Setelah menjuarai Australia Terbuka, Rafael Nadal dan Ashleigh Barty dijagokan mendominasi Perancis Terbuka. Bagi Nadal, lapangan tanah liat adalah favoritnya. Bagi Barty, tidak ada pesaing kuat yang muncul selama ini.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·6 menit baca
AP/Hamish Blair
Petenis Spanyol Rafael Nadal memeluk piala setelah menjuarai Australia Terbuka dengan mengalahkan petenis Rusia Daniil Medvedev pada babak final, di Melbourne, Australia, Minggu (30/1/2022) WIB.
Tidak ada yang menduga Rafael Nadal menjadi petenis pertama dari “Big Three” yang memperoleh 21 gelar juara Grand Slam, termasuk dia sendiri. Nadal, bahkan, bisa berada dua langkah lebih jauh dari rival utamanya dengan peluang besar menjuarai Grand Slam berikutnya, Perancis Terbuka, yang telah memberinya 13 gelar juara.
Meski tak ada peraturan yang menyatakan bahwa jumlah juara Grand Slam menjadi indikator, angka dalam daftar rekor menjadi ukuran untuk menentukan level kesuksesan petenis. Di putri, selisih satu satu gelar Grand Slam Serena Williams (23 gelar) dengan pemilik gelar terbanyak, Margaret Court (24), selalu dibicarakan ketika Serena tampil di arena Grand Slam.
Gelar juara yang didapat Rafael Nadal dari Australia Terbuka, pekan lalu, menjadikannya sebagai tunggal putra dengan gelar Grand Slam terbanyak. Sebanyak 21 gelar membuat petenis Spanyol berusia 35 tahun itu unggul satu langkah atas dua rival utamanya dalam “Big Three”, Novak Djokovic dan Roger Federer, yang absen di Melbourne Park. Djokovic batal bermain setelah dideportasi karena datang tanpa vaksinasi Covid-19. Sementara Federer masih menjalani pemulihan lutut kanan setelah dioperasi.
Absennya Djokovic memang membuka pintu bagi petenis lain untuk juara, tetapi bukan Nadal yang belum pulih dari cedera kaki kiri dan baru terinfeksi Covid-19, pertengahan Desember. Daniil Medvedev, finalis Australia Terbuka dan juara Amerika Serikat Terbuka 2021, menjadi favorit.
AP/ANDY BROWNHILL
Petenis Rusia, Daniil Medvedev memukul bola saat bertanding melawan petenis Yunani, Stefanos Tsitsipas pada laga semifinal Australia Terbuka 2022 di Lord Laver Arena, Melbourne, Australia, Jumat (28/1/2022).
Namun, momen yang sulit dipercaya terjadi ketika Nadal, yang berusia sepuluh tahun lebih tua, mengalahkan Medvedev di final setelah kehilangan dua set pertama, 2-6, 6-7 (5), 6-4, 6-4, 7-5. Ucapan selamat pun disampaikan sesama petenis dan mantan petenis, termasuk Djokovic dan Federer melalui media sosial.
“Pada akhirnya, ini semua adalah persaingan yang kami cintai dan beberapa diantara kami bisa meraih prestasi melebihi impian pada masa kecil. Bagi saya, tidak masalah jika seseorang bisa memperoleh 21, yang lain 20 atau bahkan 23 gelar. Yang terpenting, kami telah melakukan yang terbaik untuk olahraga ini, menikmatinya, dan bisa mewujudkan cita-cita. Saya merasa sangat beruntung bisa menjadi bagian dari era ini yang sangat spesial untuk tenis,” tutur Nadal.
Saya merasa sangat beruntung bisa menjadi bagian dari era ini yang sangat spesial untuk tenis. (Rafael Nadal)
Dengan laga selama lima jam 24 menit saat melawan Medvedev, Nadal tampil dalam tiga pertandingan terlama Australia Terbuka. Petenis peringkat kelima dunia itu bermain lima jam 14 menit saat mengalahkan Fernando Verdasco pada semifinal 2009. Tiga tahun kemudian, dia dikalahkan Djokovic dalam final selama lima jam 53 menit.
Mental juara membuat Nadal mampu mengatasi tekanan di Melbourne Park setelah empat kali kalah dalam final, pada 2012, 2014, 2017, dan 2019. Ini menjadi inspirasi sesama insan tenis dan para penggemarnya. Kekalahan lima set pada 2012 dan 2017, bahkan, membuat Toni Nadal tidak mampu menyaksikan keponakan, yang pernah dilatihnya sejak masa kecil itu, pada set kelima.
AFP/William West
Petenis Spanyol, Rafael Nadal memukul bola saat bertanding melawan petenis Italia, Matteo Barrettini pada babak semifinal Australia Terbuka 2022 di Road Laver Arena, Melbourne, Australia, Jumat (28/1/2022).
Setelah ini, Nadal, bahkan, memiliki peluang besar makin unggul atas Djokovic dan Federer. Grand Slam berikutnya, Perancis Terbuka di Roland Garros, 22 Mei-5 Juni, adalah turnamen yang digelar di lapangan favoritnya, lapangan tanah liat. Persentase kemenangannya di Roland Garros mencapai 97 persen dan di lapangan tanah liat secara keseluruhan mencapai 92 persen .
