Di tengah pandemi 2021, Indonesia sukses menggelar beberapa ajang olahraga berskala besar. Beberapa atlet juga menorehkan prestasi yang luar biasa di kancah dunia. Kini, tantangan baru harus dihadapi pada tahun 2022.
Oleh
Emilius Caesar Alexey
ยท5 menit baca
AFP/ALEXANDER NEMENOV
Pasangan ganda putri bulu tangkis Indonesia, Apriyani Rahayu/Greysia Polii, saling berpelukan dan menangis haru seusai meraih medali emas di Olimpiade Tokyo 2020 di Musashino Forest Sports Plaza, Tokyo, Jepang, Senin (8/2/2021). Mereka mengalahkan pasangan China, Chen Qing Chen dan Jia Yi Fan, di final.
Dunia olahraga Indonesia bak mati suri ketika pandemi Covid-19 mulai menghantam negeri ini pada Maret 2020. Semua turnamen dan kompetisi dihentikan. Fasilitas olahraga publik ditutup demi mencegah penularan.
Hal yang serupa juga terjadi di level internasional. Dampaknya, semua kejuaraan nasional sampai level dunia ditunda atau dibatalkan. Ajang multicabang, seperti Pekan Olahraga Nasional (PON), SEA Games, sampai Olimpiade, ikut ditunda.
Dalam kondisi semacam itu, para atlet Indonesia tetap berlatih keras di tempatnya masing-masing. Mereka melawan kebosanan karena terus berlatih tanpa kepastian berlaga.
Namun, di tengah suasana pandemi, mentari perlahan terbit bagi dunia olahraga Indonesia pada 2021. Semburat sinar mentari itu mulai terlihat pada akhir Mei 2021 ketika Veddriq Leonardo memecahkan rekor dunia panjat tebing nomor speed pada FSC Boulder World Cup 2021 di Salt Lake City, Utah, Amerika Serikat.
AFP/GETTY IMAGES/ANDY BAO
Pemanjat tebing Indonesia, Veddriq Leonardo, merayakan kemenangannya dan memecahkan rekor dunia pada nomor kecepatan dalam babak final IFSC Climbing World Cup, di Salt Lake City, Amerika Serikat, akhir Mei lalu.
Pada Juli, Veddriq juga menjuarai seri kejuaraan yang sama di Swiss. Keberhasilan itu membuka asa karena nomor speed pada panjat tebing akan diperlombakan pada Olimpiade Paris 2024 mendatang.
"Mentari" di dunia olahraga Indonesia semakin bersinar pada paruh kedua 2021. Olimpiade Tokyo 2020, pada Juli-Agustus, membuktikan hasil latihan para atlet Indonesia selama pandemi tidaklah sia-sia. Indonesia meraih satu medali emas, satu perak, dan tiga perunggu.
Sementara itu, PON dan Peparnas juga menggairahkan semua cabang olahraga nasional. Banyak bibit atlet baru muncul dan mulai diseleksi untuk pelatnas, meskipun masalah klasik pembajakan atlet oleh daerah belum kunjung hilang.
Indonesia mempertahankan tradisi emas Olimpiade melalui cabang bulu tangkis yang diraih ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu. Medali ini menggembirakan karena diraih oleh nomor yang sebelumnya tidak pernah menyumbangkan emas Olimpiade bagi Indonesia. Tunggal putra Anthony Sinisuka Ginting lalu melengkapinya dengan medali perunggu.
Tradisi medali di Olimpiade
Angkat besi juga mempertahankan tradisi medali perak melalui Eko Yuli Irawan. Windy Cantika Aisah dan Rahmat Erwin Abdullah juga melengkapi dengan raihan dua perunggu.
AFP/VINCENZO PINTO
Lifter putri Indonesia, Windy Cantika Aisah, memekik girang seusai berhasil mengangkat beban yang ditargetkannya pada final 49 kilogram putri angkat besi Olimpiade Tokyo 2020 di Tokyo International Forum, 24 Juli 2021. Ia menyabet medali perunggu.
Menariknya, Rahmat baru berusia 21 tahun dan Cantika 19 tahun. Dengan usia yang masih muda, mereka masih berpotensi untuk ditingkatkan kualitasnya guna merebut medali emas pada Olimpiade Paris 2024.
Seusai Olimpiade Tokyo, Rahmat langsung membuktikan kualitasnya dengan merebut dua medali emas pada Kejuaraan Dunia Angkat Besi 2021 pada 10 Desember 2021 di Tashkent, Uzbekistan. Sebelumnya, Rahmat juga merebut medali emas pada Kejuaraan Asia Yunior 2019 dan 2020.
Keberhasilan Jepang menggelar Olimpiade dengan sistem gelembung guna mencegah penularan Covid-19 menginspirasi Indonesia untuk menggelar kompetisi sepak bola Liga 1 pada Agustus dan Liga 2 pada September. Lalu, digelar Pekan Olahraga Nasional (PON) pada 2-15 Oktober dan Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) pada 5-12 November di Papua, balap motor World Superbike pada 19-21 November, dan Festival Badminton Bali pada November sampai Desember.
