Atletico Madrid akan kedatangan musuh terbesar dalam sejarah klub, Cristiano Ronaldo, ketika menghadapi Manchester United, Kamis WIB. Untuk meredam Ronaldo, Atletico wajib membenahi performa buruk lini belakang.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
MADRID, SELASA – Cristiano Ronaldo, penyerang Manchester United, adalah sosok yang paling ditakuti oleh Pelatih Atletico Madrid Diego Simeone. Dalam setiap berjumpa tim yang dihuni pemain berjuluk “CR7” itu di fase gugur Liga Champions, Atletico selalu menelan pil pahit. Itu mengusik Los Rojiblancos jelang menyambut MU di laga pertama babak 16 besar, Kamis (24/2/2022) pukul 03.00 WIB, di Stadion Wanda Metropolitano.
Sejak Liga Champions edisi 2013-2014, Atletico telah lima edisi menjalani laga menghadapi tim Ronaldo. Empat musim menghadapi Real Madrid yang terdiri dari dua laga final pada 2013-2014 dan 2015-2016. Lalu, sekali di babak perempat final edisi 2014-2015 dan satu kali bersua di fase semifinal 2016-2017.
Dalam empat musim kontra Real yang diperkuat Ronaldo, Atletico selalu gagal menumbangkan sang rival sekota. Salah satu kekalahan menyakitkan tercipta pada final musim 2013-2014 ketika keunggulan Atletico buyar di menit akhir berkat sundulan Sergio Ramos. Real melibas Atletico 4-1 untuk meraih predikat “La Decima” atau trofi ke-10 di Liga Champions.
Ketika hijrah dari Real, Ronaldo memegang peran krusial saat menyingkirkan Los Rojiblancos di babak 16 besar musim 2018-2019. Atletico memang unggul 2-0 pada laga pertama di Madrid, tetapi Ronaldo mencetak trigol yang membantu Juve melaju ke babak selanjutnya dengan keunggulan agregat 3-2.
Dalam lima musim berduel dengan Atletico di fase gugur kompetisi antarjuara Eropa itu, Ronaldo mencetak tujuh gol dan dua asis. Tidak hanya gol dan asis, ia juga dua kali mengangkat trofi di tengah air mata duka yang jatuh dari mata skuad Atletico di Lisboa dan Milan.
Secara total, CR7 telah mencetak 25 gol dan sembilan asis dalam 35 gim menghadapi Atletico. Dari jumlah gol itu, pemain berusia 37 tahun itu mencetak 10 gol ketika tampil di markas Atletico.
Produktivitas gol Ronaldo di Wanda Metropolitano hanya kalah dari catatan 12 gol yang dicetaknya di Stadion Ramon Sanchez Pizjuan milik Sevilla dan rumah Barcelona, Stadion Camp Nou.
Maka itu, terasa amat wajar apabila Simeone menempatkan Ronaldo sebagai musuh terbesar dalam lebih dari satu dekade dirinya menangani Los Rojiblancos. Impiannya untuk memberikan gelar Liga Champions untuk Atletico pun dua kali digagalkan Ronaldo.
“Jika Cristiano (Ronaldo) bukan seorang pemain sepak bola, saya telah memenangkan tiga titel Liga Champions bersama Atletico,” ucap Simeone beberapa waktu lalu dilansir AS. Tiga titel itu mengacu pada kekalahan di dua final serta satu duel di semifinal 2016-2017.
Presiden Atletico Enrique Cerezo sependapat dengan Simeone. Menurut dia, Ronaldo adalah seorang penyihir yang bisa menghadirkan keajaiban di laga-laga penting yang tersaji di Liga Champions. Koleksi 181 gol dan 42 asis di Liga Champions menjadi pertanda bahwa Liga Champions adalah kompetisi yang sudah ditaklukan kapten tim nasional Portugal itu.
“Cristiano adalah pemain luar biasa yang mencetak masa-masa gemilang selama bermain di Spanyol. Meski begitu, kami akan berusaha tampil baik ketika menghadapi MU, salah satu tim terbaik dalam sejarah, di Liga Champions,” ujar Cerezo kepada Marca, Selasa (22/2).
