Chelsea menjadi tim pertama yang memastikan tempat di final Piala Liga Inggris musim ini. Itu menjadi final ketiga Si Biru di era Thomas Tuchel.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
LONDON, KAMIS — Thomas Tuchel membuktikan tangan dinginnya sebagai juru taktik Chelsea belum luntur. Sejak memimpin ”Si Biru”, Januari 2021, manajer berkebangsaan Jerman itu selalu berhasil mengantarkan tim asuhannya menembus partai final turnamen yang diikuti. Setelah tampil di final Liga Champions dan Piala FA musim lalu, kini Chelsea telah memastikan satu tempat di laga puncak Piala Liga Inggris 2021-2022.
Tiket ke final Piala Liga Inggris musim ini dipastikan usai Chelsea unggul mutlak dalam dua laga derbi London kontra Tottenham Hotspur di babak semifinal. Si Biru mengunci kemenangan 1-0 atas Spurs pada laga kedua babak empat besar, Kamis (13/1/2022) dini hari WIB, melalui sundulan Antonio Ruediger pada menit ke-18.
Hasil duel di Stadion Tottenham Hotspur itu mempertegas dominasi Chelsea atas Spurs. Pada laga pertama di Stadion Stamford Bridge, pekan lalu, Romelu Lukaku dan kawan-kawan unggul 2-0 sehingga Chelsea melaju ke final dengan keunggulan agregat 3-0.
”Kami memulai pertandingan dengan sangat baik. Menciptakan banyak kesempatan bagus dan unggul cepat,” ujar Tuchel seusai laga kepada Sky Sports.
Dengan gol kemenangan yang dicetak Ruediger, Tuchel pun optimistis bisa menahan pemain andalannya itu agar tidak meninggalkan Stamford Bridge pada akhir musim ini. Kontrak bek kelahiran Berlin, Jerman, itu akan berakhir pada akhir musim ini. Kondisi itu membuat sejumlah klub Eropa, antara lain Paris Saint-Germain, Real Madrid, dan Juventus, berniat merayu Ruediger.
”Setiap orang memahami situasi Ruediger. Mari tunggu dan lihat, kami memiliki tawaran untuknya serta ia adalah pemain Chelsea dan memahami lingkungan klub ini,” kata Tuchel terkait masa depan bek berusia 28 tahun itu.
Krisis bek
Tuchel kembali menerapkan formasi 4-2-2-2 yang diterapkan ketika menumbangkan Spurs di laga pertama. Penerapan taktik itu tidak lepas dari ketersedian pemain belakang yang terbatas.
Meskipun bisa kembali memainkan Thiago Silva setelah sembuh dari Covid-19, bek senior asal Brasil itu tidak dalam kondisi fisik terbaik seusai menjalani isolasi mandiri selama satu pekan. Selain itu, bek kiri, Marcos Alonso, juga tidak bisa tampil selama 90 menit karena terkendala cedera ringan.
Dengan kondisi itu, Ruediger dan Andreas Christensen mengisi pos bek tengah, sedangkan Malang Sarr dan Cesar Azpilicueta mengisi masing-masing posisi bek sayap kiri dan bek sayap kanan. Bagi Sarr, itu kesempatan pertama bagi dirinya di musim ini diberikan tugas sebagai bek sayap kiri.
Namun, skema permainan itu hanya bertahan selama 66 menit. Setelah Spurs meningkatkan intensitas serangan, Tuchel akhirnya kembali menurunkan formasi dengan tiga bek tengah sejajar.
Pada menit ke-66, Silva dan Alonso dimasukkan untuk menggantikan Christensen dan Timo Werner. Setelah itu, skuad Si Biru tampil lebih efektif untuk menahan gempuran tim tuan rumah.
Terkait pergantian formasi itu, Tuchel mengakui dirinya tidak senang dengan performa pemainnya seusai mencetak gol. Ia menganggap anak asuhannya banyak melakukan kesalahan di lini belakang.
”Kami bermain api dengan membiarkan mereka menghasilkan banyak kesempatan dari kesalahan mendasar, lalu kami nyaris memberikan mereka penalti. Hal itu terjadi karena kami terlalu percaya diri dan kurang fokus,” kata Tuchel.
Ia menambahkan, ”Kami harus bermain dengan standar penampilan Chelsea. Kami tidak bisa hanya mendapatkan hasil positif, tetapi wajib tampil lebih baik secara tim dan individual dengan mengontrol laga dan menghindari kesalahan.”
Saya pikir kami pantas mendapatkan hasil akhir yang lebih baik hari ini, tetapi saya anggap Chelsea memang lebih pantas melaju ke final. (Antonio Conte)
Dengan hasil semifinal Piala Liga Inggris itu, maka Tuchel menjaga tren untuk selalu membawa Chelsea menembus laga final di tiga kompetisi yang diikuti. Pada dua final sebelumnya di musim lalu, Si Biru meraih trofi Liga Champions, tetapi tumbang dari Leicester City di partai puncak Piala FA.
Chelsea akan menunggu pemenang duel antara Liverpool dan Arsenal. Laga final akan berlangsung di Stadion Wembley, 27 Februari 2022.
Kekalahan pertama
Sementara itu, tumbang dari Chelsea menjadi kekalahan kandang perdana yang dialami Spurs di era Antonio Conte. Dalam enam laga kandang sebelumnya, ”Si Lili Putih” mengemas lima kemenangan dan sekali imbang ketika menghadapi Liverpool.
Kekecewaan Conte dan para pemain Spurs semakin dalam karena tiga peluang untuk mencetak gol ke gawang Chelsea digagalkan oleh asisten wasit peninjau atau VAR. Dua penalti dan sebuah gol yang dihasilkan Spurs dianulir VAR.
Pada menit ke-40, Pierre-Emile Hojbjerg terjatuh di kotak penalti akibat ditekel oleh Ruediger. Wasit Andre Marriner sempat menunjuk titik putih, tetapi ia menganulir keputusan itu setelah menyaksikan tayangan ulang insiden tersebut. Sebagai gantinya, Spurs hanya diberikan tendangan bebas yang hanya berjarak setengah meter di depan garis kotak penalti.
Kemudian, Marriner juga menunjuk titik putih setelah ada duel antara Lucas Moura dan kiper Chelsea, Kepa Arrizabalaga, ketika laga berjalan satu jam. Lagi-lagi VAR menganulir keputusan Marriner itu karena Arrizabalaga murni melakukan kontak dengan bola.
Harry Kane pun sempat mencetak gol penyama kedudukan pada menit ke-64. Penyerang tim nasional Inggris itu sempat merayakan golnya, tetapi VAR menilai Kane berada dalam posisi offside sebelum menerima asis dari Moura.
Meski kalah, Conte menganggap penampilan anak asuhannya telah meningkat dibandingkan pada duel pertama. Pada laga kedua, Si Lili Putih mengkreasikan 15 tembakan dibandingkan lima peluang yang tercipta pada pertandingan di Stamford Bridge.
”Saya pikir kami pantas mendapatkan hasil akhir yang lebih baik hari ini, tetapi saya anggap Chelsea memang lebih pantas melaju ke final. Pada momen ini, kami tidak bisa mengimbangi situasi antara Chelsea dan Tottenham,” ujar Conte kepada Sky Sports. (REUTERS)