Tim putra debutan Proliga, Bogor Lavani, mulai mengusik hegemoni tim kawakan. Dalam seri ketiga Proliga 2022, mereka menumbangkan salah satu tim pengoleksi gelar juara terbanyak, Jakarta BNI 46, dengan skor telak 3-1.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
SENTUL, KOMPAS - Perlahan tapi pasti, tim debutan Bogor Lavani mulai mengusik hegemoni tim mapan di ajang PLN Mobile Proliga 2022. Pada laga seri ketiga di Pedepokan Bola Voli Sentul, Jawa Barat, Minggu (23/1/2022), tim milik Presiden keenam Indonesia Susilo Bambang Yudhyono ini menaklukkan tim pengoleksi lima gelar juara dan enam kali runner-up Proliga, Jakarta BNI 46, dengan skor 3-1 (25-17, 21-25, 25-15, 25-16).
”Para pemain tampil sangat baik kali ini dibandingkan dengan laga sebelumnya. Mereka bermain penuh percaya diri,” ujar Pelatih Lavani Jiang Jie, merujuk saat Lavani kalah 2-3 dari juara bertahan Surabaya Bhayangkara Samator, sehari sebelumnya.
Dalam laga itu, Lavani tidak seperti tim yang baru berpartisipasi di Proliga. Meskipun menurunkan sebagian besar pemain muda, yang baru pertama kali tampil di Proliga, mereka tampil cukup matang. Kombinasi permainan tim yang dimotori setter tim nasional Dio Zulfikri dan outside hitter Doni Haryono serta dua spiker asing, yakni Leandro Martin da Silva (Brasil) dan Jorge Gonzales Garcia (Kuba), bisa merepotkan lawan.
Lavani nyaris tidak membuat kesalahan servis sehingga bisa membangun serangan lebih baik. Situasi kian menguntungkan karena Leandro yang bertinggi tubuh 217 sentimeter dan Garcia (204 cm) dalam kondisi terbaik. Kedua menara tinggi itu pun menjadi momok menakutkan. Smes mereka sulit dibendung.
Sebaliknya, saat diserang, Leandro dan Garcia menjadi tembok kokoh yang berkali-kali mengeblok smes spiker BNI 46, seperti outside hitter Dimas Saputra, Takahiro Tozaki (Jepang), dan middle blocker Camejo Durruthy Osmany (Kuba). Secara keseluruhan, BNI 46 yang diperkuat pemain lebih berpengalaman tidak bisa berbuat banyak dalam laga itu.
Kemenangan tersebut membuat Lavani kokoh di urutan ketiga dengan tujuh poin dari empat laga. Mereka menguntit tim bertabur bintang Jakarta Pertamina Pertamax di puncak klasemen dan Samator di peringkat kedua, yang sama-sama meraih sembilan poin dari empat laga.
Para pemain tampil sangat baik kali ini dibandingkan dengan laga sebelumnya. Mereka bermain penuh percaya diri.
”Kami bersyukur bisa menang kali ini. Tim terus berkembang, terus membaik dari waktu ke waktu. Dio, yang tadinya belum bisa menyesuaikan diri dengan para spiker, mulai memahami bola yang diinginkan, terutama untuk Leandro dan Garcia yang butuh bola tinggi,” tutur Doni yang menjadi kapten Lavani.
Butuh konsistensi
Kendati menjadi kejutan besar di sektor putra, Lavani masih butuh konsistensi. Grafik permainan mereka naik-turun. Mereka mengawali seri pertama dengan kemenangan 3-1 atas tim debutan lainnya, Kudus Sukun Badak. Setelah itu, mereka tumbang 1-3 dari Pertamina Pertamax dan kalah dari Samator, sebelum menang atas BNI 46.
Jiang mengatakan, sebagai tim pendatang baru, dua laga awal dianggap sebagai adaptasi. Pertandingan sesungguhnya baru terjadi pada laga ketiga dan keempat. Dalam dua laga terakhir itu, dirinya menilai tim terus membaik. ”Dalam dua laga terakhir, pemain sudah beradaptasi. Kini, mereka sudah berani mengeluarkan semua kemampuan terbaik,” katanya.
Terlepas dari itu, timnya belum bisa berpuas diri. Persaingan masih sangat sengit, terutama untuk meraih tiket ke empat besar. ”Persaingan ke final four sangat sulit dan keras. Kami harus menyiapkan diri dengan sebaik mungkin untuk menghadapi laga berikutnya,” ungkap Jiang.
Lavani menyisakan satu laga di putaran pertama, yakni bertemu Palembang Bank SumselBabel pada seri keempat pekan depan,
Terbenam
Bagi BNI 46, kekalahan ini membuat mereka terbenam di dasar klasemen, menempati peringkat keenam dari enam peserta, dengan dua poin dari tiga laga. Mereka memiliki poin yang sama dengan Bank SumselBabel di urutan kelima.
Pelatih BNI 46 Samsul Jais menyampaikan, kelemahan utama timnya terletak pada servis dan penerimaan bola pertama. Saat melawan Lavani, misalnya, servis mereka sangat buruk sehingga lawan bisa membangun serangan balik yang mematikan.
Kondisi ini diperburuk oleh pengembalian bola pertama yang buruk. Hal itu menyebabkan serangan tim mudah dipatahkan lawan. ”Dalam voli modern, siapa yang bisa melakukan servis dan pengembalian bola dengan baik, mereka yang akan memenangi laga tersebut,” ujarnya.
Untuk itu, Samsul menuturkan, timnya mesti memperbaiki dua kelemahan itu kalau ingin memperpanjang napas dalam persaingan merebut tiket ke final four. Perbaikan itu harus terlihat pada dua laga terakhir di putaran pertama, yakni melawan Sukun Badak dan Bank SumselBabel.
”Sebelum tampil di putaran kedua, kami wajib mendapatkan poin atas Kudus dan Palembang. Jika tidak, kami bakal kesulitan di putaran kedua. Yang jelas, persaingan masih sangat ketat. Semua tim pernah menderita kekalahan. Jadi, semuanya masih mungkin terjadi,” kata Samsul.