat latihan dan saya akan berusaha melakukan start yang bagus, dan dalam pace saya pikir tidak terlalu jelek,” ujar Quartararo kepada MotoGP.
”Saya hanya perlu bangkit, mengingat musim lalu dari P9 dan finis P1. Sekarang situasinya memang berbeda, tetapi saya akan menjadikan itu sebagai contoh dan berusaha 100 persen hingga akhir,” kata Quartararo.
Musim lalu, dalam balapan seri Doha yang merupakan balapan kedua di Lusail, Quartararo start dari posisi kelima, kemudian melorot hingga posisi kesembilan. Dia tertahan di posisi itu hingga separuh balapan, tetapi kemudian perlahan memperbaiki posisi dan finis terdepan.
Morbidelli juga menilai, Yamaha perlu mencari lebih dalam area yang masih bisa diperbaiki. Namun, dia yakin M1 memiliki keunggulan yang bisa dimaksimalkan untuk menutup kelemahan di top speed saat balapan seri pembuka di Lusail, Qatar, Minggu (6/3/2022) mulai pukul 22.00 WIB.
”Ya, kualifikasi yang sangat sulit karena saya akan start dari posisi ke-12. Kami sepertinya kehilangan sedikit potensi ketika menggunakan ban baru dan dalam mode time attack, tetapi tidak ada hal lain yang hilang, pace stabil. Kami perlu sedikit lebih baik, kami perlu memperbaiki beberapa area, tetapi pace tidak terlalu jelek,” jelas Morbidelli.
”Yang pasti untuk mendahului akan sangat sulit, bukan mustahil, tetapi sulit. Jadi, semuanya masih terbuka. Kami hanya perlu berusaha lebih baik 0,2 detik untuk bisa lebih cepat. Kita lihat besok pagi (sesi pemanasan) dan apakah bisa melakukan sesuatu di balapan,” kata pebalap asal Italia itu.
”Kami kehilangan sesuatu, yang pasti, pebalap tim lainnya bisa mengeluarkan seluruh potensi motor untuk bisa melakukan lebih saat time attack, sedangkan kami tidak bisa melakukan lebih lagi, itu yang membuat kami tidak meningkat banyak saat kualifikasi,” kata Morbidelli.
Namun, dia masih tetap optimistis, M1 memiliki celah untuk menjadi kompetitif. ”Kami memiliki keunggulan dan kami berusaha menggunakan itu,” kata Morbidelli.
Potensi perbaikan yang bisa dilakukan oleh para insinyur Yamaha salah satunya meningkatkan daya cengkeram ban belakang. Masalah itu dinilai oleh Quartararo membuat dirinya kesulitan mengeksploitasi potensi M1 saat kualifikasi.
”Kami tahu, kami tidak memiliki daya cengkeram ban belakang, kami sangat kesulitan dan saya pikir kami tidak memiliki sisa tenaga dalam akselerasi. Kemudian motor mulai berguncang sepenuhnya, itu karena Anda berada di limit, dan pada akhirnya Anda akan berada dalam momen di mana motor tidak stabil lagi,” ungkap Quartararo.
”Jika motor berguncang sepenuhnya itu, berarti saya berada di limit, tetapi, menurut saya, perbedaan utamanya adalah daya cengkeram ban belakang yang hilang di trek ini dan kami tahu ini merupakan titik lemah bagi kami. Saya bisa mengatakan itu masalah utamanya,” kata pebalap asal Perancis itu.