Ronaldo pun sudah tidak sabar untuk kembali tampil di kompetisi favoritnya. Dalam Liga Champions musim ini, Ronaldo telah mencetak enam gol dari lima penampilan di fase grup.
Jika Cristiano (Ronaldo) bukan seorang pemain sepak bola, saya telah memenangkan tiga titel Liga Champions bersama Atletico. (Diego Simeone)
“Kemenangan liga yang penting sebelum kami mengubah fokus ke Liga Champions dan menuju ke Madrid,” tulis CR7 dalam takarir di akun Instagramnya, Senin (21/2) kemarin, seusai membantu MU melibas Leeds United 4-2.
Lubang pertahanan
Untuk menghindari derita akibat magis Ronaldo, Atletico wajib mengatasi lubang di lini pertahanan yang menjadi penyebab mereka tampil inkonsisten di musim ini. Padahal, kekokohan di sektor belakang menjadi bekal Atletico ketika mengangkat trofi La Liga musim lalu.
Atletico telah kemasukan 34 gol dari 25 laga. Mereka hanya mencatatkan tujuh laga tidak kemasukan gol di liga musim ini. Adapun pada musim lalu, gawang Jan Oblak cuma kemasukan 25 gol dalam 38 pertandingan.
“Kami telah merasakan banyak penderitaan di musim ini karena buruknya lini pertahanan. Untuk itu, kami harus lebih baik menjaga gawang karena hanya itu yang bisa memperbesar peluang kami memenangkan laga,” kata Simeone.
Di luar persoalan pertahanan, Atletico tampil baik dalam urusan urusan produktivitas. Atletico adalah tim ketiga paling subur di La Liga 2021-2022.
Mereka telah mencetak 45 gol dari 25 laga. Hanya Real Madrid dan Real Betis yang telah menghasilkan gol lebih banyak dari Los Rojiblancos. Kedua tim itu masing-masing mengoleksi 51 dan 47 gol.
Dalam latihan terakhir jelang menjamu MU, Simeone mencoba kolaborasi pemain cepat di lini depan untuk mengecoh lini pertahanan MU yang juga tidak terlalu kokoh di musim ini. Duet Angel Correa dan Joao Felix disiapkan El Cholo, julukan Simeone.
Dengan dua penyerang itu, maka Antoine Griezmann dan Luis Suarez berpotensi memulai laga dari bangku cadangan.
Momen tepat
Sementara itu, MU tengah memasuki momen yang tepat untuk menghadapi Atletico. “Setan Merah” membawa modal dua kemenangan beruntun di Liga Inggris atas Brighton & Hove Albion serta Leeds United.
Tren positif itu sejalan dengan membaiknya produktivitas Ronaldo dan kawan-kawan. Usai hanya menjalani empat laga dengan mencetak sebuah gol, MU mencetak enam gol dalam dua laga terakhir. Lima pemain berbeda menyumbangkan gol dalam dua laga terakhir.
Manajer MU Ralf Rangnick menuntut anak asuhnya untuk menjaga konsistensi dalam dua laga terakhir ketika bertandang ke Madrid. Ia berharap para pemain MU bisa menampilkan sikap mental yang tak kenal menyerah seperti pada babak kedua kontra Leeds.
“Jika kami ingin menutup musim ini dengan kesuksesan, maka kami harus bermain dengan kemauan untuk bekerja keras serta tidak kehilangan fokus di masa-masa krusial laga,” ujar Rangnick.
Kiper MU, David De Gea, tidak ingin terbawa kenangan ketika memulai karier profesionalnya bersama Atletico. Ia ingin membantu MU tampil lebih baik atas Atletico dalam dua laga di babak 16 besar.
“Saya kembali ke rumah, ke klub yang memberikan saya kesempatan untuk berada di titik saat ini. Tetapi, saya pulang dengan tujuan untuk meraih kemenangan bagi tim yang saya bela,” kata De Gea yang membela Atletico pada periode 2009 hingga 2011 dilansir laman UEFA. (AFP)