Carlos Alcaraz Menuju Jejak yang Dibuat Nadal
“Saya sudah mendekati level permainan petenis top. Saya juga pernah mengalahkan petenis 10 besar dunia. Dengan apa yang saya perlihatkan pada hari ini, saya rasa saya telah mendekati permainan mereka,” kata Alcaraz.
Sensasi tiga remaja di Grand Slam Amerika Serikat Terbuka 2021 tidak terulang pada Australia Terbuka 2022. Namun, penampilan Carlos Alcaraz membuat Spanyol bisa berharap akan lahirnya bintang masa depan sebagai penerus Rafael Nadal.
Alcaraz menjadi remaja terakhir yang tersingkir pada Australia Terbuka. Petenis Spanyol berusia 18 tahun itu kalah dari unggulan ketujuh, Matteo Berrettini (Italia), 2-6, 6-7 (3-7), 6-4, 6-2, 6-7 (5-10), pada babak ketiga di Rod Laver Arena, Melbourne Park, Jumat (21/1/2022).
Petenis peringkat ke-31 dunia itu menjadi salah satu remaja yang membuat sensasi pada AS Terbuka 2021 di Flushing Meadows, New York. Alcaraz lolos hingga perempat final, salah satunya dengan menyingkirkan Stefanos Tsitsipas pada babak ketiga.
Dua petenis lain yang membuat kejutan adalah tunggal putri berusia 19 tahun, Emma Raducanu dan Leylah Fernandez, yang tampil pada laga puncak. Raducanu akhirnya menjadi juara setelah bersaing sejak babak kualifikasi.
Di Melbourne Park, perjalanan mereka berakhir lebih cepat. Fernandez kalah pada babak pertama, Raducanu di babak kedua, dan Alcaraz pada babak ketiga. Sebagai petenis yang baru beranjak dari kategori yunior, ketiganya membutuhkan waktu lebih panjang untuk mematangkan faktor teknis dan nonteknis untuk konsisten bertahan pada level elite.
Namun, salah satu yang menonjol dari penampilan mereka di Melbourne adalah semangat juang yang diperlihatkan Alcaraz. Dia langsung kehilangan dua set, lalu bangkit pada dua set berikutnya hingga membuka kembali peluang menang saat melawan Berrettini.
Baca juga : Ambisi Tsitsipas Dihentikan Petenis Remaja
Hanya saja, Alcaraz masih harus belajar bersikap lebih tenang menghadapi momen kritis. Dia membuat kesalahan pada momen-momen akhir hingga akhirnya kalah dari Berrettini.
”Saya sudah mendekati level permainan petenis top. Berretini adalah petenis peringkat ketujuh dunia dan saya hampir mengalahkannya. Saya juga pernah mengalahkan petenis 10 besar dunia. Dengan apa yang saya rasakan dan perlihatkan pada hari ini, saya rasa saya telah mendekati permainan mereka,” tutur Alcaraz.
Kekalahan dari finalis Wimbledon itu menjadi yang pertama bagi Alcaraz pada pertandingan lima set. Dia memenangi tiga laga lain, yaitu saat melawan Yasutaka Uchiyama pada babak pertama Wimbledon 2021, serta ketika berhadapan dengan Tsitsipas dan Peter Gojowczyk untuk menuju perempat final AS Terbuka, pada tahun yang sama.
Namun, ini menjadi pengalaman pertama Alcaraz ketika tertinggal dua set terlebih dulu, lalu bangkit dalam format best of five sets. Pelatihnya yang merupakan mantan petenis nomor satu dunia, Juan Carlos Ferrero, memberi selamat atas semangat juangnya.
Baca juga : Rafael Nadal dan Generasi Penerus Tenis Spanyol
”Juan Carlos mengatakan, saya telah mengerahkan semua kemampuan hingga akhir dan itu tujuannya. Berusaha sebaik mungkin hingga bisa meninggalkan lapangan tanpa penyesalan,” kata Alcaraz dalam laman resmi Asosiasi Tenis Profesional (ATP).
Berrettini pun memuji penampilan Alcaraz yang menurutnya telah melebihi usianya. Setelah dikalahkan pada AS Terbuka, Tsitsipas mengatakan, belum pernah melawan petenis yang memukul sekeras Alcaraz hingga dia pun kesulitan beradaptasi.
Berlatih sejak tiga tahun
Dengan usianya, petenis yang lahir 5 Mei 2003 itu menjadi yang termuda dalam babak utama tunggal putra Australia Terbuka. Dia lahir dalam keluarga dengan tradisi tenis. Kakek (dari ayahnya), yang bernama Carlos, membantu mengembangkan salah satu klub olahraga di El Palmar, Murcia, Spanyol, hingga memiliki lapangan tenis dan kolam renang.
