Chelsea mengenggam modal berharga untuk membuka peluang meraih gelar perdana di musim ini. Kemenangan 2-0 atas Tottenham Hotspur membawa Chelsea menginjakkan satu kaki di laga final Piala Liga Inggris.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
LONDON, KAMIS — Kepulangan Antonio Conte ke Stadion Stamford Bridge, London, setelah meninggalkan Chelsea, musim panas 2018, berakhir derita. Tim asuhan Conte, Tottenham Hotspur, harus mengakui dominasi mutlak ”Si Biru”, 0-2, pada laga pertama semifinal Piala Liga Inggris, Kamis (6/1/2022) dini hari WIB.
Itu menjadi kekalahan perdana yang didapatkan Conte di kompetisi domestik sejak menangani Spurs, awal November lalu. Dalam sembilan laga sebelumnya, Conte membawa ”Si Lili Putih” meraih enam kemenangan dan tiga hasil imbang di Liga Inggris dan Piala Liga Inggris.
Penampilan impresif Spurs di bawah kendali Conte, terutama dalam sisi bertahan, menguap di hadapan Chelsea. Spurs, yang mencatatkan lima laga tak kemasukan gol bersama Conte, sudah harus tertinggal lewat gol Kai Havertz pada menit kelima.
Petaka Spurs semakin parah saat Ben Davies mencatatkan gol bunuh diri ketika babak pertama tersisa 11 menit. Sepasang gol yang dicetak ”Si Biru” ke gawang Hugo Lloris murni diawali kesalahan pemain belakang Spurs, terutama Japhet Tanganga.
Pemain lulusan akademi Spurs itu memberikan operan lemah kepada Emerson Royal sehingga bola bisa direbut oleh bek sayap kiri Chelsea, Marcos Alonso, yang memberikan asis untuk gol Havertz. Kemudian, Tanganga salah mengarahkan bola sundulan untuk menyapu sepakan tendangan bebas Hakim Ziyech. Bola yang disundul pemain berusia 22 tahun itu justru mengenai wajah Davies yang mengubah arah bola masuk ke gawang sendiri.
Penampilan itu membuat Tanganga akan semakin sulit untuk mendapatkan kepercayaan Conte di sisa musim ini. Sejak Conte bergabung, Tanganga baru dua kali tampil penuh selama 90 menit. Di laga melawan Chelsea, ia mengisi posisi Eric Dier yang diistirahatkan Conte.
Jika Anda membandingkan dua tim (Spurs dan Chelsea), hal itu bukan sebuah perbandingan yang pantas. (Antonio Conte)
Meski begitu, Conte tidak menyalahkan para pemainnya yang memberikan hadiah gol kepada Chelsea. Menurut manajer berkebangsaan Italia itu, Chelsea pantas memenangi laga itu karena tampil jauh lebih baik dibandingkan dengan Spurs.
”Tidak mudah bermain di Stamford Bridge dengan level konsentrasi yang sangat baik ditunjukkan seluruh pemain Chelsea. Mereka memenangi bola setiap menit dan kami kebobolan dalam situasi yang tidak beruntung,” kata Conte kepada Sky Sports seusai laga.
Kalah kelas
Selain kalah dalam perolehan gol di papan skor, Conte pun mengakui, kelas Chelsea jauh berada di atas Spurs. ”Si Biru”, lanjutnya, adalah tim papan atas Liga Inggris serta salah satu tim terbaik di dunia saat ini. Sementara Spurs adalah tim berkualitas papan tengah di Liga Inggris.
”Jika Anda membandingkan dua tim (Spurs dan Chelsea), hal itu bukan sebuah perbandingan yang pantas. Terlihat jelas ada perbedaan kualitas antara kedua tim sehingga kami masih harus melakukan banyak perbaikan di Tottenham serta membutuhkan banyak waktu dan kesabaran untuk terus berkembang,” kata Conte.
Kemenangan ini adalah hasil yang luar biasa karena mewakili situasi pertandingan yang sebenarnya. Seharusnya kami bisa mencetak lebih banyak gol, tetapi hasil laga ini belum menjamin kami berada di final. (Thomas Tuchel)
Pernyataan Conte itu tidak terbantahkan. ”Si Lili Putih” sama sekali gagal memberikan perlawanan yang sepadan bagi Chelsea.
Di babak pertama, misalnya, Spurs gagal mengkreasikan satu pun tembakan. Adapun Chelsea mencatatkan sembilan tembakan.
Spurs baru bisa menghasilkan peluang ketika laga telah memasuki menit ke-51. Harry Kane menjadi pemain Spurs pertama yang mengancam gawang Chelsea yang dikawal Kepa Arrizabalaga melalui tendangan bebas.
Secara total, Chelsea menciptakan 19 tembakan, sedangkan Spurs hanya 5 tembakan. Penguasaan bola pun mutlak dikuasai Chelsea dengan 64 persen berbanding 36 persen.
Dengan hasil itu, Spurs menambah panjang catatan buruk ketika bertandang ke Stamford Bridge dalam laga Piala Liga Inggris. Mereka tidak pernah menang atas Chelsea saat berstatus tim tamu dengan catatan sekali imbang dan empat kekalahan.
Sementara itu, Manajer Chelsea Thomas Tuchel memuji penampilan anak asuhannya yang amat dominan atas Spurs. Tuchel menilai, ”Si Biru” pantas meraih kemenangan karena tampil dengan intensitas tinggi, mampu menjaga fokus, dan menciptakan banyak peluang untuk menghasilkan gol.
Tangkapan layar statistik laga pertama semifinal Piala Liga Inggris, Chelsea versus Tottenham Hotspur, Kamis (6/1/2022) dini hari WIB. ”Kemenangan ini adalah hasil yang luar biasa karena mewakili situasi pertandingan yang sebenarnya. Seharusnya kami bisa mencetak lebih banyak gol, tetapi hasil laga ini belum menjamin kami berada di final,” ujar Tuchel.
Lebih lanjut, ia pun memuji fleksibilitas taktik para pemainnya yang tidak canggung tampil dengan formasi empat bek. Di musim ini, mayoritas laga ”Si Biru” dijalani dengan skema tiga bek.
Walakin, taktik itu tidak bisa diterapkan Tuchel karena keterbatasan stok pemain belakang. Salah satunya, Thiago Silva yang terkonfirmasi positif Covid-19 sehari sebelum laga semifinal itu.
”Kami bermain dengan 4-4-2 ketika menguasa bola karena tidak ada pemain (belakang) yang tersisa untuk bisa bermain dengan lima bek ketika bertahan. Kami berlatih khusus di sesi latihan untuk memainkan formasi empat bek itu dan saya senang tim sangat fokus untuk menjalani taktik itu dengan tepat,” ucapnya.
Selanjutnya, kedua tim akan menjalani laga kedua semifinal yang menentukan, Kamis (13/1/2022) pukul 02.45 WIB, di Stadion Tottenham Hotspur. (AFP)