Berkat Polemik Lukaku, Tuchel Tunjukkan Kuasanya di Chelsea
Manajer Chelsea Thomas Tuchel telah memaafkan Romelu Lukaku terkait pernyataan kontroversialnya di Sky Sport Italia. Penyerang asal Belgia itu pun disiapkan Tuchel untuk menghadapi Tottenham Hotspur, Kamis WIB.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
LONDON, SELASA — Manajer Chelsea Thomas Tuchel menegaskan dirinya sebagai pemegang penuh kuasa di dalam ruang ganti ”Si Biru”. Seiring hadirnya polemik akibat kontroversial Romelu Lukaku dalam wawancara dengan Sky Sport Italia, Tuchel mengambil keputusan yang menunjukkan kewenangan penuhnya atas tim.
Setelah Lukaku tidak dimasukkan ke dalam skuad ketika menghadapi Liverpool, (2/1/20222) lalu, Tuchel akhirnya berbicara dengan sang penyerang, Senin (3/1/2022). Momen itu digunakan Tuchel untuk meminta penjelasan pemain tim nasional Belgia itu atas pernyataan yang menghadirkan kericuhan di internal ”Si Biru”.
Keputusan tidak membawa Lukaku ke dalam susunan pemain ketika melawan Liverpool adalah tanda bahwa Tuchel tidak menoleransi sikap pemain yang tidak menjaga kondusivitas tim. Kehilangan Lukaku jelas menurunkan kualitas daya gedor ”Si Biru” saat melawan salah satu pesaing utama juara Liga Inggris itu.
Namun, memainkan Lukaku di tengah panasnya polemik seiring komentarnya kepada Sky Sport Italia juga tidak baik bagi kondisi mental sang pemain. Sorakan pendukung menjadi pemandangan yang mungkin didapatkan Lukaku dalam laga melawan Liverpool di Stadion Stamford Bridge.
Dalam wawancara berbahasa Italia itu, Lukaku mengungkapkan, dirinya tidak senang dengan situasinya di Chelsea karena mulai tersingkir sebagai penyerang utama. Wawancara itu pun telah dilakukan awal Desember, tetapi baru disiarkan pada 31 Desember lalu.
Pada laga melawan Liverpool, pendukung Chelsea menunjukkan dukungan penuh kepada Tuchel, manajer yang telah mempersembahkan satu trofi Liga Champions. Dalam laga itu, suporter menyanyikan yel-yel khusus untuk sang manajer yang berbunyi, ”Kami memiliki super Tommy Tuchel!”
Juru taktik asal Jerman itu mengakui, perbincangan empat mata dirinya dengan Lukaku berjalan lancar. Dalam kesempatan itu, kata Tuchel, Lukaku secara tulus telah memohon maaf atas pernyataanya itu.
Bagi saya, yang terpenting adalah memahami dengan jelas dan percaya bahwa (pernyataan) itu tidak memiliki tujuan tertentu. Ia tidak mengeluarkan pernyataan itu untuk menghadirkan keributan jelang laga besar (kontra Liverpool).
”Bagi saya, yang terpenting adalah memahami dengan jelas dan percaya bahwa (pernyataan) itu tidak memiliki tujuan tertentu. Ia tidak mengeluarkan pernyataan itu untuk menghadirkan keributan menjelang laga besar (kontra Liverpool),” ujar Tuchel dalam konferensi pers, Selasa (5/1/2022), dilansir The Guardian.
Demi adaptasi
Tak hanya meminta penjelasan dari pemain bernomor sembilan itu, Tuchel juga menjelaskan alasannya tidak langsung rutin memasang Lukaku sebagai pemain inti pada periode Desember lalu. Ia mengungkapkan, Lukaku butuh waktu untuk kembali berada di performa terbaik setelah menepi akibat cedera sejak akhir Oktober.
”Kami ingin Lukaku menunggu untuk beradaptasi dengan intensitas taktik. Ini adalah pertama kalinya ia berperilaku seperti itu kepada kami, jadi sangat penting untuk memahami dan tetap tenang,” ucap mantan Pelatih Borussia Dortmund itu.
