Novak Djokovic, petenis nomor satu dunia, ditahan Keimigrasian Australia karena memasuki negara itu tanpa persyaratan memadai, yaitu bukti vaksin Covid-19. Kasus itu memicu kemarahan Serbia dan pendukung Djokovic.
Oleh
Yulvianus Harjono
·3 menit baca
MELBOURNE, KAMIS — Novak Djokovic, petenis putra nomor satu dunia, terlunta-lunta di Bandara Melbourne, Australia, karena nekat masuk ke negara itu tanpa mengantongi ”paspor” vaksin Covid-19. Alih-alih tampil di Australia Terbuka, ia pun ditahan di sebuah hotel yang menjadi rumah detensi yang disiapkan pemerintah setempat. Kasus itu menimbulkan ketegangan politik antara Serbia dan Australia.
Djokovic, pengoleksi 20 gelar Grand Slam, sempat terlibat ketegangan dengan pihak Imigrasi di Bandara Melbourne. Petenis yang terang-terangan menolak divaksin Covid-19 itu nekat datang ke Australia dengan berbekal surat dispensasi yang dikeluarkan dua lembaga panel independen yang ditunjuk Asosiasi Tenis Australia (TA), penyelenggara Australia Terbuka, dan Negara Bagian Victoria.
Namun, otoritas Imigrasi Australia tetap bersikukuh bahwa petenis asal Serbia itu tidak memiliki ”bukti yang layak”. Bukti dimaksud adalah paspor vaksin, salah satu persyaratan umum masuk ke negara itu. Visanya ke Australia pun lantas ditolak Imigrasi setempat. Ia kini diinapkan di sebuah hotel di pinggiran Melbourne yang menjadi rumah detensi di kawasan itu.
Djokovic pun harus bersiap menerima realitas pahit yang nyaris belum pernah dialaminya selama ini, yaitu dideportasi. ”Warga negara asing yang tidak memegang visa yang sah atau mereka yang visanya telah ditolak/dibatalkan akan ditahan dan dikeluarkan dari Australia,” bunyi keterangan resmi Australian Border Force (ABF), otoritas Keimigrasian di Australia, seperti diberitakan BBC, Kamis (6/1/2022).
Djokovic dan pengacaranya menentang keputusan ABF itu. Sidang dengar pendapat itu akan digelar di Pengadilan Federal Australia pada Senin (10/1/2022). Sidang itu akan menentukan nasib Djokovic, apakah dideportasi atau tidak.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison pun angkat bicara. Menurut Morrison, tidak ada orang yang diistimewakan dan melampaui hukum negara. Namun, diakuinya, sikap Djokovic yang menolak divaksin telah memancing perhatian dan kontroversi. Djokovic sebelumnya sempat menyatakan, vaksinasi adalah hak pribadi, bukan sebuah kewajiban.
Ketegangan politik
Meskipun demikian, kasus yang menjerat Djokovic itu telanjur menimbulkan ketegangan politik. Presiden Serbia Aleksandar Vucic mengaku berang. Ia menilai Djokovic, juara bertahan tunggal putra Australia Terbuka, adalah korban ”pelecehan” dari Pemerintah Australia. Ia pun menegaskan, seluruh rakyat Serbia mendukung Djokovic, petenis yang tengah berupaya memecahkan rekor trofi Grand Slam terbanyak.
Ia (Djokovic) telah membuat keputusannya sendiri (tidak mau divaksin). Setiap orang bebas untuk mengambil keputusan. Namun, setiap keputusan tentu ada konsekuensinya. (Rafael Nadal)
Reaksi keras Vucic itu bak gayung bersambut dengan pendukung Djokovic. Sejumlah penggemar Djokovic, yang berkumpul di hotel tempat ia ditahan, terlihat marah, menggelar unjuk rasa, dan meminta ia dilepaskan. Srdjan, ayah Djokovic, mengungkapkan, anaknya sempat ditahan dengan kawalan polisi di bandara. ”Ini bukan hanya perjuangan Djokovic, melainkan juga seluruh dunia,” ujarnya mengenai reaksi pendukung anaknya itu.
Namun, berbagai tuduhan diskriminasi atas Djokovic itu dimentahkan Morrison. Ia berkata, penolakan visa Djokovic tidak ada kaitannya dengan statusnya sebagai warga negara Serbia. Ia justru berkata, Serbia adalah kawan baik dari Australia.
Kasus yang menimpa Djokovic itu juga memicu reaksi dari sejumlah petenis. Rafael Nadal, petenis asal Spanyol yang juga mengoleksi 20 gelar Grand Slam, menilai, musibah yang menimpa Djokovic itu adalah buah dari sikapnya sendiri.
”Dalam sejumlah hal, saya turut bersimpati kepadanya. Namun, di saat sama, ia telah membuat keputusannya sendiri (tidak mau divaksin). Setiap orang bebas untuk mengambil keputusan. Namun, setiap keputusan tentu ada konsekuensinya,” ujar Nadal, petenis yang sempat positif Covid-19, bersiap tampil di Australia Terbuka. (BBC)