Ikhtiar Klub-Klub BRI Liga 1 Geliatkan UMKM Lokal
Kehadiran kembali BRI Liga 1 di era pandemi memberi dampak besar di luar lapangan. Geliat industri sepak bola hadir ditandai dengan meningkatnya kerja sama klub dengan UMKM untuk menciptakan produk cendera mata.
Penyelenggaraan BRI Liga 1 Indonesia musim 2021-2022, yang menjadi pionir kompetisi olahraga di masa pandemi Covid-19, tidak hanya menjadi ajang hiburan dengan menghadirkan persaingan di lapangan hijau. Dampak kompetisi kasta tertinggi di Tanah Air itu juga bergema ke luar lapangan hijau, khususnya menggeliatkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Persita Tangerang, misalnya, menjadi salah satu tim yang memproduksi sendiri jersei untuk berlaga di Liga 1 musim ini. Sebagai tim promosi yang baru menjalani debut di era Liga 1, langkah itu memudahkan Persita untuk melibatkan UMKM untuk membantu sisi komersial klub.
Cara itu sejatinya telah ditempuh sejak awal 2020 lalu, tetapi kompetisi yang berhenti ketika baru berjalan tiga pekan membuat ikhtiar manajemen tim “Pendekar Cisadane” menggeliatkan UMKM lokal belum terasa dampaknya. Masa vakum kompetisi selama 17 bulan membuka peluang Persita menghadirkan inovasi-inovasi baru berkat kerja sama dengan UMKM, baik asal Tangerang maupun wilayah lain di Indonesia.
Baca juga :Menanti Aksi Konkret Inpres Pembangunan Sepak Bola
Sejak April 2021 lalu, Persita bekerja sama dengan tiga pelaku industri UMKM, mulai dari menghadirkan kaos khusus yang menampilkan gambar ilustrasi yang diciptakan oleh Nick Filbert. Adapun Filbert adalah ilustrator yang menciptakan halaman sampul edisi khusus 20 tahun novel Harry Potter.
Lalu, Pendekar Cisadane mengeluarkan merchandise (cendera mata) khusus berupa cincin berukir obor yang menjadi logo klub. Produk itu bekerja sama dengan seniman perhiasan asal Bali, Rotten Bones.
Viral di medsos
Aksi Persita meluncurkan produk cendera mata sempat pula menjadi viral di media sosial jelang Liga 1 bergulir, akhir Agustus lalu. Kala itu, Persita mengeluarkan jersei khusus hasil kolaborasi dengan produk fesyen UMKM asal Tangerang, Thanksinsomnia.
Meski tidak dikenakan di pertandingan, dua varian jersei Persita hasil kolaborasi Thanksinsomnia yang dijual terbatas itu sudah habis terjual dalam waktu sepekan sejak diluncurkan. Kehadiran jersei khusus itu menjadikan Pendekar Cisadane sebagai klub pertama yang bekerja sama dengan jenama fesyen anak muda untuk menghadirkan produk cendera mata itu.
“Kami terus berinovasi untuk membuka pintu kerja sama dengan semua UMKM, khususnya di daerah Tangerang Raya. Selain merchandise khusus, kami juga memproduksi sejumlah kebutuhan klub, seperti jersei tanding, juga dengan memanfaatkan hasil karya UMKM lokal,” kata Direktur Komersial Persita Evelyn Cathy di Tangerang, akhir pekan lalu.
Lebih lanjut, Cathy menuturkan, “kolaborasi dengan Thanksinsomnia adalah salah satu kolaborasi yang sukses. Sebab, kami mengeluarkan desain yang segar dengan gaya khas Thanksinsonmia dan terbatas, sehingga produk terjual habis dalam waktu singkat”.
Bagi pendiri Thanksinsomnia, Mohan Hazian, kerja sama dengan Persita tidak hanya bermakna bagi keseriusan klub itu mendukung UMKM asal Tangerang yang menjadi “rumah” Pendekar Cisadane. Lebih dari itu, lanjut Mohan, Thanksomnia juga ingin membantu meningkatkan minat publik, khususnya anak muda, pada sepak bola nasional.
“Kolaborasi itu adalah dukungan kami untuk tim sepak bola lokal yang mewakili tempat asal kami. Kami juga ingin menyebarkan semangat positif yang menjadi asas kami hadir di dunia fesyen anak muda selama ini,” ucap Mohan yang memiliki sebuah toko luring di kawasan Tangerang Selatan.
Baca juga :Liga 1 Gagap Antisipasi Covid-19
Tak hanya soal produksi cendera mata, Persita juga memiliki dua mitra yang lahir dari kelompok suporter untuk menjadi reseller penjualan cendera mata klub di luar toko resmi yang dimiliki klub. Langkah itu bertujuan untuk memperluas jangkauan penjualan produk bernuansa klub, sekaligus membantu geliat roda perekonomian bagi para pendukung yang menjadi bagian yang tak terpisahkan bagi klub.
Salah satu basis suporter yang bekerja sama dengan manajemen Persita ialah North Legion 1953. Penanggung Jawab North Legion 1953 Herlambang, mengungkapkan, pihaknya telah menjalin kemitraan dengan Persita Store, toko penjualan cendera mata Persita, sejak 2020 dengan kontrak berjalan hingga tiga tahun. Dalam kemitraan itu, Nord 53 diberi kepercayaan untuk menjual berbagai produk cendera mata Pendekar Cisadane. Sebagai bentuk tanggung jawab, kata Herlambang, dirinya juga melakukan laporan penjualan setiap bulan.
