Thailand ke Final, Pertemuan Krusial untuk Indonesia
Indonesia berjumpa Thailand di final Piala AFF 2020 pada 29 Desember dan 1 Januari. Jika ingin menang, Indonesia perlu menyiapkan strategi, mental, dan fisik optimal agar tak mengulangi rekor buruk saat bertemu Thailand.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Thailand menyusul Indonesia ke final Piala AFF 2020 usai menang agregat 2-0 (2-0, 0-0) atas Vietnam di semifinal. Ini menjadi pertemuan yang tidak menguntungkan untuk Indonesia. Merujuk sejarah, tim Garuda selalu kesulitan menghadapi tim ”Gajah Perang”. Maka itu, pelatih dan pemain tim Merah-Putih mesti menyiapkan strategi, mental, fisik, dan stamina melebihi batas kemampuan untuk meraih gelar pertama di Piala AFF.
Berdasarkan data laman 11vs11, Indonesia dan Thailand sudah berjumpa 80 kali di laga resmi maupun persahabatan sejak perjumpaan pertama 31 Agustus 1957. Dari pertemuan itu, Indonesia lebih banyak kalah dibandingkan menang. Indonesia mencatat 25 kemenangan atas Thailand, sebaliknya Thailand mengukir 39 kemenangan atas Indonesia. Sisanya, kedua tim bermain imbang 16 kali.
Indonesia pernah mengalami kekalahan dengan skor amat mencolok dari Thailand. Mereka kalah 0-7 dari Thailand dalam SEA Games 1985, kalah 0-6 dalam Lion City Cup 1982, kalah 0-6 dalam Kings Cup 1980, dan kalah 0-5 dalam Presidents Cup 1975. Adapun Thailand hanya beberapa kali menuai kekalahan mencolok dari Indonesia, yakni kalah 0-5 dalam Jakarta Trophy 1975, kalah 0-4 dalam Merdeka Tournament 1969, dan kalah 0-4 dalam Merdeka Tournament 1957.
Di Piala AFF, Indonesia dan Thailand 12 kali bertemu. Dari semua pertemuan itu, Indonesia cuma tiga kali menang atas Thailand.
Di Piala AFF, Indonesia dan Thailand 12 kali bertemu. Dari semua pertemuan itu, Indonesia cuma tiga kali menang atas Thailand, yakni menang adu penalti 5-4 (3-3) dalam perebutan peringkat ketiga Piala AFF 1998 di Ho Chi Minh City, Vietnam, menang 2-1 dalam penyisihan grup A Piala AFF 2010 di Jakarta, dan menang 2-1 dalam laga pertama final Piala AFF 2016 di Bogor, Jawa Barat.
Indonesia sembilan kali kalah dari Thailand yang mayoritas di laga krusial Piala AFF. Rentetan kekalahan memilukan itu, antara lain Indonesia kalah 1-4 dari Thailand dalam final Piala AFF 2000 di Bangkok, kalah adu penalti 2-4 (1-1) dalam final Piala AFF 2002 di Jakarta, kalah 0-1 dalam laga pertama semifinal di Jakarta, kalah 1-2 dalam laga kedua semifinal Piala AFF 2008 di Bangkok, serta kalah 0-2 dalam laga kedua final Piala AFF 2016 di Bangkok yang membuat Indonesia kalah agregat 1-2.
Pada SEA Games saat timnas senior maupun U-23 yang berpartisipasi sejak SEA Games 2001 di Malaysia, Indonesia dan Thailand telah 22 kali berjumpa. Dari semua pertemuan itu, Indonesia hanya enam kali menang atas Thailand. Sisanya, Indonesia kalah 14 kali dari Thailand dan imbang dua kali.
Kekalahan Indonesia lebih banyak terjadi di semifinal ataupun final. Yang paling disayangkan, yakni kalah adu penalti 2-4 (1-1) dalam final SEA Games 1997 di Jakarta, dan kalah 0-1 dalam SEA Games 2013 di Yangon, Myanmar.
