Walau sejarah ataupun statistik tak memihak, Indonesia cukup yakin bisa mengalahkan Thailand di final Piala AFF 2020. Keyakinan itu timbul karena motivasi tinggi pemain dan dukungan suporter di dalam dan di luar arena.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Walau sejarah ataupun data statistik tidak memihak, Pelatih Indonesia Shin Tae-yong cukup yakin timnya bisa meredam kekuatan Thailand dalam final Piala AFF 2020 di Stadion Nasional Singapura, Rabu (29/12/2021). Kepercayaan diri itu timbul karena atmosfer positif yang menaungi para pemain dan dukungan besar dari para pendukung yang ingin Indonesia menjadi juara Piala AFF untuk pertama kalinya.
Kita tahu Thailand dan Vietnam adalah tim terkuat di Asia Tenggara saat ini. Thailand khususnya, level mereka sebenarnya berada di atas Indonesia. Tetapi, pasti ada cara bagaimana mengalahkan mereka.
”Kita tahu Thailand dan Vietnam adalah tim terkuat di Asia Tenggara saat ini. Thailand khususnya, level mereka sebenarnya berada di atas Indonesia. Tetapi, pasti ada cara bagaimana mengalahkan mereka. Kami fokus ke pemulihan fisik pemain dan kami menyiapkan strategi bertahan dan open play untuk bermain di final,” ujar Shin dalam laman PSSI.org, Selasa (28/12/2021).
Berdasarkan data laman 11vs11, Indonesia dan Thailand sudah berjumpa 80 kali di laga resmi ataupun persahabatan sejak perjumpaan pertama 31 Agustus 1957. Dari pertemuan itu, Indonesia lebih banyak kalah dibandingkan menang. Indonesia mencatat 25 kemenangan atas Thailand, sebaliknya Thailand mengukir 39 kemenangan atas Indonesia. Sisanya, kedua tim bermain imbang 16 kali.
Di Piala AFF, Indonesia dan Thailand 12 kali bertemu. Dari semua pertemuan itu, Indonesia cuma tiga kali menang atas Thailand, yakni menang adu penalti 5-4 (3-3) dalam perebutan peringkat ketiga Piala AFF 1998 di Ho Chi Minh City, Vietnam, menang 2-1 dalam penyisihan Grup A Piala AFF 2010 di Jakarta, dan menang 2-1 dalam laga pertama final Piala AFF 2016 di Bogor, Jawa Barat.
Indonesia sembilan kali kalah dari Thailand yang mayoritas di laga krusial Piala AFF. Rentetan kekalahan memilukan itu antara lain kalah 1-4 dari Thailand dalam final Piala AFF 2000 di Bangkok, Thailand, kalah adu penalti 2-4 (1-1) dari Thailand dalam final Piala AFF 2002 di Jakarta, kalah 0-1 dari Thailand dalam laga pertama semifinal di Jakarta dan kalah 1-2 dari Thailand dalam laga kedua semifinal Piala AFF 2008 di Bangkok, serta kalah 0-2 dari Thailand dalam laga kedua final Piala AFF 2016 di Bangkok yang membuat Indonesia kalah agregat 1-2.
Modal semangat juang
Namun, Shin tampaknya tidak terlalu memedulikan data tersebut. Pelatih asal Korea Selatan itu lebih percaya dengan kondisi tim saat ini. Para pemain menunjukkan semangat juang luar biasa untuk melawan semua keterbatasan. Terbukti, mereka mampu membalikkan semua prediksi. Semula, Indonesia tidak diunggulkan untuk lolos ke semifinal.
Nyatanya, Indonesia bisa menjadi juara Grup B. Tim ”Garuda” mengungguli Vietnam sebagai salah satu unggulan utama yang menjadi peringkat kedua Grup B dan Malaysia yang lebih diunggulkan justru tersingkir lebih awal karena harus puas duduk di tempat ketiga Grup B. Di semifinal, Indonesia mampu menyingkirkan Singapura yang memiliki organisasi permainan yang amat disiplin dalam transisi bertahan ke menyerang dan sebaliknya.
