Tiga Bintang Terbuang Antusias Sambut Kesempatan Kedua
Tiga gelandang bintang, yaitu Alli, Van de Beek, dan Eriksen, mendapatkan kesempatan kedua untuk bangkit pada paruh kedua Liga Inggris musim ini. Kedatangan mereka di klub baru disambut antusiasme tinggi oleh suporter.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
AP Photo/Jeremias Gonzalez
Gelandang Tottenham Hotspur, Dele Alli (kanan), dan pemain Rennes, Chimuanya Ugochukwu, berebut bola pada laga Liga Konferensi Eropa di Stadion Roazhon Park, Perancis, 16 September 2021 lalu. Alli kini bergabung dengan Everton.
Dalam novelnya berjudul By the River Piedra I Sat Down and Wept (1994), penulis asal Brasil, Paulo Coelho, menuliskan sebuah kalimat menarik, “Tuhan selalu menawarkan sebuah kesempatan kedua di dalam kehidupan”. Kutipan itu sejalan nasib tiga gelandang di Liga Inggris, yaitu Dele Alli, Donny van de Beek, dan Christian Eriksen. Mereka berpeluang terlahir kembali sebagai pesepak bola elite di Eropa setelah sempat menghadapi titik nadir dalam karier.
Jendela transfer musim dingin yang berakhir pada 31 Januari lalu memberikan berkah bagi ketiga pemain itu. Mereka mendapatkan klub baru. Alli dan Van de Beek berlabuh ke Everton yang ditangani Frank Lampard, sedangkan Eriksen menjadi bintang kelas dunia pertama yang membela panji "Si Lebah", julukan Brentford.
Sejak menembus skuad utama Tottenham Hotspur pada musim 2015-2016 atau saat berusia 19 tahun, Alli telah digadang-gadang sebagai salah satu gelandang muda terbaik bagi Spurs dan tim nasional Inggris. Tak tanggung-tanggung, CIES Football Observatory memasukkan Alli sebagai gelandang dengan nilai valuasi tertinggi pada November 2018.
Ia dibanderol 163,4 juta euro atau sekitar Rp 2,69 triliun. Kala itu, nilai jual Alli lebih besar dari gelandang Manchester City, Kevin De Bruyne, dan bintang Manchester United, Paul Pogba. Puncaknya, pada masa itu, Alli membawa Spurs ke final Liga Champions Eropa musim 2018-2019.
Namun, perginya manajer Mauricio Pochettino di tengah musim 2019-2020 ikut membuat magis Alli di lini tengah tim berjuluk "Si Lili Putih" itu sirna. Tiga manajer Spurs dalam dua musim terakhir, mulai dari Jose Mourinho, Nuno Espirito Santo, hingga Antonio Conte, tidak mampu mengangkat kembali penampilan Alli.
AFP/Adrian DENNIS
Gelandang Tottenham Hotspur, Dele Alli melakukan tendangan salto yang berujung gol timnya ke gawang Wolfsberger pada laga Liga Eiuropa di Stadion Tottenham Hotspur, London, Inggris, Kamis (25/2/2021) dini hari WIB lalu. Alli kini berlabuh ke Everton.
Mourinho, dalam film dokumenter All or Nothing: Tottenham Hotspur (2020), terungkap pernah mengajak Alli berbicara empat mata dan memberikan sejumlah saran demi menyemangati sang pemain untuk kembali ke performa terbaik. Tak ketinggalan, Conte juga masih beberapa kali memberikan Alli kesempatan tampil sebagai pemain inti. Akan tetapi, ia gagal menjawab kepercayaan Conte di paruh pertama musim ini.
Minim tampil
Sejak Conte menangani Spurs, November lalu, Alli hanya diturunkan tujuh kali sebagai pemain utama. Hanya dua kali Spurs menang dalam tujuh laga itu, yakni ketika menghadapi NS Mura di Liga Konferensi Eropa dan Morecambe di babak ketiga Piala FA.
Pemesanan jersei bernama punggung Eriksen lebih banyak 30 kali lipat dibandingkan total penjualan jersei Brentford pada musim ini. Terdapat pemesanan dari 21 negara, di antaranya Denmark, Greenland, Australia, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Inggris.
Maka, Alli menyambut kedatangannya ke Everton dengan positif. Ia optimistis bisa menjawab kepercayaan Lampard yang juga baru ditunjuk sebagai manajer Everton pada 31 Januari lalu.
“Ia (Lampard) tahu saya dengan baik sebagai pemain. Saya pun tahu taktik yang ia sukai. Saya merasa bergabung dengan Everton adalah jodoh yang sempurna,” kata Alli kepada BBC.
Serupa Alli, Van de Beek juga bertekad membuktikan dirinya bisa menjadi salah satu pemain penting di Liga Inggris bersama Everton. Setelah menjalani empat musim bersama Ajax Amsterdam, Van De Beek meredup selama berseragam Manchester United sejak awal musim 2020-2021.