Beberapa kejuaraan dan turnamen tingkat nasional juga mulai digelar dengan protokol kesehatan, meskipun masih ada pelanggaran di sana-sini. Kejuaraan tingkat nasional yang berhasil digelar antara lain Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Reli, Kejurnas Remaja dan Yunior Angkat Besi, dan Turnamen Catur FIDE Rating Japfa.
Kompetisi Liga 1 dan Liga 2, yang juga diikuti Liga 3, berhasil menggairahkan dunia sepak bola Tanah Air. Sepak bola, yang selama pandemi mati suri, kini mulai bangkit. Para pemain muda mengasah bakat mereka dalam kompetisi yang teratur.
Sistem pemusatan pertandingan di beberapa stadion dan ketiadaan penonton dinilai cukup baik untuk menekan penyebaran Covid-19. Meskipun tidak ideal untuk atmosfer kompetisi dan finansial klub, karena pendapatan dari tiket dan sponsor menjadi tidak maksimal, solusi itu masih bisa diterima dalam situasi saat ini.
Sementara itu, PON dan Peparnas juga menggairahkan semua cabang olahraga nasional. Banyak bibit atlet baru muncul dan mulai diseleksi untuk pelatnas, meskipun masalah klasik pembajakan atlet oleh daerah belum kunjung hilang.
Modal Papua
Seusai PON, Papua memiliki modal arena dan peralatan untuk membina atlet-atlet muda mereka. Jika terus dipakai untuk berlatih dan menggelar berbagai kejuaraan, Papua dapat menjadi produsen atlet hebat, mengingat sumber daya fisik warga daerah itu yang unggul.
KOMPAS/DANU KUSWORO
Pesta kembang api menjadi penutup rangkaian acara pembukaan Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua 2021 di Stadion Lukas Enembe, Jayapura, Papua Sabtu (02/10/2021).
Pada balap motor, penyelenggaraan Superbike yang berjalan baik, meskipun ada gangguan saat hujan deras dan sebelumnya ada masalah dengan marshal, membuat Dorna sebagai penyelenggara Superbike dan MotoGP mantap menggelar MotoGP di Sirkuit Mandalika pada 2022 mendatang.
Pendeknya rentang waktu antara SEA Games Vietnam pada 13-23 Mei dan Asian Games Hangzhou pada 10-25 September juga harus disikapi dengan baik karena puncak penampilan seorang atlet tidak bisa tercapai dalam waktu yang dekat.
Selain sukses sebagai penyelenggara beberapa ajang besar, beberapa atlet Indonesia juga menuai kesuksesan. Tim nasional bulu tangkis putra merebut kembali Piala Thomas yang sudah 19 tahun lepas dari genggaman. Taekwondoin yunior, Andi Sultan, juga merebut merebut medali emas pada Kejuaraan Dunia Online 2021 World Taekwondo Poomsae Open Challenge Final.
Tantangan 2022
Meskipun demikian, dunia olahraga Indonesia akan menghadapi banyak tantangan pada 2022. SEA Games 2021 (yang dimundurkan ke 2022) dan Asian Games 2022 adalah ajang multicabang yang harus segera disiapkan dengan cermat. Selain atlet pelatnas yang ada, atlet rekrutan dari PON dan Peparnas juga harus disiapkan untuk tampil agar Indonesia bisa meraih hasil terbaik.
Pendeknya rentang waktu antara SEA Games Vietnam pada 13-23 Mei dan Asian Games Hangzhou pada 10-25 September juga harus disikapi dengan baik karena puncak penampilan seorang atlet tidak bisa tercapai dalam waktu yang dekat. Pemilihan atlet yang tepat untuk masing-masing ajang itu akan menjadi kunci keberhasilan.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Pemandangan aerial Sirkuit Internasional Jalan Raya Pertamina Mandalika di bibir pantai di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pantai Kuta, Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Senin (22/11/2021).
Di sisi lain, penyempurnaan Sirkuit Mandalika, termasuk penyediaan marshal, juga harus diprioritaskan karena MotoGP akan digelar pada 18-20 Maret 2022. Dengan waktu 2,5 bulan yang tersisa, Indonesia juga harus bisa membuat ajang MotoGP Mandalika sebagai penarik wisatawan internasional.
Yang paling penting, pada 2022, Indonesia harus memutar kembali semua roda kompetisi, mulai dari tingkat elit sampai usia muda dengan menyesuaikan kondisi pandemi. Sistem gelembung, pembatasan penonton, dan semua cara lain yang dipelajari pada 2021 dapat diterapkan agar kompetisi olahraga dapat terus berputar meski dihalangi pandemi.
Mentari olahraga harus terus bersinar meskipun pandemi belum juga pudar...