Bersenjata lengkap
Untuk kali ini, Thailand pun memiliki senjata lengkap untuk menundukkan Indonesia. Mereka memang bukan tim yang seproduktif Indonesia dalam mencetak gol. Rekor golnya dari babak penyisihan grup hingga semifinal cuma 12 gol, sedangkan Indonesia membukukan 18 gol atau tertinggi sejauh ini. Namun, mereka punya organisasi permainan yang seimbang di semua lini.
Walau tidak sporadis, Thailand bisa menyerang dengan berbahaya melalui permainan cepat mengandalkan tusukan dari tengah maupun sisi sayap. Sembilan dari 12 gol mereka lahir dari permainan cantik lini tengah yang menusuk wilayah tengah pertahanan lawannya. Sisanya dua gol dari umpan silang lewat sisi sayap seperti ketika menang 2-0 atas Timor Leste di laga pertama penyisihan grup, 5 Desember.
Thailand juga andal mengoptimalkan bola mati, salah satunya berbuah gol sewaktu menang 2-0 atas Singapura di laga terakhir penyisihan grup, 14 Desember. Mereka memiliki sejumlah pemain menjulang yang bisa memaksimalkan umpan-umpan silang ataupun bola mati, seperti bek Yusef Elias Dolah bertinggi 196 sentimeter (cm), bek Manuel Tim Bihr bertinggi 184 cm, penyerang Supachai Chaided bertinggi 185 cm, dan penyerang Teerasil Dangda bertinggi 181 cm.
Modal berharga Thailand itu bakal menjadi momok menakutkan untuk pertahanan Indonesia yang rentan atau lemah mengantisipasi serangan balik cepat, umpan silang, dan bola mati seperti saat melawan Singapura dalam dua laga semifinal kemarin. Belum lagi, pertahanan Indonesia cukup rapuh, yakni telah kemasukan tujuh gol dari enam laga selama kompetisi.
Sebaliknya, Thailand punya pertahanan yang tangguh, yakni baru kebobolan satu gol dari enam laga selama kompetisi. Mereka sangat solid ketika menghadapi Vietnam yang bermain amat agresif dalam laga kedua semifinal. Itu membuat mereka tak mudah ditaklukkan walaupun lini depan Indonesia dikenal tajam.
Adapun barisan depan Indonesia terlihat kebingungan sewaktu melawan tim yang memiliki pertahanan rapat dan displin, seperti saat jumpa Singapura. ”Kami menunjukkan bahwa kami dapat bertahan sebagai sebuah tim dan kami akan menunjukkannya lagi di dua laga final melawan Indonesia nanti,” ujar gelandang Thailand, Phitiwat Sookjitthammakul, usai laga kontra Vietnam dilansir Aseanfootball.org, Minggu (26/12/2021).
Kendati demikian, Indonesia tetap ada asa untuk mencuri kemenangan atas Thailand. Apalagi pada laga terakhir dalam kualifikasi Piala Dunia 2022 Qatar, 3 Juni 2021, Indonesia bisa mengimbangi permainan Thailand dengan bermain imbang 2-2. Sekarang, kuncinya, Indonesai patut menyiapkan taktik jitu dan bermain lebih displin di segala lini dan segala kondisi.
Pelatih Indonesia Shin Tae-yong dalam laman PSSI.org, Minggu, mengungkapkan, pemain Indonesia perlu terus dimatangkan, terutama dalam menghadapi tekanan yang bisa membuat permainan berantakan. ”Bagian itu harus diperbaiki, khususnya bagi para pemain yang masih muda. Ketika mendapatkan tekanan, kontrol pertandingan mereka sedikit berkurang. Ke depannya, mereka perlu lebih berkembang,” ujar pelatih asal Korea Selatan tersebut.
Gelandang serang Indonesia Witan Sulaeman mengatakan, tim wajib terus menjaga kekompakan dan kerjasama untuk laga final. Di sisi lain, mereka coba memaksimalkan waktu istirahat agar bisa kembali dengan fisik prima sewaktu menjalani final.