Kebersamaan Marcelo Bielsa dengan Leeds United berakhir pilu. Bielsa, yang telah dinobatkan pahlawan baru Leeds, dipecat seusai rentetan hasil buruk di awal 2022. "Si Putih" berharap bisa lepas dari ancaman degradasi.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·7 menit baca
LEEDS, MINGGU – Manajemen Leeds United akhirnya habis kesabaran dengan performa tim yang tampil buruk pada musim ini. Akibat raihan minim, yaitu satu poin dari 11 pertandingan terakhir di Liga Inggris, termasuk kekalahan telak dari Liverpool dan Tottenham Hotspur dalam empat hari terakhir, romansa “Si Putih” bersama manajer Marcelo Bielsa pun berakhir.
Sejak menerima tugas sebagai manajer Leeds pada awal musim 2018-2019, Bielsa telah memiliki tempat terhormat di hati petinggi klub, pemain, dan seluruh suporter. Bielsa amat pantas mendapatkan cinta yang besar dari Leeds karena peran besarnya membantu klub yang bermarkas di Stadion Elland Road itu mengakhiri penantian selama 16 tahun untuk tampil di Liga Premier.
“Maestro dan Genius”, begitulah sebutan pendukung Leeds untuk Bielsa setelah membawa klub itu tampil kembali di kompetisi paling glamor di dunia itu pada musim 2020-2021. Dalam musim perdananya melatih di Liga Premier, Bielsa langsung membantu Leeds menjadi salah satu tim promosi dengan jumlah poin tertinggi.
“Si Putih” mengoleksi 59 poin dan bertengger di posisi kesembilan Liga Premier musim 2020-2021 lalu. Catatan Leeds itu hanya kalah dari koleksi 66 poin yang pernah dicatatkan Ipswich Town pada musim 2000-2001. Namun, prestasi cemerlang itu menguap pada musim ini. Leeds justru mencetak rekor buruk sebagai tim pertama yang kemasukan 20 gol dalam durasi satu bulan di Liga Premier.
Catatan itu hadir di bulan Februari ini setelah Si Putih memainkan delapan pertandingan. Tren buruk itu dipertegas dalam hasil tiga duel terakhir. Leeds kemasukan enam gol saat bertandang ke Stadion Anfield, markas Liverpool. Kemudian, mereka selalu kebobolan empat gol pada dua laga kandang, yaitu menghadapi Manchester United dan Spurs.
Dengan hasil itu, Leeds tertahan di posisi 16 dengan 23 poin. Si Putih, yang telah memainkan 26 laga, hanya unggul dua poin dari Burnley di posisi ke-18 yang menjadi batas akhir zona degradasi. Kans Leeds turun kasta kian besar karena Burnley masih menyimpan dua laga tunda.
“(Pemecatan Bielsa) ini adalah keputusan tersulit yang pernah saya lakukan selama di Leeds United. Dengan Marcelo (Bielsa) sebagai kepala pelatih kami, kami menjalani tiga musim yang luar biasa dan masa-masa yang baik kembali terasa di Elland Road,” ujar CEO dan pemilik Leeds, Andrea Radrizzani, di laman resmi klub itu, Minggu (27/2/2022).
Radrizzani menegaskan, momen-momen besar yang telah diciptakan Bielsa tidak akan lekang oleh waktu bagi seluruh individu yang memiliki keterikatan dengan Leeds. Performa Leeds pada musim 2019-2020 ketika memenangkan tiket promosi dari Divisi Championship serta musim perdana kembali ke Liga Premier pada edisi 2020-2021 menjadi warisan akbar dari sosok manajer kelahiran kota Rosario, Argentina, itu.
“Bagaimanapun, saya harus mengambil sikap untuk kepentingan terbaik klub. Saya percaya perubahan (manajer) dibutuhkan untuk mempertahankan status di Liga Premier. Sebab, hasil dan performa tim terkini tidak memenuhi ekskpetasi kami,” ucap Radrizzani yang memegang kendali atas Leeds sejak Januari 2017.
Bielsa pun sejatinya telah siap menerima apapun keputusan klub terhadap masa depannya. Kontrak Bielsa pun akan rampung pada akhir musim ini. Ia pun tidak berencana menambah durasi masa baktinya di Leeds setelah musim ini.
Seusai laga melawan Spurs, Sabtu (26/2/2022), Bielsa mengakui, dirinya kesulitan untuk mengeluarkan Leeds dari masa-masa buruk di musim ini. Menurut dia, penampilan Leeds pun tidak sesuai dengan keinginannya.
“Ada dua hal yang menjadi kebutuhan dari cara bermain kami, yaitu menekan di zona pertahanan lawan untuk mencegah bola matang hadir kepada penyerang lawan dan transisi yang cepat ketika melakukan serangan. Dua hal itu tidak terlihat di tiga laga terakhir,” kata Bielsa.
Bielsa pun mengakhiri kebersamaan dengan Leeds seusai memainkan 169 pertandingan dengan persentase kemenangan sebesar 47,3 persen. Angka itu menjadikan Bielsa berada di urutan kelima dalam daftar peringkat manajer Leeds dengan persentase kemenangan terbesar sepanjang masa.
Selain menghadirkan kontroversi, Bielsa memberikan warisan permainan sepak bola khas bagi Si Putih. Bielsa tidak ragu menanamkan filosofi sepak bola menyerang kepada Leeds.
