Aturan penundaan pertandingan di Liga Inggris menghadirkan kontroversi dan berpeluang merugikan klub. Pasalnya, pengajuan penangguhan laga tidak lagi didasari tingginya kasus Covid-19 di dalam tim.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
LONDON, MINGGU — Memasuki paruh kedua kompetisi musim 2021-2022, Liga Inggris dihadapkan pada hadirnya kontroversi tentang penangguhan sejumlah pertandingan. Sejak Premier League, penyelenggara Liga Inggris, mengizinkan klub mengajukan penundaan laga seiring badai Covid-19 di dalam skuad, pertengahan Desember lalu, sudah ada 21 pertandingan yang batal dilaksanakan sesuai jadwal.
Seiring merabaknya virus SARS-CoV-2 varian Omicron yang menimpa seluruh klub, alih-alih menunda penyelenggaraan seluruh laga dalam satu pekan, Premier League justru memberikan kewenangan kepada klub untuk menentukan pengajuan penundaan laga ketika banyak pemain terkonfirmasi positif Covid-19. Hal itu menjadi alasan Arsenal mengajukan penangguhan laga pekan ke-22 melawan Tottenham Hotspur, Sabtu (15/1/2022).
Pengajuan itu dilakukan hanya berselang kurang dari satu jam setelah Manajer Arsenal Mikel Arteta melakukan konferensi pers jelang laga, Sabtu. Laga bertajuk derbi London utara itu sejatinya dilaksanakan Minggu (16/1/2022) pukul 23.30 WIB di Stadion Tottenham Hotspur.
Dalam pernyataan resmi Premier League, yang dikeluarkan 24 jam sebelum jadwal laga dilangsungkan, keputusan penundaan itu didasari kondisi skuad Arsenal yang tidak bisa memenuhi ketentuan minimal 14 pemain, termasuk kiper, untuk menjalankan satu laga. Premier League mengungkapkan, kondisi Arsenal itu didasari oleh kombinasi sejumlah faktor, yaitu Covid-19, cedera, dan pemain yang tampil di Piala Afrika 2021.
”Aturan penundaan itu dibuat untuk melindungi keselamatan pemain dan staf sekaligus demi menjaga integritas di dalam kompetisi. Dewan (Premier League) memeriksa sejumlah faktor, termasuk kemampuan klub, untuk menurunkan tim; status, tingkat, dan potensi dampak Covid-19; serta kemampuan pemain mempersiapkan pertandingan dengan aman,” bunyi pernyataan Premier League di laman resminya.
Tim yang paling terdampak dari penundaan itu ialah Leicester. Sebanyak empat laga ”Si Rubah” ditunda selama periode Desember 2021 hingga Januari 2022.
Premier League mengungkapkan, dalam pekan ini terdapat 42 kasus baru Covid-19 yang menimpa pemain dan staf klub. Jumlah itu telah menurun drastis dibandingkan jumlah 94 dan 72 kasus positif baru yang tercatat berturut-turut pada pekan pertama dan kedua Januari 2022.
Jelang laga melawan Spurs, Arsenal dipastikan kehilangan 10 pemain tim utama. Dari jumlah itu, hanya Martin Odegaard yang terkonfirmasi positif Covid-19.
Sembilan pemain lain absen karena tiga alasan. Pertama, Granit Xhaka harus menjalani hukuman kartu merah pada laga semifinal Piala Liga Inggris kontra Liverpool, Jumat (14/1/2022) dini hari WIB.
Kemudian, Emile Smith Rowe, Takehiro Tomiyasu, Cedric Soares, dan Bukayo Saka, masih berkutat dengan cedera. Lalu, yang terakhir, terdapat empat pemain yang menjalani tugas negara di Piala Afrika Kamerun 2021, yaitu Pierre-Emerick Aubameyang, Nicolas Pepe, Thomas Partey, dan Mohamed Elneny.
Setelah memahami kondisi skuad Arsenal, Spurs memprotes persetujuan Premier League untuk menunda laga derbi London utara itu. Sejak Desember lalu, ”Si Lili Putih” telah mengalami tiga penundaan pertandingan. Dua laga sebelumnya ialah menghadapi Brighton & Hove Albion (12 Desember) dan Leicester City (16 Desember).
