Misi Newcastle untuk lolos dari zona degradasi menemui rintangan berliku. Tim kaya raya ini kesulitan mendatangkan pemain bintang untuk membantu di separuh musim tersisa.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
NEWCASTLE, KAMIS — Meskipun punya uang berlimpah, klub kaya raya Newcastle United tidak punya jaminan untuk bisa belanja pemain sepuasnya. Newcastle kesulitan mendatangkan pemain bintang dalam jendela transfer pertama setelah klub dibeli Pangeran Arab Saudi. Mereka tampak mulai panik karena tenggat transfer Liga Inggris makin dekat.
Newcastle, yang berada di zona degradasi pada paruh musim, mencoba berbenah total di jendela transfer musim dingin. Manajemen klub berupaya mendatangkan banyak pemain bintang untuk mendukung sang manajer baru, Eddie Howe, yang ditargetkan bertahan di divisi teratas musim depan.
Dengan kekuatan finansial, klub berjuluk ”The Magpies” ini mengincar pemain di berbagai posisi, mulai dari penyerang Dusan Vlahovic hingga bek sayap Robin Gosens. Namun, para pemain tersebut justru memilih berlabuh ke tim lain, melewatkan tawaran kontrak besar dari Newcastle.
Atmosfer kepanikan pun mulai terasa di klub yang punya pendukung fanatik ini. Jelang penutupan jendela transfer pada Selasa (1/2/2022) dini hari WIB, Newcastle bergerak cepat mengontak beberapa pemain sekaligus. Mereka dalam pembicaraan untuk membeli gelandang Lyon, Bruno Guimaraes, dan meminjam penyerang Manchester United, Jesse Lingard.
Rabu lalu, jurnalis spesialis transfer Fabrizio Romano memberitakan, Lyon sudah menerima tawaran Newcastle untuk Guimaraes sebesar 40 juta euro atau sekitar Rp 644 miliar. Namun, Lyon langsung mengonfirmasi lewat situs resminya, kesepakatan transfer itu belum terjadi.
Jurnalis Sky Sports, Kaveh Solhekol, menyebut, kepindahan Guimaraes bergantung pada sang pemain. ”Dia cukup terkejut mendengar ketertarikan dari Newcastle. Dia adalah gelandang yang bermain untuk Brasil, yang kemungkinan menatap Piala Dunia Qatar 2022. Apalagi pemain ini menyadari banyak klub top Eropa yang tertarik mendatangkannya,” jelasnya.
Bagi klub papan bawah yang tiba-tiba kaya karena punya pemilik baru, membangun skuad solid memang sangat sulit pada awalnya. Para pemain bintang akan berpikir ratusan kali untuk pindah. Meskipun mendapat gaji ekstra besar, karier pemain bisa anjlok karena turun kasta ke tim dengan prestasi buruk.
Kesulitan serupa pernah dialami Manchester City setelah kedatangan pemilik baru, Thaksin Shinawatra, pada 2007. Mereka terpaksa mendatangkan pemain bintang kelas dua Eropa pada bursa transfer pertama setelah peralihan pemilik.
Newcastle mendapatkan tantangan lebih sulit lagi karena baru mulai berbelanja di jendela transfer paruh musim. Bursa musim dingin sangatlah kompleks. Banyak klub tidak mau melepas pemain karena akan sulit mencari pengganti dan bisa mengganggu keseimbangan tim. Ketika ada yang dijual, pemain akan diperebutkan oleh banyak klub lain.
Harus disadari, jumlah pemain yang bisa masuk dan membuat tim Anda lebih baik sangatlah kecil dibandingkan musim panas. Kami seperti memancing di dalam kolam yang sangat kecil.
”Harus disadari, jumlah pemain yang bisa masuk dan membuat tim Anda lebih baik sangatlah kecil dibandingkan musim panas. Kami seperti memancing di dalam kolam yang sangat kecil. Anda bisa menawar sebesar apa pun, tetapi uang bukan segalanya di sini. Sering sekali pemain itu memang tidak dijual,” ucap Howe.
Tak heran, Newcastle baru berhasil mendatangkan dua pemain medioker sejauh ini, yaitu bek sayap Kieran Trippier dan penyerang Chris Wood. Kedua pemain yang punya agen sama ini dibeli dengan mengaktifkan klausul penjualan di kontrak masing-masing.
Kata Howe, sangat wajar jika mereka mulai panik. Sebab, dengan waktu yang makin sedikit, mereka mulai kehabisan daftar pemain yang berpotensi meningkatkan kualitas skuadnya. ”Jika kami mendatangkan pemain yang tidak bisa mengembangkan tim ini, kami bisa berada di posisi yang lebih buruk dari sebelumnya. Ini (pembelian) sangatlah krusial,” jelasnya.
Kebingungan Arsenal
Jangankan Newcastle, klub yang lebih besar seperti Arsenal saja masih belum mampu memancing pemain bintang. Adapun penyerang dan gelandang menjadi prioritas klub asal London Utara tersebut di jendela transfer kali ini.
Klub berjuluk ”Si Meriam” ini sudah mendekati Vlahovic, tetapi sang penyerang memilih bergabung dengan Juventus. Di posisi gelandang, mereka telah bernegosiasi mendatangkan Arthur Melo dan Guimaraes. Namun, proses negosiasi masih buntu hingga saat ini.
Salah satu masalah Arsenal adalah dana yang terbatas. Mereka sudah menghabiskan sekitar 165 juta euro (sekitar Rp 2,6 triliun) untuk enam pemain baru pada musim panas lalu. Akibat problem ini, Manajer Arsenal Mikel Arteta sampai mendatangi sang pemilik klub, Stan Kroenke, ke Amerika Serikat agar bisa membicarakan rencana transfer.
”Kami punya rencana, tetapi jendela transfer ini sulit dan rumit. Kami berusaha mendatangkan pemain, tetapi apakah itu akan berhasil atau tidak, akan terjawab nanti. Kami hanya ingin pemain yang bisa membawa tim ini ke level selanjutnya. Itulah standar tinggi yang sudah ditetapkan,” ucap Arteta.
Di sisi lain, MU justru lebih fokus merampingkan skuadnya. Setelah meminjamkan penyerang Anthony Martial ke Sevilla, mereka juga berniat melepas gelandang Donny van de Beek dan Lingard dengan status pinjaman. Ketiga pemain tersebut tidak mendapat banyak kesempatan bermain musim ini, baik di era manajer Ole Gunnar Solskjaer maupun Ralf Rangnick. (AP/REUTERS)