RFU menilai FIFA telah mencederai prinsip mereka sendiri, "fair play", dengan mencoret Rusia dari Piala Dunia Qatar 2022. Atas dasar hal itu, Rusia menyiapkan perlawanan, yaitu banding ke Mahkamah Arbitrase (CAS).
Oleh
YULVIANUS HARJONO
·4 menit baca
AFP PHOTO/OLGA MALTSEVA
Ekpresi suporter Rusia saat menyaksikan tim kesayangan mereka menghadapi Kroasia pada babak perempat final Piala Dunia Rusia 2018,di Stadion Saint Petersburg, 7 Juli 2018 lalu. Rusia kini terancam tidak bisa tampil di Piala Dunia Qatar 2022 akibat sanksi dari FIFA.
MOSKWA, JUMAT – Rusia tidak tinggal diam atas larangan tampil di sejumlah ajang olahraga menyusul serangan atas Ukraina. Perlawanan itu, antara lain, akan dilakukan Federasi Sepak Bola Rusia (RFU) atas sanksi Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) yang mencoret mereka dari Piala Dunia Qatar 2022.
Bukan hanya FIFA, RFU juga menyiapkan langkah hukum untuk Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA) yang sebelumnya juga memberikan sanksi tidak kalah keras atas Rusia. Pada Senin (28/2/2022) lalu, FIFA dan UEFA menjatuhkan sejumlah sanksi ke Rusia, di antaranya melarang mereka tampil di sejumlah kompetisi/kejuaraan internasional hingga “pemberitahuan lebih lanjut”.
Padahal, tim nasional sepak bola putra Rusia dijadwalkan menjalani laga playoff melawan Polandia, 24 Maret mendatang di Moskwa, untuk memerebutkan tiket ke babak utama Piala Dunia 2022. Adapun timnas putri Rusia disiapkan tampil di Piala Eropa Putri 2022 di Inggris. Sementara, di level klub, Spartak Moskwa (klub Rusia) akan menghadapi RB Leipzig di babak 16 besar Liga Europa.
Dalam pernyataan resminya, Jumat (4/3/2022) dini hari WIB, RFU menyatakan, FIFA dan UEFA tidak punya dasar hukum kuat untuk melarang mereka tampil di kompetisi/kejuaraan internasional. “RFU juga tidak diberikan hak untuk menjelaskan posisinya. Itu hal yang melanggar hak asasi untuk membela diri,” tulis RFU dalam keterangan resminya itu.
FIFA
Bagan hasil undian babak playoff kualifikasi Piala Dunia Qatar 2022 zona Eropa. Sebanyak 12 tim akan bertarung untuk memperebutkan tiga tiket terakhir untuk tampil di Qatar, akhir 2022 mendatang.
Mereka kecewa FIFA dan UEFA tidak memberikan opsi atau alternatif langkah lain selain mencoret Rusia dari ajang internasional. Dalam sejumlah kasus berbeda, tim-tim dari negara yang disanksi masih bisa mengikuti ajang internasional sepanjang mereka tidak memakai simbol-simbol negara itu, seperti bendera dan lagu kebangsaan.
Maka itu, RFU telah menyiapkan langkah hukum, yaitu mengajukan banding ke Mahkamah Arbitrase Olahraga (CAS). Mereka setidaknya akan menuntut kompensasi dari kerugian yang telah dirugikan akibat sanksi FIFA dan UEFA itu.
Akibat tekanan
RFU melihat FIFA dan UEFA tidak sepenuhnya netral dalam pengambilan keputusan untuk menjatuhkan sanksi itu. Mereka menduga kedua otoritas sepak bola itu tunduk dalam tekanan sejumlah pihak.
Saya prihatin dengan nasib anak-anak (para pemain timnas sepak bola Rusia). Mereka bermimpi bisa bermain di Piala Dunia. Kini, harapan mereka sirna. (Valery Karpin)
Sebelumnya, tekanan kuat muncul dari banyak negara. Polandia, yang berbatasan dengan Ukraina, misalnya, terang-terangan menolak tampil menghadapi timnas Rusia pada playoff Piala Dunia 2022, meskipun laga itu diusulkan digelar di tempat netral.
Penolakan juga disampaikan Inggris, Ceko, Swedia, Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara. Dengan demikian, menyusul sanksi FIFA itu, Polandia lolos otomatis ke babak final playoff, menghadapi Ceko atau Swedia, dalam perebutan tiket ke babak utama Piala Dunia Qatar.
Tak pelak, RFU menyindir FIFA bahwa mereka telah mencederai sendiri prinsip yang selama ini mereka gembar-gemborkan, yaitu fair play. “Keputusan (FIFA) didasari tekanan dari rival kami di babak playoff. Hal itu melanggar prinsip sportivitas dan aturan fair play,” ungkap RFU kemudian.
Adapun Valery Karpin, pelatih timnas sepak bola Rusia, menilai, FIFA telah merampas mimpi anak-anak Rusia. “Saya prihatin dengan nasib anak-anak (para pemain timnas sepak bola Rusia). Mereka bermimpi bisa bermain di Piala Dunia. Kini, harapan mereka sirna,” ujar Valery Karpin, pelatih timnas sepak bola Rusia.
Maka itu, RFU berharap, FIFA dan UEFA bisa mengubah keputusannya itu. RFU berharap, paling tidak FIFA dan UEFA bisa menunda kompetisi, seperti Piala Dunia Qatar dan Piala Eropa Putri 2022, setidaknya hingga konflik Rusia-Ukraina mereda. Namun, usulan ini hampir mustahil direstui FIFA dan UEFA karena akan menimbulkan banyak komplikasi terkait jadwal.
Di saat sama, sejumlah negara bersikukuh mengucilkan Rusia maupun warganya menyusul agresi atas Ukraina. Menurut Menteri Kebudayaan Inggris Nadine Dorries, seperti dikutip BBC, ada konsensus kuat dari 15 negara untuk memberikan tindakan lebih lanjut atas Rusia. Hal itu terungkap dalam pertemuan virtual jajaran menteri dari 15 negara itu, antara lain Inggris, Amerika Serikat, Perancis, Polandia, Kanada dan Korea Selatan.
Langkah tegas itu telah dilakukan di Inggris. Selain mengancam membekukan aset-aset milik warga Rusia, otoritas di Inggris juga melarang atlet-atlet asal Rusia berkompetisi di negara itu. Otoritas balap mobil di Inggris, Motorsport UK, seperti dikutip Sky Sports, melarang tim-tim, atlet, maupun ofisial, yang memiliki lisensi Rusia tampil di negara itu.
Maka itu, pebalap Rusia yang memperkuat tim Haas, Nikita Mazepin, tidak bisa tampil di balap Formula 1 seri Inggris di Sirkuit Silverstone pada 3 Juli mendatang. Padahal, Federasi Balap Mobil Internasional (FIA) tidak melarang tim, pebalap, atau ofisial dari Rusia tampil, sepanjang mereka bersedia mengenakan simbol atau bendera netral. (BBC)