Novak Djokovic kembali ditahan Imigrasi Australia di hotel tempat dia pernah mendekam selama beberapa hari. Persidangan akan kembali digelar hari Minggu (16/1/2022) untuk menentukan nasib Djokovic selanjutnya.
Oleh
Wisnu Aji Dewabrata
·3 menit baca
MELBOURNE, SABTU — Setelah sempat menghirup udara bebas dan berlatih untuk persiapan turnamen Australia Terbuka, Novak Djokovic kembali ditahan, Sabtu (15/1/2022). Petenis Serbia itu akan bermalam lagi di Hotel Park, Melbourne, tempat Djokovic pernah ditahan sebelumnya oleh Imigrasi Australia sejak Kamis hingga Senin (6-10/1/2022) karena tidak memiliki bukti telah divaksin Covid-19.
Nasib Djokovic selanjutnya akan ditentukan dalam sidang Pengadilan Federal, Minggu (16/1/2022), sehari sebelum Australia Terbuka dimulai 17-30 Desember. Ketua Pengadilan Federal James Allsop, Sabtu, mengutarakan, sidang dipimpin tiga hakim, yaitu dirinya, hakim David O'Callahan, dan hakim Anthony Besanko.
Keputusan menggunakan tiga hakim karena kasus Djokovic sangat penting dari perspektif peradilan dan memperkecil kemungkinan banding apa pun putusan pengadilan.
Kementerian Imigrasi memiliki alasan khusus mengapa Djokovic ditahan untuk kedua kalinya setelah visanya ditolak. Menurut pengacara Djokovic, alasan Menteri Imigrasi Alex Hawke membatalkan visa Djokovic bukan karena pemegang 20 gelar juara Grand Slam itu memberikan informasi yang tidak benar saat mengisi dokumen perjalanan. Alasannya karena dia telah dianggap sebagai pahlawan oleh orang-orang yang menolak vaksin.
Djokovic pun mengakui ada kesalahan dalam mengisi dokumen perjalanan karena dia menyatakan tidak pernah bepergian ke luar negeri sebelum berangkat ke Australia. Padahal, Djokovic diketahui sempat berada di Spanyol pada pertengahan Desember 2021.
Djokovic juga diketahui positif Covid-19 pada pertengahan Desember 2021. Namun, meskipun mengetahui dirinya positif Covid-19, Djokovic ternyata menghadiri beberapa acara tanpa memakai masker dan melayani permintaan wawancara media Perancis di Belgrade, Serbia.
Keberadaan Djokovic di Australia menimbulkan risiko terhadap kesehatan dan ketertiban masyarakat serta menjadi kontraproduktif terhadap upaya vaksinasi di Australia.
Menurut Hawke, keberadaan Djokovic di Australia menimbulkan risiko terhadap kesehatan dan ketertiban masyarakat serta menjadi kontraproduktif terhadap upaya vaksinasi di Australia.
Keputusan Pemerintah Australia untuk kembali menahan Djokovic menimbulkan protes. Ratusan aktivis melakukan pawai di luar Melbourne Park, lokasi pertandingan Australia Terbuka, Sabtu, dan mereka berjanji kembali turun ke jalan pada Senin.
”Kami berada di arena Rod Laver (lokasi pertandingan Australia Terbuka) untuk mendukung Novak. Dia memenangi sembilan gelar (Australia Terbuka) di sini. Semoga dia meraih yang ke-10 jika dia bisa keluar dari karantina dan mendapatkan kembali visanya,” kata Harrison McLean, salah satu panitia aksi tersebut.
Menurut McLean, aksi mereka adalah aksi damai. Mereka bertujuan meningkatkan kesadaran dan mendukung kebebasan individu untuk membuat pilihan.
Pendukung Djokovic di Serbia juga tak kalah geramnya dengan pembatalan visa Djokovic yang kedua kalinya. Presiden Serbia Aleksandar Vucic mengatakan, Pemerintah Australia di bawah Perdana Menteri Scott Morrison hanya mencari keuntungan politis menjelang pemilu. Menurut Vucic, Pemerintah Australia telah mempermalukan dan menganiaya Djokovic.
”Kenapa Anda tidak memulangkannya dari awal atau mengatakan kepadanya bahwa tidak mungkin dia mendapatkan visa. Kenapa Anda mempermalukannya dan menyiksanya, bukan hanya dia, tetapi juga keluarganya dan seluruh negaranya,” ungkap Vucic melalui media sosial.
Sesuai aturan Grand Slam, jika Djokovic mundur dari turnamen sebelum jadwal pertandingan Senin (17/1/2022) atau pertandingan hari pertama diumumkan, petenis unggulan kelima, Andrey Rublev, akan mengisi posisi Djokovic.
Apabila Djokovic mundur setelah jadwal pertandingan Senin diumumkan, posisinya akan diisi petenis lucky loser, yaitu petenis yang tidak lolos kualifikasi, tetapi masuk babak utama karena menggantikan petenis yang mundur. (AP/AFP)