Menurut The Guardian, mantan Pelatih RB Leipzig Jesse Marsch menjadi kandidat terkuat untuk menjadi suksesor Bielsa di Elland Road. Adapun Marsch tengah menganggur setelag mengakhiri kontrak dengan Leipzig, Desember lalu, setelah klub itu tampil buruk di paruh pertama musim ini di Bundesliga Jerman.
Prestasi terbaik Marsch ialah membawa New York Red Bulls menjadi juara musim reguler Liga Amerika Serikat pada 2015. Ia juga mempersembahkan masing-masing dua trofi Liga Austria dan Piala Austria untuk Red Bull Salzburg pada periode 2019 hingga 2021.
Kontroversi
Selama lebih dari 1.300 hari menangani Leeds, Bielsa menuliskan pula kontroversi dalam buku sejarah Si Putih. Pada musim perdananya, Bielsa dicaci dan dipuja oleh publik Inggris dalam waktu bersamaan.
Ia sempat dicaci, terutama oleh Frank Lampard, ketika masih menjadi Manajer Derby County. Bielsa diketahui mengirimkan stafnya untuk memata-matai latihan Derby, Januari 2019. Insiden itu pun kemudian disebut ‘Spygate’ setelah Liga Sepakbola Inggris (EFL), operator kompetisi Divisi Championship, melakukan penyelidikan terkait dugaan pelanggaran.
Atas kasus itu, Leeds didenda 200.000 poundsterling (Rp 3,84 miliar). Kemudian, EFL membuat aturan baru yang mewajibkan setiap tim menjalani sesi latihan tertutup sejak 72 jam sebelum pertandingan.
Pada April 2019, Bielsa menghadirkan salah satu momen terbaik di kompetisi sepak bola Inggris. Pada laga menghadapi Aston Villa, Leeds sempat mencetak gol pada menit ke-73 melalui Mateusz Klich. Gol itu diprotes keras oleh pemain Villa dan Manajer Villa kala itu, Dean Smith.
Pasalnya, gol tercipta ketika pemain Villa, Jonathan Kodjia, sedang tergeletak di lapangan karena menderita cedera. Sementara itu, pemain Leeds tetap menjalankan serangan dan tidak melakukan tindakan fair play untuk mengeluarkan bola dari lapangan.
Di tengah kontroversi itu, Bielsa menginstruksikan kepada seluruh pemainnya untuk membiarkan Villa mencetak gol penyama kedudukan. Laga itu berakhir imbang 1-1. Hasil itu merugikan Leeds. Padahal, apabila menang, Leeds bisa mengunci tiket langsung promosi ke Liga Premier. Atas tindakannya itu, Bielsa dan Leeds dianugerahi penghargaan Fair Play FIFA 2019.
“Hasil imbang membuat rival Leeds, Sheffield United, mendapat tempat otomatis untuk promosi ke Premier League. Apa yang dipertaruhkan (Leeds) pada laga itu membuat aksi sportivitas Bielsa amat luar biasa,” bunyi pernyataan FIFA saat itu.
Warisan
Selain menghadirkan kontroversi, Bielsa memberikan warisan permainan sepak bola khas bagi Si Putih. Bielsa tidak ragu menanamkan filosofi sepak bola menyerang kepada Leeds. Berdasarkan data Opta terkait field tilt yang menghimpun persentase penguasaan bola di zona pertahanan lawan, Leeds rata-rata mencatatkan 52,5 persen menguasai bola di area sepertiga pertahanan lawan di musim ini.
Dari 20 tim di Liga Premier, Leeds berada di posisi ketujuh dalam hal mengontrol permainan di sepertiga zona lawan. Itu menjadi wujud perspektif permainan Leeds yang selalu menerapkan zona pertahanan tinggi.
Si Putih menghasilkan 13,83 tembakan per laga yang menempatkan mereka hanya kalah kreatif dibandingkan Liverpool, Manchester City, Chelsea, Arsenal, dan MU. Meski begitu, Leeds punya pertahanan yang buruk sehingga gagal mengimbangi permainan menyerang. Pada musim ini, Si Putih menjadi tim pertama yang kemasukan 60 gol.
Tak hanya sepak bola menyerang, Bielsa juga melahirkan pemain-pemain asli Inggris yang menghadirkan decak kagum di Liga Inggris. Mereka adalah Patrick Bamford dan Kalvin Phillips.
Bamford berada di urutan keempat pada daftar pencetak gol terbanyak pada musim perdananya tampil di Liga Premier musim 2020-2021. Ia menghasilkan 17 gol dan hanya kalah dari Harry Kane, pemain Inggris tersubur pada musim lalu yang mengemas 23 gol.
Adapun Phillips menjadi pemain reguler baru di lini tengah tim nasional Inggris. Ia menjadi pilar utama “Si Tiga Singa” di Piala Eropa 2020. Namun, Bamford dan Phillips menderita cedera panjang pada musim ini. Ketidakhadiran mereka menjadi salah satu penyebab Leeds tampil buruk di musim ini.
“Anda melihat apa yang tidak saya lihat di dalam diri saya. Anda membantu saya tumbuh sebagai pemain, tetapi yang terpenting sebagai manusia,” kata Phillips.
Bamford tak mau ketinggalan mengucapkan penghormatan kepada Bielsa. “Terima kasih untuk seseorang yang mengubah segalanya untuk semua orang,” ucap Bamford.
Dengan pemecatan Bielsa, Leeds akan memulai era baru di sisa 12 pertandingan liga musim ini. Hanya waktu yang akan menjawab, apakah pemecatan Bielsa bisa memperbaiki nasib Si Putih. Gracias Bielsa! (AFP/AP)