Bagi publik Cleveland, Stephen Curry berperan ibarat sosok Joker di kisah pahlawan super Batman. Dia memang dianggap antagonis, tetapi selalu meninggalkan kesan mendalam untuk kota tersebut.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
”Booo…,” teriak belasan ribu penonton dari tribune Arena Rocket Mortgage Fieldhouse, Cleveland, Ohio, pada Senin (21/2/2022) WIB. Para penonton yang mayoritas pendukung Cleveland Cavaliers menunjukkan rasa benci mereka ketika Stephen Curry, megabintang Golden State Warriors, diperkenalkan sebagai starter All-Star ke-71. Bagi mereka, Curry adalah sosok antagonis.
Membenci Curry bukan hal mudah, bahkan untuk para pendukung lawan. Dia adalah sosok bintang yang ramah, tanpa kontroversi, dan penghibur sejati di lapangan. Namun, tidak bagi publik Cleveland. Mereka tak pernah lupa kejahatan Curry yang menumbangkan Cavaliers tiga kali di final NBA.
Curry yang lahir di Akron, Ohio, kota yang berjarak hanya 40 kilometer dari Cleveland, membalas dengan senyum. Lalu, dia merapatkan kedua tangannya, membentuk gestur permintaan maaf. Sang point guard hanya bisa menerima kenyataan tidak disambut baik di daerah kelahirannya. Dari ekspresinya, bisa terlihat akan ada ”ledakan” besar malam itu.
Benar saja, penonton tuan rumah salah besar. Mereka membangunkan singa tidur. Ada satu peraturan tidak tertulis di NBA. Jangan sekali-kali mengusik atau memancing emosi Curry. Seperti kata mantan pemain NBA, JJ Reddick, dia bisa meledak kapan saja bagai bom waktu ketika sedang mencari pembuktian.
Curry yang tergabung dalam Tim LeBron ”meledak” malam itu dengan mencetak 50 poin. Penampilan itu adalah yang terbaik bagi sang pebasket 33 tahun selama 8 kali mengikuti All-Star. Setiap meluncurkan lemparan tiga angka, bola seperti otomatis mencari keranjang lawan.
Pria ini datang dari planet lain. Dia punya sniper otomatis yang terhubung ke lengannya. Ketika dia melepaskan (bola), semua yang ada di lapangan, di tribune, di televisi, di mana pun, berpikir itu akan masuk setiap waktu.
”Pria ini datang dari planet lain. Dia punya sniper otomatis yang terhubung ke lengannya. Ketika dia melepaskan (bola), semua yang ada di lapangan, di tribune, di televisi, di mana pun, berpikir itu akan masuk setiap waktu,” ucap LeBron James, kapten Tim LeBron yang merupakan pahlawan publik Cleveland.
Curry memasukkan 16 kali lemparan tiga angka dari berbagai arah. Dia juga menggunakan berbagai gaya tembakan yang akrobatik. Mulai dari menembak hanya dengan bertumpu pada satu kaki hingga menembak separuh lapangan, lalu berbalik badan saat bola terlepas dari tangannya.
Arena yang awal memusuhinya berubah jadi panggung pertunjukkannya. Para bintang lain di Tim Durant dan Tim LeBron memperlihatkan kekagumannya. Mereka memegang kepala dengan ekspresi kaget setiap Curry memasukkan bola. Penonton di arena pun melunak, mulai memberi tepuk tangan dan sorakan.
Lewat penampilan fenomenal itu, Curry membantu Tim LeBron menang 163-160. Dia pun sukses meraih trofi Kobe Bryant, gelar MVP All-Star, pertama kali sepanjang kariernya. Tak hanya itu, dia juga memecahkan rekor tembakan tiga angka terbanyak yang sebelumnya diciptakan Paul George (9 kali) pada 2016.
Pebasket yang telah meraih 2 gelar MVP musim reguler dan 3 gelar juara ini melengkapi portofolionya. Dia menjadi satu-satunya guard yang meraih MVP All-Star dalam enam musim terakhir. Sebelumnya, peraih pemain terbaik di ”perang bintang” selalu forward.
”Pastinya (trofi) ini adalah salah satu yang ingin saya rasakan. Trofi ini punya arti sangat spesial karena dibuat untuk menghormati Kobe (Bryant) dan Gigi yang meninggal dua tahun lalu. Saya merasa tersanjung dan diberkati,” ucap Curry.
Ledakan Curry di Cleveland terasa aneh jika melihat performanya musim ini. Pemegang rekor lemparan tiga angka terbanyak sepanjang masa NBA ini sedang kehilangan ritme menembak. Akurasinya dari tiga angka hanya 37,9 persen atau terendah dalam karier. Biasanya, dia tidak pernah di bawah 40 persen, kecuali pada 2019-2020 saat hanya bermain 5 kali akibat cedera.
Kata Curry, dia terdorong karena reaksi penonton, selain juga bahagia bisa kembali ke tempat kelahirannya. ”Sangat spesial bisa kembali ke Ohio. Menyenangkan karena saya seperti punya energi lebih sejak awal. Saya bisa merasakan itu, lalu memanfaatkannya di sepanjang laga,” ujarnya.
Curry berucap, penampilan istimewanya tidak lepas dari kedatangan para pemain legendaris dalam acara perayaan 75 pemain terbaik sepanjang masa NBA pada paruh waktu. Dia, salah satu dari 75 terbaik, sempat berbincang dengan para legenda hidup sebelum kuarter ketiga. ”Ketika Anda berada di antara yang terbaik, Anda bisa mengeluarkan yang terbaik juga,” ujarnya.
Pencapaian Curry berbalas manis untuk komunitas warga Cleveland. Sebelum laga, dia berniat mendonasikan 1.000 dollar AS (sekitar Rp 14 juta) untuk setiap poin, 3.000 dollar AS (sekitar Rp 43 juta) untuk setiap tembakan tiga angka, dan 10.000 dollar AS (sekitar Rp 143 juta) untuk gelar MVP. Total, dia menyumbang 108.000 dollar AS (sekitar Rp 1,5 miliar) untuk sekolah di Cleveland.
Pada akhirnya, penonton di arena memberikan apresiasi kepada Curry ketika pengumuman MVP. Publik Cleveland membencinya, tetapi tidak bisa menutupi rasa hormat kepadanya saat bersamaan. Di markas Cavaliers, Curry merayakan dua cincin juara dan gelar MVP All-Star pertama. Dia seperti sudah ditakdirkan menjadi antagonis terbaik di kota tersebut. (AP/REUTERS)