Segudang kontroversi Novak Djokovic jelang Australia Terbuka membuka kotak pandora ketidakpekaan sang petenis di tengah pandemi Covid-19.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
MELBOURNE, RABU – Perlawanan Novak Djokovic agar tidak dideportasi Pemerintah Australia, akibat syarat vaksin Covid-19, justru menguak masalah baru yang lebih kompleks. Petenis putra nomor satu dunia ini terbukti melanggar ketentuan isolasi ketika positif Covid-19 sebelum berangkat dan mengisi deklarasi perjalanan Australia dengan informasi salah.
Djokovic sudah berlatih intensif setelah pengadilan menolak pembatalan visanya oleh Pemerintah Australia. Juara bertahan Australia Terbuka ini bisa tetap bertanding dengan pengecualian medis, tanpa syarat vaksin. Namun, drama kasusnya masih terus berlanjut jelang berlangsungnya turnamen pada 17 Januari – 30 Januari 2022.
Di pengadilan, pengacara Djokovic menghadirkan bukti bahwa kliennya terinfeksi Covid-19 pada medio Desember 2021. Kasus positif jelang keberangkatan itu menjadi landasan pemberian pengecualian medis dari Asosiasi Tenis Australia (TA) dan Pemerintah Victoria.
Bukti petenis asal Serbia ini menghadirkan masalah baru. Setelah terindikasi positif, dia ternyata tidak menjalani isolasi seperti seharusnya. Dia sempat mengikuti beberapa acara dan menjalani wawancara di negaranya.
Djokovic mengonfirmasi isu tersebut lewat Instagram. Awalnya, dia diduga positif setelah menonton pertandingan bola basket di Belgrade, Serbia, pada 14 Desember. Sepulang dari acara tersebut, beberapa penonton dinyatakan positif Covid-19.
Nole, sapaannya, menjalani tes antigen dan PCR pada dua hari setelah kabar tersebut. Tes antigen menyatakan dirinya negatif. Berbekal tes tersebut, dia datang ke acara penghargaan Layanan Pos Nasional Serbia pada keesokan harinya tanpa menunggu hasil PCR. Dia tampak tidak menggunakan masker dalam foto yang diunggah ke media sosial.
Menurut pemenang sembilan gelar juara Australia Terbuka ini, dia tidak bermaksud sama sekali membahayakan orang di sekitarnya “Saya tidak menunjukkan gejala dan merasa dalam kondisi baik, dan saya belum menerima pemberitahuan hasil tes PCR positif sampai setelah peristiwa itu,” jelasnya pada Rabu (12/1/2022).
Namun, pembelaan itu agaknya kurang bermakna. Setelah dipastikan positif, Djokovic justru menjalani wawancara dan pemotretan bersama media L’Equipe. Petenis yang menyatakan dirinya tidak mau divaksinasi Covid-19 ini, melanggar aturan isolasi dengan sengaja.
“Saya merasa berkewajiban untuk melanjutkan dan melakukan wawancara L'Equipe karena tidak ingin mengecewakan wartawan. Saya menjaga jarak dan mengenakan masker, kecuali ketika foto. Saya menyadari kesalahan ini setelahnya. Seharusnya saya menjadwalkan ulang janji tersebut,” lanjutnya.
Perdana Menteri Serbia, Ana Brnabic, yang mendukung penuh Djokovic dalam kasus penahanan di Melbourne, juga turut mempertanyakan sikap sang petenis. “Jika Anda positif, Anda seharusnya berada dalam isolasi,” ucapnya.
Jika Anda positif, Anda seharusnya berada dalam isolasi. (Ana Brnabic)
Terancam penjara
Djokovic juga terbukti memberikan informasi salah untuk mendapatkan visa masuk ke Australia. Dalam pengisian deklarasi perjalanan Australia, dia menjawab tidak pernah bepergian ke luar negeri selama 14 hari terakhir. Adapun pendatang wajib memberikan riwayat perjalanan dalam dua pekan terakhir sebelum keberangkatan.
Padahal, menurut laporan Pemerintah Federal Australia, Djokovic sempat berada di Spanyol dalam periode tersebut. Dia bepergian dari Serbia, sebelum akhirnya berangkat ke Australia pada Rabu pekan lalu.
Petenis dengan 20 kali gelar juara Grand Slam ini kembali mengakui kesalahan tersebut. Menurut dia, informasi itu salah karena diisi oleh agennya. Dia sama sekali tidak terlibat dalam pengisian deklarasi perjalanan.
“Agen saya dengan tulus meminta maaf atas kesalahan administratif dalam mencentang kotak yang salah tentang perjalanan saya sebelum datang ke Australia. Ini adalah kesalahan yang tidak disengaja. Tim saya telah memberikan informasi kepada pemerintah Australia untuk mengklarifikasi masalah tersebut,” pungkas Djokovic.
Adapun Departemen Dalam Negeri Australia menjelaskan dalam situs resminya, pemberian informasi palsu saat mengisi deklarasi perjalanan merupakan pelanggaran serius. Jika terbukti bersalah, pelaku bisa dijatuhi hukuman penjara hingga 12 bulan.
Di tengah segudang kontroversi tersebut, pertanyaan baru datang dari media massa Jerman Der Spiegel. Mereka menduga petenis 34 tahun tersebut memalsukan tes Covid-19 untuk bisa diberikan pengecualian medis. Dugaan bermula dari ketidakcocokan tanggal tes positif, antara data saat pengajuan visa (16 Desember) dan yang diberikan ke Petugas Perbatasan Australia (26 Desember).
Pengamat keamanan siber asal Australia, Robert Potter, membenarkan adanya inkonsistensi dalam dokumen yang diberikan Djokovic kepada BFA, berupa tautan kode QR terkait tes sang petenis. “Saya yakin untuk mengatakan, Djokovic punya pertanyaan yang valid untuk dijawab,” katanya, seperti dikutip media lokal Australia, The Age.
Kevin Anderson, mantan petenis nomor lima dunia, meyakini deretan kontroversi ini bisa berpengaruh terhadap fokus Djokovic. Selain itu, petenis lain juga bisa mengubah pandangannya terhadap raja Australia Terbuka tersebut.
“Sulit untuk mendengar cerita dan sikap Djokovic yang belum divaksinasi (saat petenis lain berjuang untuk mendapatkannya). Hal ini menimbulkan beberapa pertanyaan bagi saya dan beberapa pemain lain. Mereka melihat dengan sudut pandang yang sama,” tutur Anderson kepada BBC. (AP/REUTERS)