Ramuan Manchester City Menjaga Hegemoni
Manchester City berada di jalur tepat menjaga dominasinya di Liga Inggris. ”The Citizens” selalu menjadikan ”gelar juara” pada musim dingin sebagai batu loncatan menjadi kampiun.
Manchester City telah memastikan diri sebagai juara paruh musim Liga Inggris edisi 2021-2022. Seperti pada musim lalu, City tampil kurang meyakinkan di awal musim. Akan tetapi, mereka secara perlahan bisa menguasai puncak klasemen memasuki musim dingin pafa bulan Desember yang menjadi masa terpadat di kompetisi Inggris.
Pada musim ini, ”The Citizens” terlihat amat santai di awal kompetisi. Meskipun Chelsea dan Liverpool tampil tanpa cela pada awal musim ini, Manajer Manchester City Pep Guardiola tidak terintimidasi dengan dua rivalnya itu.
Hal itu ditunjukkan City dengan tidak terburu-buru memaksa dua gelandang kreatif, yaitu Kevin de Bruyne dan Phil Foden, untuk segera bermain setelah mengalami cedera pada jeda kompetisi musim panas lalu.
Oleh karena itu, masa awal musim dijadikan Guardiola sebagai momen untuk melakukan eksperimen taktik demi memberikan kesegaran pada permainan timnya pada musim ini. City masih menjadi tim dengan mazhab penguasaan bola yang dominan.
Baca juga : Anomali Ketajaman The Citizens
Rata-rata 66 persen penguasaan bola dicatatkan City di Liga Inggris pada musim ini. Pada laga kontra Watford, 5 Desember lalu, misalnya, City mencatatkan 78 persen penguasaan bola. Itu catatan penguasaan bola tertinggi bagi sebuah tim di lima liga top Eropa pada musim 2021-2022.
Eksperimen itu dihadirkan Guardiola dengan menjadikan duo Portugal, Bernardo Silva dan Joao Cancelo, menjadi poros utama permainan timnya. Hal itu terlihat dari jumlah penampilan mereka. Kedua pemain itu adalah yang paling sering tampil pada musim ini.
Silva dan Cancelo telah tampil sebanyak 18 kali dari 19 laga yang telah dijalani ”The Citizens”. Jumlah laga itu hanya bisa disamakan bek tengah Ruben Dias dan kiper Ederson Moraes.
Perjalanan City pada musim ini serupa pula dengan yang ditempuh pada musim lalu. Untuk merengkuh gelar juara Liga Inggris ketujuhnya, ’The Citizens’ baru menduduki posisi pertama pada pekan ke-18.
Kepercayaan Guardiola itu dibayar penuh oleh Silva dan Cancelo. Silva menjadi pencetak gol terbanyak City pada liga musim ini dengan torehan tujuh gol, sedangkan Cancelo telah berkontribusi pada lima gol City dengan rincian satu gol dan empat asis.
Selain itu, Cancelo juga menjadi titik mula permainan City pada musim ini. Meskipun ditempatkan sebagai bek sayap, Cancelo mengoleksi jumlah operan dan tembakan terbanyak. Produktivitasnya sebagai bek sayap itu tak lepas dari peran uniknya untuk menjadi gelandang tambahan dalam situasi menyerang.
Cancelo telah melakukan 1.512 operan yang membuatnya menjadi pemain paling banyak membuat operan di Liga Inggris musim ini. Ia memimpin pula daftar pemain City dengan tembakan terbanyak. Pemain berusia 27 tahun itu sudah menciptakan 40 tembakan ke gawang lawan.
Peran Cancelo
Tak hanya aktif membantu serangan, Cancelo juga menjadi pemain yang berperan besar ketika City melakukan transisi dari menyerang ke bertahan. Ia merupakan pemain ”The Citizens” dengan jumlah intersep terbanyak. Total 34 intersep telah dihasilkan Cancelo. Jumlah itu hanya bisa disaingi dua bek tengah, Ruben Dias dan Aymeric Laporte. Mereka masing-masing menghasilkan 15 dan 12 intersep.
Ketika De Bruyne dan Foden mulai tampil reguler memasuki bulan November, City semakin sulit terbendung. Mereka mengudeta puncak klasemen dari Chelsea pada pekan ke-15.
Sejak tumbang dari Crystal Palace, 30 Oktober 2021 lalu, City menjalani bulan November hingga Desember dengan sempurna. Delapan laga disapu bersih dengan raihan tiga poin. Itu adalah rekor kemenangan beruntun terbaik bagi City pada musim ini.
Dari delapan laga itu, City menghasilkan 30 gol atau rata-rata mencetak 3,75 gol per laga. Di sisi lain, gawang City hanya lima kali dijebol pemain lawan.
Adapun Liverpool, dalam periode itu, justru kehilangan delapan poin. Terakhir, ”The Reds” takluk 0-1 dari Leicester City di Stadion King Power, Rabu (29/12/2021) dini hari WIB. Adapun Chelsea, rival City lainnya, telah kehilangan 11 poin pada periode yang sama. Alhasil, memasuki pertengahan musim seusai boxing day, 26 Desember lalu, City telah unggul enam poin dari dua pesaing utamanya itu.