Ayah Alcaraz, yang juga bernama Carlos, bermain tenis karena terinspirasi salah satu legenda tenis Spanyol, Manuel Santana. Santana, yang meninggal pada Desember 2021, adalah peraih empat gelar Grand Slam dan menjadi petenis Spanyol pertama yang menjuarai Wimbledon pada 1966.
Baca juga : Panggung Unjuk Diri Para Remaja
Meski pernah menjadi salah satu petenis Spanyol terbaik, ayah Alcaraz terkendala biaya untuk meneruskan kariernya ke arena profesional. Dia berhenti bertanding pada usia 20 tahun, lalu menjadi pelatih dan pengurus klub tenis. Cita-citanya yang tercapai diteruskan Alcaraz, putra kedua dari empat bersaudara, hingga ke level yang lebih tinggi.
Potensinya menjadi petenis terlihat sejak berusia tiga tahun ketika dia sering memukul bola ke arah tembok. Ayahnya bercerita, sangat sulit baginya untuk mengajak Alcaraz pulang jika sudah bermain tenis.
”Padahal, saya sudah lelah setelah bekerja, tetapi dia selalu meminta saya menemaninya bermain meski sudah lewat pukul 21.00. Dari janji bermain 20 menit, sering kali ditambah 30 menit dan lagi, dan lagi. Saya pun harus memaksanya pulang karena sudah melewati waktu makan malam dan dia akan mulai menangis saat saya membawanya pulang,” tutur Carlos, sang ayah, pada New York Times.
Keterbatasan ekonomi membuat keluarga tak bisa membiayai Alcaraz berlatih dan bertanding. Mereka beruntung karena memiliki sahabat yang merupakan pebisnis di Murcia, yaitu Alfonso Lopez Rueda. Dia memberi Alcaraz sekitar 2.000 euro untuk mengikuti turnamen yunior di Kroasia saat berusia 10 tahun.
Baca juga : Osaka Ditaklukkan Lagi oleh Status Juara Bertahan
Bantuan tersebut diteruskan hingga akhirnya IMG, agen manajemen internasional yang menangani banyak petenis termasuk Maria Sharapova, menggandeng Alcaraz. Albert Molina, agen Alcaraz, pernah bekerja sama dengan dua mantan petenis Spanyol, David Ferrer dan Juan Carlos Ferrero. Kerja sama inilah yang membuat Alcaraz dilatih Ferrero sejak 2018.
Alcaraz pun berlatih di akademi tenis milik Ferrero, yang juga menjadi tempat latihan petenis Spanyol peringkat ke-21 dunia, Pablo Carreno Busta. Sejak Alcaraz bergabung di tempatnya, Ferrero sangat menghargai sikap orangtua Alcaraz yang tidak pernah turut campur dalam program latihan.
”Saya masih muda dan masih berada dalam periode mempelajari semua yang baru bagi saya. Sementara Juan Carlos telah melewati tahap ini. Dia bisa mengantarkan saya pada pengalaman yang pelatih lain, mungkin, tak bisa melakukannya karena dia pernah mengalaminya,” tutur Alcaraz, yang memasang fotonya bersama Roger Federer di kamarnya.
Bersama Ferrero, Alcaraz telah memperlihatkan performa menjanjikan di AS dan Australia Terbuka. Itu membuktikan bahwa dia pun menjadi ancaman di lapangan keras, selain tanah liat yang menjadi favoritnya, seperti kegemaran petenis Spanyol pada umumnya.
Baca juga : Azarenka dan Sakkarari Melaju ke Babak Keempat
Dia pun memiliki potensi besar meneruskan kejayaan tenis Spanyol setelah Nadal. Saat ini, Spanyol mempunyai tiga petenis peringkat 30 besar dunia yang semuanya telah berusia 30 tahun ke atas, yaitu Nadal (peringkat kelima dan berusia 35 tahun), Roberto Bautista Agut (18/33), dan Busta (21/30). Di bawah mereka, ada Alcaraz yang telah menembus peringkat ke-31 dunia.
Saya masih muda dan masih berada dalam periode mempelajari semua yang baru bagi saya. Sementara Juan Carlos telah melewati tahap ini. Dia bisa mengantarkan saya pada pengalaman yang pelatih lain. (Carlos Alcaraz)
Meski ia telah berkembang pesat, Ferrero memberi tips yang bisa membuat Alcaraz benar-benar matang untuk bersaing pada level elite dalam waktu panjang, seperti yang dijalani Nadal dan Federer.
”Juan Carlos mengatakan agar saya tidak terburu-buru. Saya harus mengejar banyak pengalaman lebih dulu dan tidak perlu mendahului proses yang seharusnya. Saya harus merasakan momen yang ada pada saat ini, jangan memandang terlalu jauh ke depan. Apalagi, bersaing dengan pemain-pemain terbaik dunia masih menjadi pengalaman baru bagi saya,” tuturnya.