Everton disibukkan dengan aktivitas pergantian pelatih beberapa musim terakhir. Seusai memecat Rafael Benitez, klub menunjuk Frank Lampard untuk mengangkat performa tim. Bisakah Lampard memenuhi ekspektasi para ”fans”?
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
LIVERPOOL, RABU — Publik Everton diliputi optimisme tinggi saat Frank Lampard ditunjuk menggantikan Rafael Benitez sebagai manajer. Kepercayaan itu dibalas Lampard dengan meyakinkan di laga pertamanya dengan membekap Brentford 4-1 di putaran keempat Piala FA. Namun, rasa percaya diri tinggi para fans Everton sempat surut seusai dibekap 1-3 oleh Newcastle United, Rabu (9/2/2022) dini hari WIB.
Hasil itu menyiratkan masih banyak tugas berat yang menanti Lampard di pelabuhan barunya. Kebersamaan Benitez dengan Everton hanya berlangsung selama enam bulan. Sejak ditunjuk menggantikan Carlo Ancelotti yang pindah ke Real Madrid, Benitez telah melewati 22 laga. Dari keseluruhan laga tersebut, ia mempersembahkan 7 kemenangan, 4 kali hasil imbang, dan 11 kali kekalahan.
Hasil itu dinilai tidak terlalu memuaskan. Benitez dianggap gagal mengangkat performa tim yang kini terseok-seok di papan tengah klasemen sementara Liga Inggris. Manajemen klub berjuluk ”The Toffes” itu akhirnya mengakhiri kerja sama dengan Benitez. Sebagai gantinya, Everton menunjuk Lampard, mantan manajer Chelsea, sebagai manajer baru sejak 31 Januari 2022.
”Merupakan kehormatan besar bagi saya untuk melatih klub sekaliber Everton. Saya tidak sabar untuk memulai petualangan,” kata Lampard saat perkenalan dirinya sebagai manajer baru.
Bagi kubu Everton, penunjukan Lampard adalah pilihan tepat dan aman mengingat kariernya yang sukses sebagai pemain. Selain itu, ia sebelumnya sempat dipercaya menakhodai tim besar Chelsea. Pengalaman dan visi Lampard diharapkan mampu membuat Everton bertahan di Liga Inggris dan menyelamatkan diri dari jurang degradasi.
Lampard menjawab kepercayaan itu secara meyakinkan pada debutnya bersama Everton saat melawan Brentford di ajang Piala FA. Padahal, saat itu Everton sedang dalam tren negatif seusai kalah dua kali berturut-turut di dua laga sebelumnya. Kedatangan Lampard mampu memberikan aura positif kepada seisi tim.
”Hal yang mencolok adalah penguasaan bola, mereka menguasai bola dengan sangat baik dan bereaksi cepat saat kehilangannya. Ada energi yang besar dan saya pikir Lampard sudah membuat perbedaan,” ujar Ashley Williams, pengamat sepak bola dari BBC Sports.
Akan tetapi, harapan yang melambung tinggi itu seakan runtuh seketika melihat performa Everton di Liga Inggris menghadapi Newcastle United di Stadion Saint James’ Park, Newcastle. Everton harus mengakui keunggulan Newcastle, 1-3. Hasil ini membuat Everton untuk sementara masih tertahan di peringkat ke-16. The Toffes hanya berjarak tiga poin dari zona degradasi.
Hasil itu menyiratkan tugas Lampard ke depan masih sangat berat. Di waktu tersisa, ia dihadapkan pada tuntutan untuk mengembalikan performa tim secara singkat. Tidak ada lagi waktu baginya untuk bereksperimen. Menyelamatkan Everton agar tidak terdegradasi menjadi misi mahaberat Lampard.
Meski begitu, Lampard masih mendapat kepercayaan dari suporter dan manajemen klub. Setelah kerap berganti-ganti pelatih selama beberapa musim terakhir, manajemen Everton agaknya akan memberi kepercayaan lebih lama kepada Lampard untuk membangun tim.
Sosok pemersatu
Berbeda dengan Benitez saat ditunjuk sebagai manajer, Lampard relatif mendapat penerimaan yang lebih positif dari para fans Everton. Mereka kurang menyukai sosok Benitez yang sempat melatih rival sekota Liverpool selama enam tahun. Penunjukan Benitez membuat elemen suporter klub terpecah dan itu memberikan dampak negatif terhadap performa klub.
Dengan begitu, Lampard dianggap sebagai orang yang tepat dalam mempersatukan para fans. Selain popularitas dan kemampuannya mempersatukan fans, ada hal lain yang diharapkan manajemen Everton ketika memutuskan mengontrak Lampard.
Sebagai manajer, Lampard dikenal gemar mengandalkan pemain muda. Hal itu ia lakukan saat masih membesut Derby County dan Chelsea. Di Chelsea, ia membimbing dan mengembangkan para pemain muda, seperti Mason Mount, Tammy Abraham, Fikayo Tomori, dan Reece James. Mereka semua kini telah berkembang dan menjadi pemain timnas Inggris.
Merupakan kehormatan besar bagi saya untuk melatih klub sekaliber Everton. Saya tidak sabar untuk memulai petualangan.
Situasi serupa kemungkinan besar akan juga ditemukan Lampard di Everton. Kepiawaian Lampard dalam mengorbitkan pemain belia diharapkan juga diterapkan di Everton. Lampard menemukan bakat baru yang bagus di Everton dalam diri sejumlah pemain. Mereka adalah pemain sayap Anthony Gordon dan bek kanan Skotlandia berusia 20 tahun, Nathan Patterson, yang baru saja tiba dari Rangers.
Selain itu, Lampard diharapkan mampu memoles bakat pemain belakang berusia 22 tahun, Vitaliy Mykolenko. Mantan pemain Dynamo Kiev tersebut direkrut untuk menggantikan pemain senior Lucas Digne yang hengkang ke Aston Villa.
Untuk para pemain senior, Lampard memiliki pekerjaan rumah agar mereka kembali ke performa terbaik. Bintang Everton asal Brasil, Richarlison, sedang kesulitan berkembang di musim ini karena lebih banyak berkutat dengan cedera.
Lampard perlu membantu mengembalikan performa Richarlison karena ketajamannya sangat diperlukan untuk menjauhkan Everton dari jurang degradasi. Pemain senior lain yang tengah berjuang kembali ke performa terbaiknya adalah bek tengah Yerry Mina. Lampard ditugaskan bisa membuat Mina segera padu dengan Mason Holgate di lini pertahanan Everton. (REUTERS)