Maka, tidak akan menjadi kejutan jika Nadal bisa menjuarai Grand Slam untuk ke-22 kali. Apalagi jika Djokovic tidak bisa tampil karena terkendala kembali vaksin Covid-19. Untuk saat ini, kesempatan petenis Serbia itu untuk bermain di Paris belum jelas.
Pemerintah Perancis melarang atlet nasional dan internasional mengakses tempat pertandongan dan mengikuti kejuaraan jika tidak pernah divaksin. Namun, mereka yang tidak divaksin karena baru terinveksi Covid-19 menjadi pengecualian.
Saat ini, seperti disebutkan dalam New York Times, pengecualian diberikan pada mereka yang terinfeksi dalam rentang enam bulan ke belakang, tetapi, mulai 15 Februari akan berubah menjadi empat bulan. Itu artinya, Djokovic yang terinfeksi pada 16 Desember 2021 tak bisa tampil pada Perancis Terbuka.
AP/Darko Bandic
Petenis Serbia Novak Djokovic bersiap duduk di pesawat menuju Belgrade, di Bandara Dubai, Uni Emirat Arab, Senin (17/1/2022). Djokovic pulang ke negaranya setelah dideportasi dari Australia.
Meski demikian, perubahan peraturan dimungkinkan terjadi berdasarkan perkembangan situasi. Dampak dari pemilihan Presiden Perancis, April, juga akan turut menentikan kebijakan bidang kesehatan.
Jika Djokovic bisa bertanding, bisa dipastikan dia akan menjadi pesaing terberat Nadal. Petenis nomor satu dunia itu mengalahlan Nadal pada semifinal Perancis Terbuka 2021 yang mengantarkannya menjadi juara, hingga menjadi petenis pertama pada era Terbuka (sejak 1968) yang menjuarai setiap Grand Slam, setidaknya, dua kali.
Djokovic pun menjadi satu-satunya petenis yang bisa dua kali mengalahkan Nadal di Roland Garros. Selain semifinal 2021, dia mengalahkan Nadal pada perempat final 2015.
“Jika Novak kembali, saya rasa topik persaingan adalah Rafa melawan Novak. Mengalahkan Rafa di lapangan tanah liat dalam lima set sangat sulit, tetapi Novak tampil impresif dalam beberapa tahun terakhir,” ujar pelatih yang menjadi analis bagi ESPN, Darren Cahill.
Memiliki kondisi fisik paling fit diantara “Big Three”, Djokovic memiliki peluang besar menambah gelar Grand Slam jika tak terkendala visa pada masa pandemi Covid-19. Sebagai langkah awal dalam kariernya pada tahun ini, dia akan tampil pada ATP 500 Dubai, 21-27 Februari.
AP/Andy Brownbill
Petenis Autralia Ashleigh Barty melambai ke penonton saat menerima Piala Daphne Akhurst Memorial atau piala juara Australia Terbuka, usai mengalahkan petenis AS Danielle Collins di final, Sabtu (29/1/2022) di Melbourne.
Dominasi Barty
Pada tunggal putri, kedewasaan dan ketenangan saat tampil di lapangan membuat Ashleigh Barty memiliki kesempatan mendominasi persaingan ajang besar tahun ini. Dia menjuarai Australia Terbuka tanpa kehilangan satu set pun untuk menjadi petenis Australia pertama yang menjuarai Grand Slam di negara sendiri dalam rentang 44 tahun terakhir.
Dalam setiap pertandingan, dalam posisi unggul atau tertinggal, petenis berusia 25 tahun ini selalu bersikap tenang. Dia sering disebut memiliki poker face karena tak pernah menunjukkan ekspresi apapun saat bertanding.
Tidak hanya itu, Barty adalah petenis dari sedikit tunggal putri yang bisa menerapkan variasi taktik dengan cepat, beradaptasi pada acara bermain lawan. Kelebihan ini, bahkan, membuatnya disetarakan dengan Federer.
Dengan gelar di Melbourne Park, Barty pun menjadi tunggal putri kedua yang masih aktif, selain Serena, yang meraih gelar Grand Slam di tiga jenis lapangan. Sebelum juara di Australia Terbuka (lapangan keras), Barty menjuarai Wimbledon 2021 (lapangan rumput) dan Perancis Terbuka 2019 (tanah liat).
AFP/WILLIAM WEST
Petenis Australia Ashleigh Barty mengembalikan bola ke arah petenis AS Jessica Pegula pada perempat final Australia Terbuka, di Melbourne, Rabu (26/1/2022). Barty menang dengan skor 6-2, 6-0.
Setelah menjuarai Perancis Terbuka itulah, Barty menjadi petenis nomor satu dunia. Sejak 24 Juni 2019, hanya Naomi Osaka yang menyela posisinya pada puncak peringkat dunia selama empat pekan, pada 12 Agustus-8 September 2019.
Faktor lain yang membuatya bisa menguasai persaingan tahun ini adalah tidak adanya petenis lain yang bisa tampil konsisten, termasuk Osaka yang saat ini hanya berperingkat ke-85 dunia. Setelah gagal mempertahankan gelar Australia Terbuka, Osaka turun 71 tingkat dalam daftar ranking.
“Saya tidak merasa menjadi bagian dari para juara seperti Roger, Rafa, Novak, dan Serena. Saya masih dalam tahap belajar untuk lebih baik setiap harinya. Saya masih harus bekerja keras untuk terus berkembang dalam setiap aspek,” komentar Barty dalam laman resmi WTA.