Meski Bermain Buruk, Swiatek ke Semifinal
Bermain buruk, Iga Swiatek beruntung bisa lolos ke semifinal. Minimnya kualitas permainan perempat final diperlihatkan melalui lebih banyak ”unforced error” dibandingkan dengan ”winner”.
MELBOURNE, RABU — Unggulan ketujuh tungal putri, Iga Swiatek, cukup beruntung bisa lolos ke semifinal Australia Terbuka. Meski bermain buruk pada laga selama 3 jam 1 menit, Swiatek bisa mengalahkan Kaia Kanepi pada perempat final.
Pertandingan tersebut menjadi perempat final kedua di Rod Laver Arena, Melbourne Park, Rabu (26/1/20222). Swiatek menang, 4-6, 7-6 (2), 6-3, dan akan melawan Danielle Collins yang mengalahkan Alize Cornet, 7-5, 6-1.
Salah satu indikator buruknya penampilan Swiatek adalah 12 double fault yang dia buat sepanjang pertandingan, yang menjadi jumlah terbanyak dalam kariernya. Dua di antaranya, bahkan, bahkan terjadi saat dia memegang servis saat unggul 5-2 pada set ketiga.
Baca juga : Era Berganti, Juara Baru Dinanti
Kanepi akhirnya merebut gim tersebut, membuat skor menjadi 5-3. Namun, Swiatek beruntung karena Kanepi juga tak bermain dengan baik sehingga servisnya pada gim kesembilan dicuri Swiatek.
Minimnya kualitas permainan kedua pemain diperlihatkan melalui lebih banyak unforced error dibandingkan dengan winner yang mereka buat. Swiatek membuat 50 unforced error dengan 31 winner, sementara Kanepi dengan 62 unforced error dan 35 winner.
Pertandingan ini sangat gila, saya mendapat energi dari penonton. Saya banyak membuang peluang saat mendapat ’break point’, itu yang harus saya perbaiki.
”Pertandingan ini sangat gila, saya mendapat energi dari penonton. Saya banyak membuang peluang saat mendapat break point, itu yang harus saya perbaiki,” kata Swiatek, asal Polandia.
Baca juga : Keajaiban Rafael Nadal di Australia Terbuka
Pertandingan tersebut menjadi pertemuan kedua petenis dengan beda usia 16 tahun. Saat Kanepi (saat ini 36 tahun) menjalani debut pada Grand Slam Australia Terbuka 2002 sebagai petenis kualifikasi, Swiatek baru berusia setahun.
Namun, dalam 62 Grand Slam yang telah dijalani, termasuk Australia Terbuka 2022, Kanepi belum pernah melewati perempat final. Laga melawan Swiatek, bahkan, menjadi perempat final pertamanya pada Australia terbuka. Sementara Swiatek muncul sebagai bintang baru ketika menjuarai Perancis Terbuka 2020 dalam usia 19 tahun.
Meski demikian, dalam pertemuan pertama dengan Kanepi, Swiatek kesulitan menemukan ritme permainan yang tepat. Apalagi, Kanepi memiliki pukulan yang lebih keras dari baseline.
Dalam laga ini, Swiatek juga kesulitan melancarkan servis mematikan. Persentase keberhasilan servis pertamanya pada set awal hanya 56 persen dan 64 persen pada sepanjang laga.
Sementara servis kedua yang lemah menghasilkan enam double fault (pada set pertama) atau sering dimanfaatkan Kanepi untuk menyerang. Pada gim kesembilan set awal itu, misalnya, Swiatek harus mempertahankan servis melalui sembilan deuce dalam durasi 15 menit 55 detik.
Baca juga : Cornet dan Monfils Tunjukkan Tidak Ada Kata Terlambat
Namun, permainan Kanepi juga tak jauh lebih baik. Dia baru memenangi set pertama setelah melalui sembilan set point.
Penampilan Swiatek dari baseline mulai solid pada awal set kedua. Untuk pertama kalinya dia mematahkan servis lawan, yaitu pada gim keempat, hingga membuatnya unggul 3-1, lalu 4-1. Akan tetapi, Swiatek kembali frustrasi oleh kesalahannya hingga Kanepi bisa berbalik mematahkan servis pada gim ketujuh, lalu membuat skor kembali imbang, 4-4, dan memaksakan terjadi tiebreak.
Momentum pada set penentuan pun selalu berpindah seiring dengan kegagalan keduanya dalam mempertahankan servis. Empat gim saat Kanepi servis dimenangi Swiatek, sementara Kanepi merebut dua gim saat Swiatek servis.
Baca juga : Perempat Final Pertama Alize Cornet dalam 17 Tahun
Swiatek adalah salah satu dari hanya tiga petenis peringkat 10 besar dunia yang menembus perempat final. Dua lainnya adalah Barbora Krejcikova (peringkat keempat), yang juga kalah, serta petenis nomor satu dunia Ashleigh Barty. Menang atas Jessica Pegula, pada Selasa, Barty akan berhadapan petenis nonunggulan, Madison Keys, dalam semifinal.
Lewati momen menakutkan
Kemenangan atas Cornet mengantarkan Collins pada semifinal, seperti saat dia membuat gebrakan dengan mencapai tahap yang sama di Melbourne Park, tiga tahun lalu. Saat itu, Collins yang tak menjadi unggulan menghentikan langkah tiga kali juara Grand Slam, Angelique Kerber, pada babak keempat.
Konsistensi Collins pada turnamen pertamanya tahun ini, meski tak pernah bertemu petenis bintang, menjadi bagian dari kepercayaan diri yang tumbuh setelah dia bisa menjuarai turnamen WTA.
Collins memulai karier profesional dalam usia 23 tahun, pada 2016, setelah bersaing terlebih dulu di tingkat universitas melalui ajang NCAA. Dia pun baru bisa menjuarai turnamen WTA pada 2021, yaitu di Palermo (Italia) dan San Jose (AS), dalam dua turnamen beruntun.
Baca juga : Mental Juara Rafael Nadal
Petenis peringkat ke-27 dunia itu menyatakan sangat puas dengan penampilannya, apalagi setelah melalui masa menakutkan dalam hidupnya, yaitu operasi akibat endometriosis tahun lalu. Endometriosis adalah gangguan yang terjadi karena jaringan yang mirip dengan lapisan rahim, tetapi tumbuh di tempat lain.
”Sangat menyenangkan bisa tampil seperti tadi karena saat atlet harus menjalani operasi, kami tak tahu akan mengalami pemulihan seperti apa. Momen itu sangat menakutkan dan terasa sangat sakit. Setelah bisa melaluinya dan kondisi fisik saya baik-baik saja, mental saya pun terbangun kembali,” ujar Collins.
Sementara bagi Cornet, target untuk melangkah lebih jauh tak tercapai. Perempat final ini menjadi yang pertama bagi petenis 32 tahun tersebut di arena Grand Slam setelah menjalani debut pada Perancis Terbuka 2005.
Baca juga : Osaka Ditaklukkan Lagi oleh Status Juara Bertahan
Cornet akhirnya menembus perempat final dalam Grand Slam ke-63. Itu menjadi penantian terlama setelah Tamarine Tanasugarn (Thailand) tampil pada perempat final Wimbledon 2008 dalam Grand Slam ke-45.
”Setelah melalui perjalanan ini, saya menjadi lebih menghormati para juara Grand Slam. Untuk bisa melalui setengah perjalanan (mungkin lebih jauh sedikit dari setengah perjalanan), saya melihat banyak faktor yang harus dimiliki petenis, apalagi untuk menjadi juara,” katanya. (AFP)