“Dari penjualan itu, kami dapat fee 20 persen dari total keuntungan. Kehadiran kami untuk menjangkau dan memudahkan pendukung di wilayah lain Tangerang yang jauh dari toko resmi klub untuk membeli produk Persita,” ujar Herlambang yang memiliki dua toko Nord 53 di kawasan Sepatan dan Panongan, Kabupaten Tangerang.
Inisiasi Persib
Ikhtiar untuk menggeliatkan UMKM lokal telah lebih dahulu diinisiasi oleh Persib. Sebagai salah satu klub tertua dan tersukses di Tanah Air, Persib juga menjadi salah satu klub profesional yang pertama kali memperkenalkan konsep toko khusus penjualan cendera mata klub.
Persib Store, yang ada di wilayah Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat, pertama kali dibuka pada 2018 lalu. Di dalam toko resmi, klub berjuluk “Maung Bandung” itu hanya menjual produk dalam negeri yang merupakan hasil karya para pelaku UMKM di Bandung dan wilayah Jawa Barat lainnya.
Filosofi kerja sama ini kami sebut #MenangBersama yang menjadi wujud konkret kami untuk mengajak seluruh pemangku kepentingan berpartisipasi dalam berbagai aktivitas demi kemajuan Persib. (Teddy Tjahjono)
Selain bekerja sama untuk menghasilkan produk cendera mata klub, seperti kaos, topi, tas, dan pernak-pernik lainnya, UMKM itu juga menjadi mitra klub untuk menjual produk klub, terutama jersei edisi suporter yang dijual dengan harga Rp 175.000.
“Kurang lebih ada sekitar 30 pelaku UMKM asal Bandung dan kota lain di Jabar yang telah menjadi mitra resmi Persib. Prinsipnya, kami sangat terbuka bagi para pelaku UMKM untuk menjadi penyuplai produk cendera mata dengan standar kelayakan yang sudah kami tentukan,” kata Direktur PT Persib Bandung Bermartabat Teddy Tjahjono.
Teddy menambahkan, kehadiran Persib Store menjadi sinergi nyata yang dilakukan Persib bersama seluruh pihak, seperti pelaku UMKM dan suporter, untuk membantu finansial klub. Penjualan cendera mata menjadi sumber finansial utama Persib pada musim ini seiring pelaksanaan pertandingan Liga 1 yang dilakukan terpusat dengan sistem "gelembung", sehingga klub tidak memiliki pendapatan dari tiket pertandingan.
“Filosofi kerja sama ini kami sebut #MenangBersama yang menjadi wujud konkret kami untuk mengajak seluruh pemangku kepentingan berpartisipasi dalam berbagai aktivitas demi kemajuan Persib,” tutur Teddy.
Meningkat
Persita dan Persib merasakan dampak dari pelaksanaan Liga 1 musim ini dengan peningkatan omzet penjualan cendera mata. Meskipun animo daya beli suporter belum kembali sebelum masa pandemi, hal itu sudah jauh lebih baik dibandingkan tahun 2020 lalu, ketika pandemi mulai hadir. Saat itu, Liga 1 sempat terhenti lama.
Baca juga :Liga 1 2020 Mustahil Dilanjutkan
“Jika membandingkan dengan 2020 tentu ada peningkatan penjualan pada tahun 2021. Berlangsungnya kembali Liga 1 juga menggeliatkan kembali industri sepak bola, salah satunya kami bisa melakukan lagi kegiatan yang melibatkan para sponsor,” ucap Teddy.
Hal serupa juga diakui pihak Persita. Cathy mengatakan, peningkatan penjualan cendera mata dirasakan Persita meski belum signifikan. Ia menilai, hal itu disebabkan Persita tidak mengeluarkan jersei pada awal musim ini. Persita masih mengenakan tiga jersei yang telah diluncurkan untuk Liga 1 2020 lalu.
“Kehadiran kompetisi kembali mengobati rindu suporter yang berdampak pada penjualan cendera mata klub. Selain itu, pelaksanaan kompetisi juga membuat kami bisa melaksanakan komitmen dan membangun kepercayaan kepada sponsor yang menjadi nadi dari industri sepak bola,” tutur Cathy.
Herlambang, yang bermitra dengan Persita, pun turut merasakan peningkatan penjualan seiring berlangsungnya kompetisi di musim ini. "Saatliga berhenti karena Covid-19, dalam beberapa bulan, kami tidak ada penjualan. Sekarang, setiap bulan kami selalu mencatatkan pemasukan yang lumayan,” ucapnya.
Nafas utama dari pelaksanaan musim ini ialah menghidupkan kembali industri olahraga yang memberikan dampak besar bagi para pelaku industri itu. (Akhmad Hadian Lukita)
Dampak Liga 1 musim ini itu sudah sejalan dari tujuan kompetisi yang diharapkan PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator kompetisi. Menurut Direktur Utama PT LIB Akhmad Hadian Lukita, kehadiran kompetisi bisa menghidupkan kembali roda-roda perekonomian yang bersinggungan dengan sepak bola.
"Kami memahami bagaimana banyak pelaku industri yang terkena dampak ketika Liga 1 terhenti di musim 2020. Oleh karena itu, nafas utama dari pelaksanaan musim ini ialah menghidupkan kembali industri olahraga yang memberikan dampak besar bagi para pelaku industri itu," ucap Lukita.