AFP/Paul ELLIS
Gelandang Manchester United, Donny van de Beek, menggiring bola seraya dikawal bek Crystal Palace, James Tomkins, pada laga Liga Inggris di Stadion Old Trafford di Manchester, 5 Desember 2021 lalu. Van de Beek kini membela Everton.
Van de Beek selalu bisa menyumbangkan lebih dari 10 gol dalam tiga musim pamungkasnya bersama Ajax. Hanya saja, ketika berlabuh di Stadion Old Trafford, ia hanya mampu mencetak dua gol dalam dua musim.
Lampard optimistis Van De Beek dan Alli adalah pelengkap puzzle taktik yang dibutuhkannya untuk mengangkat penampilan Everton di sisa musim ini. Lampard akan mengandalkan kedua gelandang itu untuk memperbaiki peringkat Everton yang berada di posisi ke-16 dan hanya berselisih empat poin dari zona degradasi.
“Kami ingin menghadirkan permainan yang berbeda untuk Everton. Kami membutuhkan pemain seperti Dele (Alli) dan Donny (Van de Beek) yang bisa menerima bola dan menghubungkan lini permainan. Mereka juga memiliki kepercayaan diri serta kecerdasan untuk memainkan dan mendistribusikan bola,” ujar Lampard dilansir laman klub.
Kehadiran Alli dan Van de Beek telah disambut positif pendukung Everton. Mural wajah mereka pun telah terlukis di salah satu tembok di Jalan Bankhall, Kota Liverpool. Di sudut jalan yang menjadi basis pendukung Everton itu juga ditampilkan mural wajah pemain utama Everton, di antaranya Richarlison dan Jordan Pickford.
Lampard dan kedua gelandang anyar itu akan memulai pembuktian kesempatan kedua mereka, yaitu saat menjamu Brentford di babak keempat Piala FA, Sabtu (5/2/2022) pukul 22.00 WIB, di Stadion Goodison Park. Meski belum memastikan daftar 11 pemain utama, Lampard tidak menutup kemungkinan langsung menurunkan kedua pemain baru itu dari menit awal.
Pool/AP/Clive Brunskill
Manajer Frank Lampard saat membela Chelsea, 12 Desember 2020 lalu. Ia kini menangani Everton.
Rekor klub
Selain Alli dan Van De Beek, debut juga berpotensi dijalani Eriksen yang menandatangani kontrak berdurasi enam bulan bersama Brentford. Meski datang dengan status bebas transfer seusai mengakhiri kerja sama dengan Inter Milan, Desember lalu, "Pangeran Denmark", julukan Eriksen, menghadirkan rekor tersendiri bagi Si Lebah.
Fakta bahwa Eriksen hampir dipaksa gantung sepatu lebih dini akibat serangan henti jantung di Piala Eropa lalu tidak membuat dirinya kehilangan pamor. Brentford mencatatkan rekor penjualan jersei pemain tertinggi saat menjual kostum bernomor punggung 21 yang akan dipakai Eriksen, 2 Februari lalu.
Pemesanan jersei bernama punggung Eriksen lebih banyak 30 kali lipat dibandingkan total penjualan jersei klub itu pada musim ini. Terdapat pemesanan dari 21 negara, di antaranya Denmark, Greenland, Australia, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Inggris.
Menurut Manajer Brentford Thomas Frank, pemain tim nasional Denmark itu bisa menjadi transfer terbaik dalam sejarah klub yang berdiri pada 10 Oktober 1889 itu. Frank menjelaskan, pemasangan implantable cardioverter defibrillator (ICD) di jantungnya tidak akan memengaruhi kualitas sang Pangeran Denmark di lapangan hijau.
AP Photo/Martin Meissner
Mural wajah bintang tim nasional Denmark, Christian Eriksen, terpampang di tembok di Kopenhagen, Denmark, 14 Juni 2021 lalu. Ketika itu, ia baru saja mengalami henti jantung saat tampil di Piala Eropa 2020.
“Ketika ia masuk ke dalam lapangan latihan, kami semua memiliki rasa decak kagum karena kualitasnya. Ia adalah pemain top dengan banyak pengalaman, tetapi sangat ramah dan rendah hati,” tutur Frank kepada BBC.
Frank memahami, seluruh pecinta sepak bola Inggris tentu sudah tidak sabar menyaksikan kembali Eriksen merumput dengan seragam Brentford. Tetapi, ia menegaskan, Eriksen masih belum bisa dipastikan tampil pada laga Piala FA, akhir pekan ini.
“Sebelum memainkannya, kami harus memastikan terlebih duhulu ia telah berada dalam level kebugaran bertanding. Hingga saat ini, masih sulit untuk mengatakan kapan ia bisa tersedia untuk menjalani debut,” kata Frank yang tidak akan mendampingi anak asuhannya di Goodison Park karena tengah positif Covid-19.
Alli, Van De Beek, dan Eriksen tentu paham ekspektasi besar yang membayangi mereka dengan seragam baru di paruh kedua musim 2021-2022. Andai gagal bangkit dari titik nadir, mungkin sulit untuk melihat kembali mereka tampil di liga terbaik di dunia itu. (AFP/REUTERS)