Indonesia belum menyerah walaupun sudah tertinggal agregat 0-4 dari Thailand di final Piala AFF. Mereka meyakini tidak ada hal yang mustahil di sepak bola, termasuk membalikkan kekalahan telak.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kendati tertinggal agregat 0-4, Indonesia belum menyerah dan pasrah untuk menghadapi Thailand dalam laga kedua final Piala AFF, Sabtu (1/1/2022). Tim ”Merah-Putih” yakin tidak ada yang mustahil dalam sepak bola. Mereka akan berusaha dengan segenap tenaga untuk membuat keajaiban membalikkan kedudukan dan meraih trofi pertama Piala AFF.
”Ya, kami berada di bawah tekanan bermain melawan tim yang sulit, tetapi kami akan keluar untuk memenangi pertandingan. Saya memiliki keyakinan pada para pemain saya. Tetapi, apakah kami bisa menang dengan selisih besar, itu semua tergantung pada kemampuan para pemain untuk tetap tenang dan memainkan permainan mereka,” ujar Pelatih Indonesia Shin Tae-yong, dilansir Aseanfootball.org, Jumat (31/12/2021).
Shin menegaskan, final belum selesai. Walaupun tertinggal agregat cukup jauh, pelatih asal Korea Selatan itu masih yakin Indonesia bisa mengubah keadaan. Pelatih berusia 51 tahun ini mencontohkan beberapa laga besar dunia ketika ada tim yang memimpin dengan mencolok di laga pertama, tetapi bisa berbalik kandas dan berakhir tragis di laga kedua.
”Bola itu bulat dan dalam sepak bola apa pun bisa terjadi. Kami harus bekerja keras, tidak hanya untuk hasil yang kami inginkan, tetapi juga harus melakukannya untuk para penggemar yang terus mendukung di belakang selama ini,” tegas pelatih kelahiran Yeongdeok-gun, Korea Selatan, 11 Oktober 1970, tersebut.
Kalau merujuk sejarah, Indonesia ada asa membalikkan kedudukan dan keluar sebagai juara. Akan tetapi, peluangnya sangat tipis. Setidaknya, Indonesia pernah menang dengan skor mencolok atas Thailand, tetapi itu terjadi sudah sangat lama, seperti menang 5-1 dalam Merdeka Tournament 1984, menang 5-0 dalam Jakarta Trophy 1975, menang 4-0 dalam Merdeka Tournament 1969, dan menang 4-0 pada Merdeka Tournament 1957.
Dalam sepak bola ada istilah remontada, yakni kata dari bahasa Spanyol yang berarti ’kembali’ atau ’mengubah keadaan’. Salah satu remontada yang paling monumental adalah tatkala klub Spanyol, Barcelona, membalikkan kedudukan dari kalah 0-4 dari klub Perancis, Paris Saint-Germain. Mereka menang 6-1 dalam laga balasan sehingga lolos ke babak delapan besar Liga Champions Eropa musim 2016-2017.
Mengoptimalkan masa jeda
Adapun Shin menganggap para pemain lebih siap untuk menyambut laga kedua final. Mereka telah mengoptimalkan masa jeda untuk memulihkan fisik dan mental. ”Kini, kami harus melupakan laga pertama (final). Hal positif harus kita utamakan. Kami hanya harus mempersiapkan diri sebaik mungkin,” katanya.
Kami harus mengembalikan semua sisi positif tim ini. Meskipun memiliki banyak pemain muda, kami harus menunjukkan bahwa kami ingin melakukan semuanya dengan baik di laga berikutnya.
Para pemain mengungkapkan perasaan yang sama. Gelandang sekaligus kapten Indonesia, Evan Dimas, mengatakan, dia dan rekan-rekannya jauh lebih haus dan lapar menatap laga kedua ini. Selain itu, mereka berupaya lebih fokus untuk menjalankan semua instruksi pelatih yang tidak berjalan optimal pada laga sebelumnya.
”Kami harus mengembalikan semua sisi positif tim ini. Meskipun memiliki banyak pemain muda, kami harus menunjukkan bahwa kami ingin melakukan semuanya dengan baik di laga berikutnya,” ujar pemain kelahiran Surabaya, Jawa Timur, 13 Maret 1995, tersebut.
Indonesia mungkin bisa bermain lebih baik di laga kedua final. Paling tidak, bek kiri Pratama Arhan sudah bisa bermain lagi. Pemain kelahiran Blora, Jawa Tengah, 21 Desember 2001, ini tidak bisa bermain di laga pertama final karena akumulasi kartu kuning yang didapat di laga kedua semifinal. Karena karakter menyerangnya yang baik, kehadirannya diyakini bisa meningkatkan daya gedor Indonesia yang tidak terlihat di laga pertama.
Tidak anggap remeh
Sementara itu, Pelatih Thailand Alexander Polking tidak mau timnya menganggap remeh Indonesia. Dia juga menegaskan, final belum berakhir dan semuanya bisa terjadi. Maka itu, pelatih keturunan Brasil-Jerman ini meminta para pemainnya tetap memberikan semua kemampuan terbaik pada laga kedua ini.
”Kami harus terus bermain dengan intensitas yang sama sejak awal, seperti di laga pertama. Para pemain Thailand adalah orang-orang yang siap untuk bekerja keras. Saya hanya membantu ide,” ungkap pelatih kelahiran Montenegro, State of Rio Grande do Sul, Brasil, 12 Maret 1976, tersebut.
Thailand cuma perlu menjaga keunggulan untuk memastikan gelar juara Piala AFF 2020 atau trofi keenam dari 13 edisi Piala AFF yang ada. Tim ”Gajah Perang” siap melakukan apa saja untuk menjaga peluang di depan mata itu agar tidak sirna.
”Saya pribadi akan melakukan apa pun untuk memenangi laga ini dan melakukan apa pun yang diminta oleh pelatih. Adalah mimpi saya untuk berada di sini (di timnas dan juara). Saya telah mendapatkan banyak hal dari para pemain yang lebih berpengalaman di dalam skuad ini,” tutur gelandang Thailand, Weerathep Pomphan.