Premier League secara otomatis menangguhkan dua laga itu karena kasus Covid-19 yang tinggi di kubu Spurs. Tak hanya duel di liga, Spurs juga gagal menjalani laga penentu fase grup Liga Konferensi Eropa menghadapi duta Perancis, Rennes, 9 Desember lalu.
”Kami didiskualifikasi dari Liga Konferensi Eropa akibat jumlah signifikan kasus Covid-19 terjadi di klub yang membutuhkan penjadwalan ulang laga di liga. Tetapi, permohonan kami untuk mengubah jadwal melawan Leicester ditolak. Sebaliknya, ketika Leicester mengajukan (penundaan), laga itu baru ditunda,” bunyi pernyataan resmi Spurs.
Dari tiga laga yang ditunda itu, baru laga melawan Leicester di Stadion King Power yang telah memiliki jadwal baru, yaitu Kamis (20/1/2022) pukul 02.30 WIB. Selebihnya, Manajer Spurs Antonio Conte akan menghadapi tambahan laga di tengah pekan hasil jadwal ulang penundaan laga dalam periode Februari hinga Maret mendatang.
Tim yang paling terdampak dari penundaan itu ialah Leicester. Sebanyak empat laga ”Si Rubah” ditunda selama periode Desember 2021 hingga Januari 2022.
Duel melawan Everton, yang seharusnya berlangsung, 19 Desember lalu, bahkan telah dua kali ditunda. Sebab, Premier League menunda juga duel pada jadwal baru, Selasa (11/1/2022).
Kami didiskualifikasi dari Liga Konferensi Eropa akibat jumlah signifikan kasus Covid-19 terjadi di klub yang membutuhkan penjadwalan ulang laga di liga. Tetapi, permohonan kami untuk mengubah jadwal melawan Leicester ditolak. (Tottenham Hotspur)
Adapun untuk Arsenal, derbi London utara menjadi penangguhan laga ketiga yang terdiri dari dua pertandingan liga serta satu duel semifinal Piala Liga Inggris. Manajer Arsenal Mikel Arteta menegaskan, dirinya tidak menyukai wacana penundaan laga.
”Andai saya memiliki jumlah skuad yang pantas untuk berlaga, saya memilih untuk tetap bertanding,” kata Arteta dilansir Football London.
Premier League baru menentukan jadwal baru untuk tiga laga dari 21 laga yang telah ditunda. Duel Brighton & Hove Albion versus Chelsea akan dilangsungkan, Rabu (19/1/2022) pukul 03.00 WIB, sedangkan Leicester versus Spurs dan Brentford versus Manchester United dimainkan sehari setelahnya.
Harus dihentikan
Legenda Liverpool, Jamie Carragher, menilai, Premier League harus menghentikan aturan permohonan penundaan laga itu. Ia menyatakan, liga-liga top Eropa lain tidak mengeluarkan aturan itu meskipun mengalami peningkatan kasus Covid-19 yang signifikan pada masa musim dingin ini.
”Setiap tim memiliki skuad U-23 dan tim muda lainnya. Jadi, situasi ini adalah kesempatan terbaik untuk memberikan kesempatan mereka bermain di level tertinggi. Sebagai contoh, Bayern Muenchen harus memainkan pemain berusia 16 tahun karena badai Covid-19. Mengapa tim Inggris tidak melakukan itu?” kata Carragher kepada Sky Sports.
Dion Dublin, mantan penyerang Aston Villa, sependapat dengan Carragher. Menurut dia, aturan penundaan laga itu amat buram karena klub bisa mengajukan penangguhan laga itu dengan alasan cedera dan Piala Afrika.
”Saya merasa klub hanya ingin bermain dengan tim terkuat mereka untuk gim tertentu. Alhasil, ketika banyak pemain utama harus absen, mereka meminta laga ditunda. Ini situasi yang membingungkan,” ujar Dublin yang meraih predikat pencetak gol terbanyak Liga Inggris musim 1997-1998, kepada BBC. (REUTERS/AFP)