Kemungkinan Novak Djokovic untuk tetap bertanding di Australia Terbuka semaki mengecil. Pemerintah Australia berkomitmen menegakkan hukum perbatasan tanpa toleransi.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
MELBOURNE, JUMAT Peluang Novak Djokovic, petenis putra peringkat pertama dunia, mempertahankan gelar Australia Terbuka berada di ujung tanduk. Dia berpotensi besar dideportasi pemerintah Australia karena datang tanpa syarat masuk, yaitu bukti vaksin Covid-19. Djokovic yang saat ini ditahan di hotel detensi yang kurang layak, hanya bisa berharap keajaiban dari keputusan sidang pengadilan federal pada Senin (9/1/2022).
Meskipun mendapat kritik karena perlakuan terhadap Djokovic, pemerintah Australia tampak tegas untuk memberlakukan hukum perbatasan negaranya. Mereka memastikan, tidak akan menoleransi pendatang yang belum divaksin, tanpa terkecuali.
”Setiap individu yang ingin memasuki Australia harus mematuhi persyaratan ketat perbatasan kami. Tidak ada individu yang bersaing di Australia Terbuka yang mendapat perlakuan khusus,” kata Menteri Dalam Negeri Australia, Karen Andrews.
Kata Andrews, surat dispensasi vaksin milik Djokovic, yang diberikan pemerintah Victoria dan Asosiasi Tenis Australia (TA), tidak berlaku. Surat itu memang mengizinkan sang juara bertahan untuk berkompetisi. Namun, izin tersebut terbentur hukum perbatasan dari pemerintah pusat yang lebih tinggi.
Kasus ini bermula sejak kedatangan peraih 20 gelar Grand Slam itu di Bandara Tullamarine Melbourne, Australia, Rabu malam waktu setempat. Djokovic datang dengan bermodal surat pengecualian medis untuk tidak vaksin. Dia menerima surat tersebut dengan alasan sudah pernah positif Covid-19.
Namun, pengecualian medis tersebut ditolak Petugas Perbatasan Australia (ABF). Menurut ABF, bintang tenis itu gagal menunjukkan syarat utama memasuki perbatasan, yaitu telah dua kali divaksin Covid-19. Dengan penolakan visa itu, Djokovic harus ditahan sementara atau dideportasi.
Setiap individu yang ingin memasuki Australia harus mematuhi persyaratan ketat perbatasan kami. Tidak ada individu yang bersaing di Australia Terbuka yang mendapat perlakuan khusus.
Drama pun bagai menghadirkan buah simalakama. Jika diizinkan masuk, pemerintah Australia akan dikecam karena perlakuan spesial terhadap satu orang, yang juga bisa mengancam kesehatan masyarakatnya. Seandainya dideportasi, pemerintah Australia juga akan ditentang karena merugikan Djokovic. Dia datang karena mendapat lampu hijau dari TA.
”Apa yang dilalui Novak saat ini adalah sesuatu yang tidak benar. Tidak ada keadilan dalam perlakuan yang diterimanya. Dia hanya mengikuti aturan, sudah diizinkan untuk masuk Australia. Sekarang dia ditahan dengan paksaan. Ini sangat memalukan,” kata John Isner, petenis Amerika Serikat.
Saat ini, TA menjadi kambing hitam dari kasus tersebut. Pada November, surat kabar lokal The Age memberitakan, pemerintah Australia telah berkomunikasi dengan TA tentang syarat kedatangan petenis. Mereka mewajibkan vaksin, tanpa adanya pengecualian medis, termasuk untuk yang pernah terinfeksi Covid-19.
Pengacara Djokovic berhasil menghentikan kliennya dari deportasi pada Kamis kemarin. Petenis asal Serbia ini sementara ditahan di Hotel Carlton Park, yang merupakan rumah detensi imigran, sambil menunggu hasil keputusan sidang pada Senin depan.
Penahanan ini menghadirkan masalah baru. Ibu Djokovic, Dijana, menyampaikan anaknya tidak diperlakukan seperti manusia karena fasilitas seperti penjara di rumah detensi tersebut. ”Saya kasihan kepadanya. Mereka menahannya seperti tawanan. Itu tidak adil, tidak manusiawi,” ucapnya.
Djokovic terus mendapat dukungan moral dari berbagai pihak. Puluhan penggemarnya memadati jalanan di depan hotelnya. Mereka berunjuk rasa dengan menyalakan lilin bersama-sama. Selain itu, Presiden Serbia, Aleksandar Vucic, juga memberikan dukungan penuh kepada salah satu atlet terbaik Serbia itu. (AP/REUTERS/KEL)