Duet “Splash Brothers”, Klay Thompson dan Stephen Curry, akan bermain bersama lagi setelah penantian dua setengah tahun. Dua penembak jitu NBA ini membawa segudang ancaman untuk seluruh lawan mereka.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
Dalam dua musim terakhir, mungkin tidak ada pebasket yang lebih sial dari Klay Thompson, shooting guard andalan Golden State Warriors. Thompson mengalami dua kali cedera horor berturut-turut yang merupakan mimpi buruk setiap atlet, yaitu robek tendon achilles dan ligamen lutut.
Nasib sial pertamanya datang pada laga keenam Final NBA 2019, antara Warriors versus Toronto Raptors. Dia mengalami cedera ligamen lutut setelah melakukan dunk. Seusai absen setahun lebih, Thompson terpaksa kembali ke meja operasi akibat cedera achilles saat latihan pramusim.
Penantian melelahkan salah satu penembak tiga angka terbaik dalam sejarah NBA ini akan segera berakhir. Dia dipastikan kembali bermain untuk pertama kali sejak Juni 2019, ketika Warriors menjamu Cleveland Cavaliers di Arena Chase Center, San Francisco, Senin (10/1/2022) pagi WIB.
Thompson menjalani persiapan selama sebulan terakhir bersama Santa Cruz, tim afiliasi Warriors di G-League. Peraih tiga gelar juara NBA bersama Warriors ini juga terlibat dalam laga internal antarsesama pemain Warriors, salah satunya Stephen Curry, pada akhir Desember.
“(Cederanya Thompson) ini adalah sebuah kegilaan yang harus dilalui. Dia sedang berada di puncak kariernya sebelum cedera pertama. Caranya melalui semua cobaan tersebut sangatlah hebat. Kami sangat bahagia dengan situasinya saat ini (sudah siap bermain),” ucap pelatih Warriors, Steve Kerr.
Lorong gelap Thompson
Bagi Thompson, perjalanan selama dua setengah tahun terakhir sangatlah melelahkan, bagai berada di lorong gelap tanpa ujung. Dia berkali-kali melewati momen frustasi karena target waktu kembali bermain ditunda. Selama itu, dia hanya bisa menahan gairahnya di tepi lapangan, sambil mendukung rekan-rekannya.
Emosinya sempat tumpah ketika datang menonton pertandingan Warriors melawan Blazers, akhir November 2021. Setelah laga bubar dan pemain masuk ke ruang ganti, dia tetap tertunduk di bangku cadangan, menutup kepalanya dengan handuk selama setengah jam. Dia seakan tidak percaya, sudah terlihat cahaya dari lorong gelap kariernya.
Di tengah momen bahagia ini, kembalinya Thompson mengundang satu pertanyaan besar. Apakah pebasket berusia 31 tahun ini bisa kembali ke performa terbaiknya, seperti pada musim 2018-2019? Pada musim reguler terakhir bermain itu, dia mencetak rata-rata 21,5 poin dengan akurasi lemparan mencapai 46,7 persen. Dia mendampingi Curry untuk mengantar Warriors masuk ke final pada lima musim beruntun, tiga di antaranya berujung juara.
Thompson, pemegang rekor tembakan tiga angka terbanyak dalam satu laga dengan 14 lemparan, seharusnya tidak akan kesulitan untuk kembali ke performa puncaknya. Jika dilihat dari gaya mainnya, dia bukanlah pebasket bertipe eksplosif yang butuh kekuatan dan kecepatan untuk mencetak poin. Permainan pebasket bernomor punggung 11 ini sangat sederhana, lebih banyak menangkap dan menembak bola. Dalam pertandingan di musim terakhirnya lawan New York Knics, dia pernah mencetak 43 poin hanya dengan melakukan 4 kali dribel.
Kekhawatiran lebih mengarah terhadap performanya dalam bertahan. Thompson, satu kali terplih masuk All-Defensive Team, dikenal sebagai pemain bertahan yang tangguh. Dengan kondisi baru pulih dari dua cedera parah, kecepatan lateralnya diragukan tidak sama lagi. Hal itu bisa berdampak terhadap kualitas sang pemain saat menjaga lawan.
Meskipun begitu, Thompson bertekad mengalahkan segala kekhawatirkan itu. Dia punya misi pembuktian diri dengan rasa lapar yang menumpuk di dada. Apalagi, peserta 5 kali All-Star ini sempat kecewa karena tidak dimasukkan dalam daftar 75 pemain terbaik NBA dalam rangka perayaan ulang tahun liga ke-75.
“Saya antusias untuk kembali ke lapangan, dan membuktikan kepada orang-orang tentang siapa diri saya sebenarnya. Mereka mungkin lupa karena saya sudah tidak tampil selama dua musim. Hal itu menjadi bahan bakar dalam diri saya. Saya datang dengan rasa lapar berlebih,” ucap Thompson.
Kerinduan “splash brothers”
Duet Curry dan Thompson, yang dijuluki “Splash Brothers” karena sering menciptakan hujan tiga angka bersama, akan segera menjalani reuni. Reuni kombinasi guard paling ditakuti pada dekade lalu ini sudah pasti menghantui klub NBA lain. Warriors akan sangat menyeramkan. Tanpa Thompson saja, mereka musim ini mencatatkan rekor impresif, 29-9, berada di peringkat kedua Wilayah Barat.
Curry menyambut kedatangan rekan yang sudah seperti adiknya sendiri itu. Dia mengganti foto akunnya di Twitter dengan wajah Thompson. “Saudaraku akan kembali ke lapangan, membuatku kembali menyusuri jalan kenangan (indah bersamanya),” tulisnya.
Kehadiran Thompson akan mengurangi beban Curry di lapangan. Dengan dua penembak hebat, fokus pertahanan lawan akan terbagi, tidak hanya fokus ke Curry. Adapun Curry agak kesulitan musim ini dengan akurasi lemparan hanya 42 persen, di bawah rata-rata selama 11 musim (47,4 persen).
“Untuk kami semua yang berada di dalam tim ini selama beberapa tahun terakhir, sangat keren bisa melihat mereka berdua berada di satu lapangan lagi setelah dua setengah tahun. Kami sangat bahagia, terutama untuk Thompson,” kata Kerr, yang sudah seperti seorang ayah untuk “Splash Brothers”.
Dengan kembalinya “Splash Brohters”, dinasti Warriors yang merupakan klub berstatus langganan juara mulai bersemi lagi. Mereka menuntut balas dendam setelah dua musim tidak lolos playoff. Curry-Thompson, bermodal setumpuk kerinduan, akan menjadi menjadi hiburan terbesar pada sisa NBA musim ini, sekaligus ancaman terbesar untuk para pemburu juara liga. (AP)