Petualangan Roman Abramovich bersama Chelsea selama nyaris dua dekade menuju akhir kisah yang pelik. Sang pemilik berambisi besar itu terpaksa menjual klub sebelum asetnya dibekukan Pemerintah Inggris.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
LONDON, KAMIS Chelsea hanyalah tim semenjana sebelum dibeli miliarder Rusia, Roman Abramovich, pada 2003. Dengan ”uang tidak terbatas”, ia menyulap Chelsea menjadi raksasa Eropa. Setelah hampir dua dekade penuh cerita sukses, sosok ambisius itu terpaksa menjual klubnya akibat efek domino dari serangan Rusia ke Ukraina.
Diakui Abrahmovic, ia telah membuat keputusan tersulit dalam hidupnya. Dia akan menjual Chelsea sesegera mungkin. Keuntungan bersih dari penjualan klub itu akan didonasikan untuk membantu korban serangan di Ukraina.
”Saya selalu mengambil keputusan untuk kepentingan klub. Dalam situasi saat ini, saya memutuskan menjualnya karena saya yakin ini yang terbaik untuk klub, para penggemar, karyawan, sponsor, dan mitra klub,” ucap Abramovich pada Kamis (3/3/2022).
Abramovich membeli Chelsea seharga 140 juta poundsterling pada 2003. Sejak itu, dia juga meminjamkan sebanyak 1,5 miliar poundsterling atau Rp 29 triliun untuk membangun klub. Namun, ia menganggap seluruh utang itu tidak ada. ”Saya tidak akan meminta utang untuk dibayar kembali. Ini bukan tentang uang, tetapi bener-benar soal gairah,” tambahnya.
Pemilik yang berorientasi terhadap prestasi tim ini terdesak karena ancaman pembekuan aset dari Pemerintah Inggris. Selain berkewarganegaraan Rusia, Abrahmovich juga dikabarkan punya kedekatan khusus dengan Presiden Rusia Vladimir Rusia, otak serangan ke Ukraina.
Abramovich pun berupaya secepat mungkin menjual seluruh aset di tanah Inggris. Dia tidak bisa lagi menguangkan segala kepemilikannya jika Pemerintah Inggris sudah memutuskan pembekuan aset. Hansjorg Wyss, miliarder asal Swiss, mengaku telah ditawarkan beberapa aset Abramovich, mulai dari Chelsea hingga sejumlah vila di Inggris.
Menurut BBC, harga yang ditetapkan untuk membeli ”Si Biru” sekitar 3 miliar pounds atau Rp 57 triliun. ”Dia (Abramovich) ingin menjual asetnya secepat mungkin. Saya dan tiga orang lain ditawarkan membeli Chelsea,” kata Wyss.
Era kejayaan
Era kejayaan Chelsea bersama Abrahmovich pun mendekati akhir. Chelsea telah meraih 21 trofi berkat tangan dinginnya. Gelar juara itu antara 5 kali Liga Inggris, 5 Piala FA, dan 2 Liga Champions Eropa.
Abramovich juga berpengaruh besar terhadap perubahan paradigma prestasi di Liga Inggris yang semula lebih percaya kepada proses. Baginya, prestasi adalah segalanya. Prestasi itu harus datang instan. Karena itu, dia sudah menunjuk 13 manajer berbeda dan membuat klub berbelanja pemain sekitar 2 miliar dollar AS selama 18 musim terakhir.
Tanpa ambisi besar sang pemilik, masa depan Chelsea pun mendadak tidak pasti. Belum tentu akan ada pemilik yang berkomitmen besar seperti Abramovic. Banyak pemilik membeli klub demi keuntungan semata. Hal itu diungkapkan mantan penyerang Newcastle dan tim nasional Inggris, Alan Shearer.
”Tentunya ini akan menjadi momen besar untuk Chelsea. Dia (Abramovich) telah membawa kesuksesan besar kepada klub selama hampir 20 tahun. Tetapi, ini (penjualan) tidak akan mudah. Menjual klub sepak bola butuh waktu berbulan-bulan hingga tahunan,” ucap Shearer.
Terlalu cepat mengatakan sesuatu karena saya hanya bisa membayangkan Chelsea bersama Abramovich saat ini. (Thomas Tuchel)
Menurut Manajer Chelsea Thomas Tuchel, permasalahan terhadap sang pemilik klub telah menyita konsentrasi para pemain. Akibat kurang fokus ke pertandingan, mereka nyaris disingkirkan tim Divisi Championship, Luton Town, di Piala FA, Kamis dini hari WIB. Chelsea bangkit setelah tertinggal, 1-2, lebih dulu. Chelsea lantas menang, 3-2.
”Kami mendengar desas-desus sepanjang hari. Berita itu juga ada di internet dan televisi. Tentu saja semua orang (di klub) membicarakannya. Ini adalah berita besar. Tapi, mari kita semua tunggu dan lihat apa yang terjadi. Saya hanya bisa berharap yang terbaik,” ucap Tuchel.
Meskipun demikian, Tuchel enggan berspekulasi tentang nasib Chelsea. Ia bahkan sempat marah dalam jumpa pers karena terus ditanya soal serangan Rusia. ”Terlalu cepat mengatakan sesuatu karena saya hanya bisa membayangkan Chelsea bersama Abramovich saat ini,” ujarnya.
Terlepas dari isu kedekatannya dengan Putin, Abramovich masih mendapatkan dukungan besar dari penggemar Chelsea. Dukungan itu terdengar jelas di Stadion Kenilworth Road, markas Luton, kemarin. Ribuan suporter Chelsea yang hadir melantunkan nama sang pemilik.
Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang paling lantang bersuara atas serangan Rusia. Sebelumnya, Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) dan Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA) telah mendepak Rusia dari kompetisi internasional.
UEFA juga mencoret Arena Gazprom, Saint Petersburg, Rusia, sebagai tempat penyelenggaraan final Liga Champions 2022, pada 28 Mei mendatang. Lokasi final itu dialihkan ke Stadion Stade de France di Saint Denis, Perancis. Semua solidaritas ini merupakan bentuk dukungan terhadap kemanusiaan.(AFP/REUTERS)