"Setiap lawan memberi tantangan yang berbeda. Itu memaksa saya mengeluarkan semua ‘peralatan’ yang saya punya. Sejauh ini, saya melakukan itu dengan baik dan saatnya memeragakan pada semifinal,” kata Ashleigh Barty
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
MELBOURNE, RABU - Sulit memprediksi apa yang akan terjadi dalam dua babak tersisa persaingan tunggal putri Australia Terbuka. Meski favorit juara, Ashleigh Barty, masih bertahan, kejutan masih dimungkinkan terjadi dalam persaingan yang begitu terbuka, seperti dalam lima tahun terakhir.
Terbukanya persaingan tunggal putri itu terjadi di Melbourne Park dalam sepuluh hari terakhir, termasuk dalam perempat final. Tiga dari empat pertandingan perempat final tunggal putri, 25-26 Januari, menjadi ajang persaingan pertama para pemainnya, yaitu pada pertemuan Iga Swiatek dengan Kaia Kanepi, Danielle Collins melawan Alize Cornet, serta Barbora Krejcikova dan Madison Keys.
Hanya Barty yang pernah sekali bertemu dengan Jessica Pegula. Barty pun mengalahkannya dalam laga yang tak seimbang, 6-2, 6-0.
Berdasarkan status petenis nomor satu dunia dan menjadi unggulan teratas, Barty menjadi petenis yang paling layak atas tempatnya pada semifinal. Dia akan berhadapan dengan petenis non unggulan asal Amerika Serikat, Madison Keys, di Rod Laver Arena, Kamis (27/1/2022). Tiket final lain akan diperebutkan Swiatek dan petenis AS lainnya, Collins.
Keys adalah petenis yang bisa menembus persaingan tinggi di tengah para unggulan yang tersingkir awal. Di antara unggulan yang berada dalam paruh undian yang sama dengan Keys adalah juara Perancis Terbuka yang merupakan peringkat keempat dunia, Barbora Krejcikova, dan unggulan kedelapan, Paula Badosa.
Konsistennya penampilan Barty, hingga ketenangan dan variasi taktiknya membuatnya memiliki peluang besar mengalahkan Keys. Barty juga membawa dua kemenangan dari tiga pertemuan dengan petenis peringkat ke-51 dunia itu.
“Saya senang ketika harus berpikir untuk memecahkan masalah di lapangan, apalagi setiap lawan memberi tantangan yang berbeda. Itu memaksa saya mengeluarkan semua ‘peralatan’ yang saya punya. Sejauh ini, saya melakukan itu dengan baik dan saatnya memeragakan pada semifinal,” tutur Barty, yang sangat antusias tampil di hadapan publik sendiri.
Namun, Keys, yang merupakan finalis AS Terbuka 2017, memiliki kepercayaan diri tinggi dengan mengatur ulang fokus untuk musim kompetisi 2022. Itu dia lakukan setelah mengalami masa suram pada musim sebelumnya. Selain terinfeksi Covid-19 pada awal tahun, yang membuatnya absen di Australia Terbuka, Keys mengalami enam kekalahan beruntun pada rentang Juli-September.
Berposisi sebagai underdog saat berhadapan dengan Barty bisa memberi keuntungan bagi Keys. “Dengan menjadi underdog, saya bisa berpikir jernih dan fokus pada pertandingan. Saya juga bisa bersikap positif dengan memandang bahwa saya bisa memenangi setiap pertandingan,” ujar Keys.
Pada paruh bawah undian, meski pernah tampil pada semifinal Australia Terbuka 2019 dan menjadi unggulan ke-27, Collins bukanlah petenis yang difavoritkan bersaing pada semifinal. Dalam daftar undian bersama Collins, terdapat dua petenis yang merupakan dua kali juara Grand Slam, Garbine Mugurza dan Simona Halep. Ada pula juara AS Terbuka, Emma Raducanu, dan unggulan keenam, Anett Kontaveit.
Dengan menjadi underdog, saya bisa berpikir jernih dan fokus pada pertandingan. (Madison Keys)
Sementara, berada dalam perempat undian yang sama dengan Swiatek adalah unggulan kedua, Aryna Sabalenka. Namun, petenis yang memiliki pukulan bertenaga penuh seperti Serena Williams ini tak juga bisa membuat terobosan di arena Grand Slam. Dia disingkirkan Kaia Kanepi pada babak keempat.
Bagi Swiatek, tiket semifinal menjadi kesempatan unjuk diri pada Grand Slam lapangan keras setelah menjadi juara di lapangan tanah liat Roland Garros pada 2020. Namun, penampilannya saat mengalahkan Kanepi, 4-6, 7-6 (2), 6-3, pada perempat final, Rabu, tak menggambarkan statusnya sebagai juara Grand Slam.
Laga itu, bahkan, menjadi persaingan kedua petenis dalam membuat unforced error. Swiatek membuat 50 unforced error, sementara Kanepi dengan 62 unforced error. Jumlah itu lebih banyak dari winner yang mereka buat, masing-masing, 31 dan 35 winner. Swiatek juga membuat 12 double fault yang merupakan jumlah terbanyak dalam kariernya.
Laga Swiatek melawan Kanepi yang diwarnai banyak kesalahan, serta dengan tersingkirnya para unggulan sebelum memasuki perempat final menandakan belum munculnya kembali petenis yang bisa konsisten dalam setiap Grand Slam, termasuk Naomi Osaka.
Petenis Jepang tersebut sebenarnya menjadi yang paling sukses setelah dominasi Serena Williams berakhir pada 2015. Osaka meraih empat gelar Grand Slam, tetapi selalu gagal mempertahankannya, termasuk setelah tersingkir pada babak ketiga di Melbourne Park tahun ini.
Pada perempat final tunggal putra sesi Rabu malam waktu setempat, favorit juara, Daniil Medvedev, mendapat perlawanan terbaik Felix Auger-Aliassime. Medvedev kehilangan dua set awal, lalu menghadali match point Auger-Aliassime, lalu membalikkan keadaan menjadi kemenangan, 6-7 (4), 3-6, 7-6 (2), 7-5, 6-4, dalam waktu empat jam 42 menit.
Medvedev akan melawan Stefanos Tsitsipas pada semifinal. Petenis Yunani itu kembali ke semifinal untuk ketiga kalinya, setelah 2019 dan 2021, dengan kemenangan atas Jannik Sinner, 6-3, 6-4, 6-2. (AFP/Reuters)