Baca juga : Tumbang dari City, Pukulan Telak Liverpool
Perjalanan City pada musim ini serupa pula dengan yang ditempuh pada musim lalu. Untuk merengkuh gelar juara Liga Inggris ketujuhnya, ”The Citizens” baru menduduki posisi pertama pada pekan ke-18. Setelah berada di puncak, City tidak bisa dibendung lagi untuk mengangkat trofi liga pada akhir musim lalu.
Hal itu menunjukkan Guardiola semakin memahami persaingan di Liga Inggris. Ia menganggap bahwa menjaga konsistensi hasil positif pada masa sulit nan krusial pada musim dingin, seperti Desember ini, lebih penting ketimbang langsung tancap gas untuk menguasai klasemen sejak awal musim.
Sering kali gelar juara Liga Inggris ditentukan lewat konsistensi dan daya lenting tim menjalani jadwal ekstra padat dan melelahkan sepanjang Desember-Januari. Tidak heran, banyak tim besar, seperti City, terus memperkuat skuadnya pada awal musim, meskipun telah memiliki pemain-pemain yang mumpuni.
Kedalaman skuad atau kualitas antarpemain yang merata antara tim inti dan pelapis menjadi ”bahan bakar” ekstra mengarungi musim dingin yang bengis di Inggris. Tidak seperti liga-liga top Eropa lainnya, Liga Inggris tidak mengenal libur. Mereka tetap berlaga ketika kebanyakan pemain di liga Eropa berkumpul dengan keluarganya untuk merayakan Natal dan Tahun Baru.
Diuntungkan sejarah
Maka, Desember atau akhir paruh musim pertama adalah fase krusial di Liga Inggris. Dalam sepuluh musim terakhir di liga sepak bola terbaik sejagat itu, hanya dua tim yang gagal menjadi kampiun setelah sempat menjadi juara paruh musim. Mereka adalah Arsenal pada musim 2013-2014 dan 2015-2016, lalu Liverpool pada musim 2018-2019.
Ada satu benang merah dari kegagalan Liverpool meraih poin penuh pada dua laga itu, yaitu gagalnya Mohamed Salah, mesin gol Liverpool, untuk mencetak gol atau menyumbangkan asis.
Sementara itu, belum ada tim yang mampu mengganggu dominasi dan ambisi City menjadi juara ketika mereka menguasai klasemen di paruh musim. Dominasi City itu terjadi pada musim 2011-2012, 2017-2018, dan 2020-2021.
Di luar ketiga musim itu, City justru pernah mengakhiri musim sebagai juara meskipun gagal menguasai klasemen pada akhir Desember. Hal itu terjadi pada edisi 2013-2014 dan 2018-2019. Pada musim 2013-2014, juara paruh musim dipegang Arsenal, sedangkan musim 2018-2019 diraih Liverpool asuhan Juergen Klopp.
Namun, langkah City untuk mempertahankan trofi liga pada musim ini dipastikan tidak akan mudah meskipun mereka diuntungkan sejarah. Salah satu rival terkuat mereka, Chelsea, sudah mulai menemukan kembali sentuhan kemenangannya.
Baca juga : Chelsea Kembali Menanti Tuah Lukaku
Sinyal positif Chelsea itu datang seiring kehadiran kembali Romelu Lukaku, penyerang andalannya. Ia mengakhiri paceklik gol di liga sejak September lalu saat membawa ”Si Biru” melibas Aston Villa, 3-1, pada 27 Desember lalu. Kemenangan itu adalah yang kedua bagi Chelsea dari lima laga Liga Inggris pada Desember ini.
Performa menurun Chelsea pada periode Oktober hingga pertengahan Desember tidak lepas dari badai cedera dan kasus positif Covid-19 yang menimpa tim asuhan Thomas Tuchel itu. Lukaku dan Timo Werner, dua penyerang tengah, sempat menepi. Kemudian, N’Golo Kante, sosok metronom di lini tengah, juga harus masuk ruang perawatan.
Ketika Chelsea mulai bangkit, giliran Liverpool yang gagal meraup tiga poin pada dua laga terakhir. ”Si Merah” ditahan imbang Tottenham Hotspur, 2-2, dan dikalahkan Leicester City.
Benang merah Liverpool
Ada satu benang merah dari kegagalan Liverpool meraih poin penuh pada dua laga itu, yaitu gagalnya Mohamed Salah, mesin gol Liverpool, untuk mencetak gol atau menyumbangkan asis. Bahkan, pada laga kontra Leicester, Salah untuk pertama kali gagal mengeksekusi penalti di Liga Inggris. Sebelumnya, ia selalu sukses mengonversi 15 peluang penalti yang didapatkannya.
Salah adalah sumber utama gol ”Si Merah”. Dari 19 kali tampil, Salah hanya absen memberikan gol atau asis bagi Liverpool di tiga laga. Sang ”Raja Mesir” telah menghasilkan total 15 gol dan 9 asis hingga pertengahan musim ini.
Meskipun City telah melebarkan jarak di puncak klasemen, Chelsea dan Liverpool tentu tidak akan menyerah dengan mudah untuk mengakhiri hegemoni ”The Citizens”. Drama persaingan menuju tangga juara Liga Inggris dipastikan bakal tercipta hingga memasuki musim panas nanti.