Tuchel pun tak ingin terlalu berlama-lama menepikan Lukaku. Ia memastikan, Lukaku akan tampil pada laga pertama semifinal Piala Liga Inggris menghadapi Tottenham Hotspur, Kamis (6/1/2022) pukul 02.45 WIB.
Laga itu akan menjadi kesempatan pertama Lukaku berhadapan langsung dengan mantan pelatihnya di Inter Milan, Antonio Conte. Keduanya memiliki peran krusial untuk membawa Inter meraih scudetto musim 2020-2021.
Di sisi lain, Lukaku pun tidak terlalu meratapi kekecewaan disingkirkan dari skuad, akhir pekan lalu. Ia langsung melakukan latihan mandiri di Pusat Latihan Chelsea Cobham, Senin kemarin. Pada sesi latihan, Selasa, Lukaku telah kembali berlatih dengan skuad utama ”Si Biru”.
Lukaku memahami, dirinya mulai kembali menemukan ketajaman setelah paceklik gol sejak September lalu. Pemain lulusan akademi tim Liga Belgia, Anderlecht, itu selalu mencetak gol dalam dua laga Liga Inggris, bulan lalu. Masing-masing sebuah gol disumbangkannya pada pertandingan melawan Aston Villa dan Brighton & Hove Albion.
Lukaku selalu mencetak gol dalam dua laga Liga Inggris, bulan lalu. Masing-masing sebuah gol disumbangkannya pada pertandingan melawan Aston Villa dan Brighton & Hove Albion.
Pada musim ini, Lukaku baru tampil 14 menit di ajang Piala Liga Inggris. Ia diturunkan sebagai pemain pengganti pada laga putaran ketiga menghadapi Aston Villa. Alhasil, partai derbi London kontra Spurs menjadi kesempatan tepat bagi Lukaku membayar kepercayaan Tuchel yang tidak segan mengeluarkan 97,5 juta pound sterling (Rp 1,89 triliun), musim panas lalu, untuk memberinya kesempatan kedua di Chelsea.
Kekuasaan penuh
Chris Sutton, penyerang Chelsea periode 1999-2000, setuju dengan keputusan Tuchel untuk mengelola efek dari pernyataan Lukaku itu. Menurut Sutton, seorang manajer harus mengambil tindakan tegas kepada para pemain yang berpotensi menghadirkan gesekan di dalam skuad. Hal itu, lanjutnya, untuk membuktikan kekuasaan penuh sang manajer kepada para pemainnya.
”Lukaku telah mempermalukan manajernya di hadapan umum. Tuchel wajib mengambil keputusan itu karena jika hal itu dibiarkan, maka dirinya akan kehilangan rasa hormat di ruang ganti,” kata Sutton kepada BBC Radio 5 Live.
Tindakan atas Lukaku itu juga menjadi pertanda manajer berusia 48 tahun itu telah memetik pelajaran penting selama menangani skuad bertabur bintang Paris Saint-Germain. Dalam dua musim di Paris, Tuchel mempersembahkan enam trofi domestik dan membawa PSG untuk pertama kali menembus final Liga Champions pada edisi 2019-2020.
Prestasi di atas lapangan hijau tidak dibarengi dengan kekuasaan penuh di ruang ganti PSG. Tuchel kerap bentrok dengan megabintang PSG, Neymar Jr, hingga sering berbeda pendapat dengan Direktur Teknik PSG Leonardo yang ingin ikut campur dalam urusan tim.
Tak ayal, Tuchel, Oktober 2021 lalu, menyebut menangani Lukaku jauh lebih mudah dibandingkan pengalamannya bersama Neymar atau Kylian Mbappe.
”Di PSG, saya merasa sebagai menteri olahraga karena harus mengatur keluarga dan teman-teman para (pemain) bintang. PSG dan Chelsea adalah dua klub yang berbeda dari sisi gaya dan organisasi tim sehingga saya merasa bisa bekerja lebih tenang di Chelsea,” ujar Tuchel seperti dikutip Independent. (AFP)