Sejauh ini, Indonesia tercatat sebagai tim paling produktif, yakni telah membukukan 18 gol dari enam laga. Adapun Thailand mengemas 12 gol dari enam laga. ”Semua pemain bekerja keras di sini. Saya ingin suporter terus mendukung, bahkan dengan energi yang lebih. Saya merasa para pemain turut merasakan efek positif dari dukungan para suporter,” terang Shin.
Shin dalam laman Aseanfootball.org, Selasa, mengatakan, dirinya berpengalaman meraih lebih dari 20 gelar juara. Semua itu tercapai bukan karena keinginan pemain dan pelatih semata, melainkan yang utama karena kerja keras, disiplin ataupun fokus pada laga, dan mental yang kuat.
Gayung bersambut, para pemain Indonesia menunjukkan motivasi yang sedang tinggi-tingginya. Penyerang Indonesia, Egy Maulana Vikri, menyampaikan, para pemain ingin membawa Indonesia meraih mahkota Piala AFF untuk pertama kalinya. Dari 12 edisi yang berlalu, prestasi terbaik Indonesia sebatas lima kali runner-up (2000, 2002, 2004, 2010, dan 2016). Sebaliknya, Thailand sudah lima kali juara (1996, 2000, 2002, 2014, dan 2016).
”Kami semua termotivasi, kami punya mentalitas yang kuat. Ini merupakan kesempatan besar untuk kami mempersembahkan gelar Piala AFF pertama bagi Indonesia,” ungkap Egy yang kini bermain untuk FK Senica di liga utama Slowakia, dikutip Aseanfootball.org, Selasa.
Unggul pemain
Selain itu, Indonesia sedikit unggul atas Thailand dari jumlah ketersediaan pemain untuk laga final. Tim Merah Putih praktis hanya kehilangan bek kiri Pratama Arhan untuk menjalani laga pertama final karena akumulasi kartu kuning yang didapatnya ketika kontra Singapura dalam laga kedua semifinal.
”Bek kiri kami, Arhan, tidak bisa bermain karena akumulasi kartu kuning. Jadi, kami tidak bisa menjalankan permainan seperti yang diinginkan. Ini sering terjadi di suatu turnamen. Sebagai pelatih, tentu saya harus bisa menanganinya dengan baik,” kata Shin.
Sementara itu, Thailand mesti kehilangan dua pemain, yakni kiper Chatchai Budprom dan bek kiri Theerathon Bunmathan. Chatchai mengalami cedera robek anterior cruciate ligament (ACL) saat kontra Vietnam dalam laga kedua semifinal. Kiprah pemain berusia 34 tahun itu otomatis berakhir di Piala AFF 2020 karena harus menjalani operasi dan pemulihan 6-8 bulan.
Sama seperti Arhan, Theerathon bakal melewati laga pertama final karena akumulasi kartu kuning yang didapat dalam laga kedua semifinal. ”Secara psikologis, Thailand mengalami kerugian karena kehilangan dua pemain utama. Namun, semua pemain Thailand sangat baik sehingga kehilangan dua pemain tidak terlalu berpengaruh. Akan tetapi, bola bundar dan kami akan memperlihatkan performa terbaik di dalam lapangan nanti,” tegas Shin.
Pelatih Thailand Alexandre Polking dalam Aseanfootball.org pun memastikan timnya tidak gentar walau kehilangan dua pemain utama. Pelatih keturunan Brasil-Jerman ini mengaku telah menganalisis semua laga Indonesia dan tidak bakal melakukan perubahan berarti untuk menghadapi Indonesia.
”Kami memiliki pemain lain di bangku cadangan yang bisa bermain dengan baik untuk menggantikan dua pemain yang absen. Tentu dengan kekuatan yang ada, kami ingin membawa pulang trofi,” tuturnya.